Perencanaan
Perpustakaan
DISUSUN OLEH :
1.
NORA DESTRIANI
2.
MARISA
3.
KAPRIKO AMANDA
KELAS : 13-PUS-B
DOSEN PEMBIMBING: HERLINA, S.Ag.,
SS., M.Hum
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
RADEN FATAH
PALEMBANG
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perencanaan adalah kegiatan-kegiatan pengambilan
keputusan dari sejumlah pilihan mengenai sasaran dan cara-cara yang akan
dilaksanakan di masa depan guna mencapai tujuan yang diinginkan, serta
pemantauan dan penilaian atas perkembangan hasil pelaksanaannya, yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan.
Perencanaan
atau planning berasal dari kata plan yang
artinya rencana, rancangan, maksud dan niat. Planning berarti perencanaan.
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan, sedangkan rencana merupakan hasil
dari perencanaan tersebut. Perencanaan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
usaha merumuskan program yang didalamnya memuat segala sesuatu yang akan
dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh,
prosedur dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan.
B.
TUJUAN
1.
Menyediakan arahan dan kerangka
kerja perpustakaan yang akan memandu pengambilan keputusan dan pemecahan
masalah.
2.
Meningkatkan layanan perpustakaan
melalui control pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran.
3.
Untuk memastikan pengembangan yang
rasional dan efektif baik bagi sumber-sumber informasi yang menjadi koleksi
perpustakaan.
4.
Memungkinkan menggantisipasi
kebutuhan sumber-sumber informasi dengan cara membuat perencanaan keadaan saat
ini dan proyeksi keadaan di masa datang.
5.
Memberikan pengalaman dan keahlian
bagi pustakawan dalam membuat perencanaan.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perencanaan
Perencanaan merupakan titik awal berbagai aktivitas organisasi yang
sangat menentukan keberhasilan organisasi. Perencanaan harus dilakukan oleh
perpustakaan untuk memberikan arah, menjadi standar kerja, memberikan
pemersatu, dan membantu untuk memperkirakan peluang-peluang (Swastha, 1990:34).
Dengan perencanaan yang baik maka seluruh aktivitas organisasi dapat diarahkan
menuju titik tujuan yang jelas.[1]
Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan
dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Didalamnya meliputi tempat,
oleh siapa pelaku atau pelaksana, dan bagaimana tata caranya mencapai itu.
Setiap rencana memiliki tiga ciri khas, yaitu (1) selalu berdimensi waktu yang
akan datang atau kemasa depan, (2) selalu mengandung kegiatan-kegiatan tertentu
dan bertujuan tertentu, (3) memiliki alasan, sebab, atau landasan, baik secara personal,
organisasional, maupun kedua-duanya. Mutu perencanaan akan ditentukan oleh
beberapa faktor, seperti pandangan hidup, pengetahuan, dan kemampuan pribadi
perencana (planner).
Perencanaan memiliki kemampuan-kemampuan berpikir tertentu, oleh
karena itu setiap orang tidak dapat menjadi perencana. Apabila sebuah
perpustakaan tidak dapat membuat perencanaan yang baik, maka mungkin juga tidak
akan dapat menjalankan manajemen sebagaimana mestinya. Oleh karena itu kunci
seni dan keberhasilan manajemen terletak dan dimulai pada perencanaan. Bagi
para perencana diperlukan sekurang-kurangnya tiga kemampuan berpikir, yaitu :
1.
Berpikir
secara trayektoris, artinya melihat kedepan (futuristis, memperkirakan keadaan,
trayek atau jalan lintas yang akan ditempuh)
2.
Berpikir
secara kualitatif, artinya dapat mengenal, melihat, dan menentukan segala
sesuatu yang akan diperlukan, seperti kebutuhan tenaga manusia, dengan
persyaratan tertentu antara lain kemampuan, keterampilan, jumlah, kebutuhan
dana, sarana dan prasarana, peralatan dan perlengkapan.
3.
Berpikir
secara kuantitatif, artinya dapat melihat dimensi-dimensi, mengukur,
menghitung, membuat jadwal, dan berpikir secara matematis.
Perencanaan akan menghasilkan rencana. Bentuk dan wujud rencana
yang praktis dan pragmatis akan sangat mempermudah pelaksanaan dan pengawasan.
Bentuk dasar suatu rencana adalah:
1.
Sesuatu
rumusan yang akan dicapai
2.
Kebijakan
sebagai pedoman untuk mengambil keputusan dimasa yang akan datang
3.
Prosedur,
metode, dan proses tata kerja dalam menyelesaikan pekerjaan
4.
Program
kerja dan jadwal pelaksana kegiatan secara berurutan
5.
Anggaran
yang dibutuhkan
6.
Jaringan,
diagram, desain, maket, pola, dan model yang dijadikan pedoman untuk
menyelesaikan pekerjaan.[2]
Perencanaan merupakan proses dan kegiatan pimpinan (manajer) yang
terus-menerus. Maksudnya setiap kali timbul sesuatu yang “baru”, baik masalah,
hal, situasi maupun kondisi, maka perlu dibuat rencana atau diperbarui rencana
yang sudah ada, dalam bentuk suatu keputusan (decision) terlebih dulu.kemudian
hasil perencanaan baru itu harus diperintahkan untuk dilaksanakan. Tanpa
keputusan dan perintah (komando) tidak akan ada pelaksanaan dan
penyelenggaraan. Tugas yang sulit dalam perencanaan adalah pertama, mengenai
orang, baik dalam arti pribadi, oknum, pelaku, perilaku, kelompok, grup, maupun
masyarakatnya. Kedua, adalah mengenai keterbatasan pada diri manusia itu
sendiri, bahwa ia (mereka) tidak bisa meramal dengan tepat keadaan hari depan.
Dengan demikian maka perencanaan itu dapat kita rumuskan sebagai:
1.
Aktivitas
pengumpulan data dan informasi, beserta pemikiran untuk menentukan apa yang
akan dicapai, apa yang harus dilakukan, bagaimana urutannya, fasilitas yang
diperlukan.
2.
Membuat
pasti untuk dicapai atau dijalankan (faktor penguasaan dan kontrol).
3.
Menentukan
dan merumuskan segala apa yang dituntut atau dikehendaki oleh organisasi yang
dipimpinnya.
Sebuah perencanaan yang baik, adalah yang rasional, dapat
dilaksanakan, dan menjadi panduan langkah selanjutnya. Oleh karena itu,
perencanaan tersebut sudah merupakan permulaan pekerjaan yang baik dari proses
pencapaian tujuan organisasi.
B.
Perencanaan
Perpustakaan
Perpustakaan sebagai lembaga yang selalu berkembang (library is the
growing organism) memerlukan perencanaan dalam pengelolaan, meliputi bahan
informasi, sumber daya manusia, dana, gedung/ruang, sistem, dan perlengkapan.
Sumber daya manusia merupakan unsur pendukung utama dalam kegiatan
organisasi/lembaga. Kebutuhan sumber daya manusia untuk perpustakaan perlu
direncanakan dengan mempertimbangkan: jenis kegiatan, kualitas dan kuantitas
tenaga, spesialisasi,[3]
pemanfaatan teknologi informasi, dana, dan tingkat pendidikan pemakai.
Tidak kalah pentingnya perencanaan penggalian dana yang menjadi
nafas suatu perpustakaan. Dana dapat diperoleh melalui keanggotaan, denda, jasa
fotokopi, jasa penelusuran literatur,[4]
jasa terjemahan, kerjasama dengan penerbit, anggaran rutin, dan anggaran
proyek/sponsor.
Mengingat begitu pentingnya perencanaan bagi suatu perpustakaan,
dalam penyusunannya diperlukan pengetahuan dan pengetahuan luas
(sulistyo-Basuki, 1993:192). Perencanaan ini terkait masalah sumber daya
manusia, dana, dan fasilitas lain sebagai pendukung pelaksanaan. Pentingnya
perencanaan bagi suatu perpustakaan disebabkan karena hal-hal berikut ini :
1.
Perencanaan
merupakan dasar pelaksanaan aktivitas
Pimpinan
perpustakaan tidak akan mampu melaksanakan fungsi manajemen dan kepemimpinan
dengan baik tanpa perencanaan yang sudah ditetapkan. Perencanaan yang memadai
akan memberikan petunjuk kepada pimpnan perpustakaan mengenai sistem
organisasi, prosedur dan kebijakan yang ditempuh, kualifikasi tenaga yang
diperlukan, dan kearah mana tenaga harus digerakkan untuk melakukan pekerjaan
dan tugas-tugas kepustakawanan.
2.
Perencanaan
merupakan alat pengawasan
Pengawasan
sebenarnya merupakan upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi
sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan adanya perencanaan
akan diketahui adanya penyimpangan langkah yang kemudian dapat dilakukan
pengukuran signifikasi[5]
penyimpangan itu. Oleh karena itu pengawasan harus didasarkan pada perencanaan.
Perencanaan yang jelas, lengkap, dan terpadu akan mampu meningkatkan
efektivitas pengawasan.
3.
Perencanaan
yang proporsional akan membawa efektivitas dan efisiensi
Dengan
adanya perencanaan, seorang pimpinan perpustakaan akan berusaha untuk mencapai
tujuan dengan biaya yang paling kecil dan menghasilkan produk (barang/jasa)
yang lebih besar. Oleh karena itu, dalam penyusunan rencana perlu diantisipasi
adanya akibat-akibat yang tidak dikehendaki dan sedapat mungkin dihindarkan
atau setidaknya dikurangi.
C.
Fungsi
Perencanaan
Perencanaan yang merupakan titik awal kegiatan akan menetukan
sasaran yang akan dicapai, tindakan yang akan dilakukan, bentuk organisasi yang
tepat, dan orang-orang yang bertanggung jawab atas suatu kegiatan. Perencanaan
yang matang berfungsi untuk :
1.
Membantu
tercapainya tujuan
Dengan
perencanaan yang disusun berdasarkan alasan-alasan yang kuat dan pemikiran yang
mendalam, keragu-raguan dapat dibatasi atau bahkan dihilangkan. Sehingga dapat
mencapai suatu tujuan yang di inginkan.
2.
Tercapainya
efektifitas dan efisiensi
Efektivitas
menunjukkan kemampuan seorang dalam merumuskan tujuan dan alat yang tepat untuk
mencapai tujuan. Peter Drucker (dalam Handoko, 1993:7) menyatakan bahwa
efektivitas adalah melakukan pekerjaan secara benar. Adapun efisiensi adalah
kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan benar. Ini dapat diartikan bahwa
hasil, produktivitas, dan kinerja yang diperoleh lebih banyak daripada
pengeluaran biaya, tenaga, pikiran, dan mesin yang digunakan. Langkah ini
berarti menunjukkan adanya penghematan, baik dari segi tenaga maupun biaya.
D.
Tahapan
Perencanaan
Langkah awal dalam proses perencanaan perpustakaan adalah penetapan
visi, misi, tujuan, perumusan keadaan sekarang, identifikasi kemudahan dan
hambatan, dan pengembangan perencanaan (Handoko, 1993:79-80)
1.
Penetapan
Visi, Misi, dan Tujuan
Keberadaan
visi dalam suatu perpustakaan akan berfungsi memperjelas arah perkembangan
perpustakaan dan memotivasi seluruh komponen untuk mengambil tindakan ke arah
yang benar. Visi sebenarnya merupakan
penetapan tujuan jangka panjang suatu organisasi/lembaga yang bersifat abstrak,
mudah dipahami, memiliki keunggulan dari yang lain, terbayangkan, dan disusun
oleh pimpinan bersama anggota lembaga. Mengingat betapa pentingnya
penetapan visi suatu organisasi, maka seperti UPT Pepustakaan UIN Raden Fatah
telah menetapkan visinya, yaitu: “menjadikan UPT perpustakaan Raden Fatah
sebagai pusat rujukan dan layanan informasi yang profesional dan unggul berbasis
ilmu-ilmu keislaman multidisiplin”. Adapun
misi merupakan penjabaran visi dengan rumusan-rumusan kegiatan yang akan
dilakukan dan hasilnya dapat diukur, dilihat, dirasakan, maupun dibuktikan,
karena bersifat kasat mata (tangible), sedangkan tujuan adalah sasaran yang
akan dicapai suatu perpustakaan dalam jangka pendek dan hasilnya bisa
dirasakan. Lanjutan dari Visi diatas maka Misi dari UPT Perpustakaan UIN raden
Fatah adalah : 1) Menyediakan akses terhadap informasi dan layanan informasi
untuk mendukung fungsi tri darma perguruan tinggi. 2) Meningkatkan koleksi
perpustakaan dalam bidang keislaman multidisiplin agar lebih dapat berdaya guna
bagi sivitas akademika UIN Raden Fatah. 3) Meningkatkan kualitas layanan yang
sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. 4) Menjalani hubungan kerjasama
dengan lembaga terkait untuk meningkatkan akses kesumber-sumber yang relevan.
2.
Perumusan
keadaan sekarang
Keadaan
perpustakaan sekarang perlu dipahami, baik kekurangan maupun kelebihannya. Hal
itu penting untuk menetapkan langkah-langkah yang akan dilakukan. Pada tahap
ini diperlukan informasi dan data statistik yang akurat yang diperoleh dengan
komunikasi yang baik di perpustakaan itu. Contohnya : Dalam melakukan pengadaan
koleksi bahan pustaka, haruslah memiliki komunikasi antara pustakawan dan
bagian pengolahan. Karena dalam mengadakan koleksi perlu diketahui buku-buku
apa saja yang paling diminati dan paling banyak dipinjam oleh pemustaka.
kemudian dilakukan pencatatan untuk memperoleh data atas koleksi-koleksi apa
saja yang perlu diadakan.
3.
Idenfitikasi
kemudahan dan hambatan
Perlu
dipahami pula kekuatan apa saja yang dimiliki perpustakaan sebagai modal untuk
melakukan kegiatan. Kekuatan adalah segala elemen yang dapat menjadi pendorong
untuk memajukan suatu perpustakaan. Kekurangan yang dapat menjadi hambatan
pengembangan perpustakaan pun perlu diketahui dan segera diatasi. Apabila
kekurangan itu dikelola dengan baik justru akan menjadi kekuatan.
4.
Pengembangan
Perencanaan
Dalam
pelaksanaan kegiatan perpustakaan terdapat pengembangan prosedur, alat, dana,
maupun tenaga karena berbagai faktor. Oleh karena itu, kemungkinan-kemungkinan
seperti ini perlu diidentifikasi sebaik-baiknya agar dalam pengembangan
perencanaan tidak terjadi pemborosan dana dan tenaga atau terjadinya
penyelewengan atas perencanaan semula.[6] Agar
dalam pengembangan perpustakaan dapat dicapai tujuan yang baik, perencanaan
perlu mempertimbangkan sumber daya manusia, bahan informasi, dana,
gedung/ruang, sistem, dan peralatan dengan tetap memperhatikan manajemen dan
keahlian.
a.
Sumber
daya manusia
Peningkatan
sumber daya manusia perlu mendapat perhatian utama karena sumber daya ini
merupakan sumber bergerak, sedangkan sumber daya lain merupakan benda mati.
Oleh karena itu, sumber daya manusia ini dapat dikembangkan dan ditingkatkan
kemampuan nya, yang hasilnya diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan
kinerja perpustakaan. Seluruh SDM/personalia yang dimiliki perpustakaan perlu
diatur sedemikian rupa, dalam hal ini disebut “Manajemen Sumber Daya Manusia” (Human Resources
Management).
b.
Bahan
Informasi
Ø Peran bahan informasi
Bahan
informasi menjadi napas suatu perpustakaan, di samping faktor pendukung lain,
seperti gedung, sumber daya manusia, perlengkapan, dan pemakai. Kualitas dan
kuantitas bahan informasi sangat mempengaruhi minat pemakai dalam pemanfaatan
jasa perpustakaan.
Ø Macam-macam Bahan Informasi
Bahan-bahan
informasi yang diterima perpustakaan dapat terdiri dari bahan buku dan bahan
nonbuku. Bahan buku dapat terdiri dari buku teks, bahan rujukan, laporan
penelitian, makalah temu ilmiah, karya akademik, literatur kelabu, karya fiksi,
dan terbitan berkala. Sedangkan bahan nonbuku dapat terdiri dari mikrofis, film
mikro, kaset, piringan hitam, CD, dan lainnya.[7]
c.
Perabot
dan perlengkapan perpustakaan
Ø Perabot dan perlengkapan bergerak
Perabot
dan perlengkapan bergerak mencakup barang-barang untuk keperluan umum, ruang
kerja, pemberian jasa, serta barang tambahan lainnya. Barang untuk keperluan
umum maksudnya barang yang akan digunakan pengunjung termasuk meja, kursi, rak
buku, laci katalog, meja sirkulasi, bangku, sofa, filling cabinet, dan
meja pameran.
Ø Perabot dan perlengkapan tak bergerak
Perlengkapan
tak bergerak yang terdapat di perpustakaan mencakup penerangan, alat pendingin
udara (AC), pencegahan kebisingan, alat kebakaran, komunikasi dan fumigasi.[8] Dalam
perencanaan perabot perlu memperhatikan beberapa hal agar tidak terjadi
pemborosan dan agar terjadi kesesuaian perabot dengan ruangan dan orang yang
melakukan pekerjaan. Langkah-langkah itu antara lain :
1.
Perencanaan
perabot yang telah dimiliki
Perlu
diinventarisasi perabotan yang telah dimiliki, mengenai jenis, spesifikasi, dan
jumlahnya. Berapa kira-kira perabot yang masih bisa digunakan, berapa yang
harus diperbaiki, berapa yang harus diperbaiki, dan berapa yang harus diganti baru.
2.
Ketersediaan
ruangan
Perlu
diketahui secara pasti luas ruangan, ventilasi, warna, pencahayaan, dan tinggi
rendahnya ruangan. Unsur-unsur ini diperlukan sebagai bahan pertimbangan
penentuan jenis perabot, ukuran, spesifikasi, model, dan warnanya.
3.
Spesifikasi
Perabot
Perabot-perabot
yang diperlukan perpustakaan dicatat spesifikasinya, ukuran, ciri khas, merek,
bahan, warna, kemampuan, ketahanan, dan lainnya.
4.
Rencana
tata ruang perpustakaan
Perpustakaan
sebagai lembaga informasi harus selalu mengikuti perkembangan teknologi i
nformasi, dan kebutuhan masyarakatnya. Dengan demikian perlu dipikirkan sistem
tata ruang dengan cermat. Dimasa depan kiranya tidak harus memikirkan perluasan
ruangan, tetapi perlu direncanakan pemanfaatan teknologi informasi seperti CD
ROM, internet, film mikro, e-journal, e-books, dan lainnya.[9]
d.
Perencanaan
Gedung Perpustakaan
Prencanaan
gedung yang baik akan menghasilkan tempat kerja yang efisien, nyaman, dan
menyenangkan bagi staf perpustakaan maupun bagi pengunjung perpustakaan. Untuk
menghasilkan gedung yang representatif maka perlu perencanaan yang sesuai
dengan keperluan pengguna, objek dan fungsi perpustakaan. Langkah-langkah yang
harus dipersiapkan dalam pembuatan gedung, sebagai berikut:
1.
Penunjukan
Personalia ; menunjuk seorang yang bertanggung jawab atas pembangunan gedung
termasuk perencanaan dan menyiapkan perlengkapan perpustakaan.
2.
Prinsip
desain gedung ; gedung perpustakaan harus memiliki desain fungsional yaitu
desain yang dibuat ada manfaatnya dan memperhitungkan pertumbuhan dan
perkembangan masa mendatang. Pembangunan gedung hendaknya bersifat luwea
(fleksibel) artinya mampu menyesuaikan tata letak tanpa perlu perubahan
struktur gedung secara besar-besaran. Berarti adanya ketertukaran
(interchangeability) semua ruang rak, jasa, ruang baca, dan ruang staf. Disain
gedung harus ekonomis dalam pembangunan maupun dalam pemeliharaannya.
3.
Kegiatan
Pra-Perencanaan. Petugas yang ditunjuk sebaiknya seorang pustakawan. (catatan
pustakawan mengenai program pembangunan gedung perpustakaan hendaknya berisi,
seperti: a) Deskripsi badan induk dengan penekanan pada objek serta fungsinya;
b) peranan perpustakaan dalam pemberian jasa melayani badan induk serta
karyawannya; c) Deskripsi jasa perpustakaan yang direncanakan; d)penyediaan
ruangan dengan memperhitungkan kebutuhan 10 tahun mendatang untuk keperluan
ruang koleksi, ruang staf perpustakaan, ruang lain; e) bagan organisasi yang
menunjukkan bagaimana perpustakaan menyusun sumber, jasa dan personalia untuk
melaksanakan berbagai fungsi perpustakaan.
4.
Perkiraan
ruangan; standar yang biasa dalam pembangunan gedung perpustakaan berdasrkan
standar ISI (Indian Standard Recommendation relating to primary element in
the design of library building, 1977), sebagai berikut: ruang dokumen atau
bahan pustaka 150 volume per meter persegi; ruang staf kepala dan wakil kepala
30 meter persegi; ruang pengadaan dan pengolahan bahan pustaka 9 m2, staf
administrasi dan profesional 5 m2; ruang pengguna luas rata-rata per pembaca diruang
baca 2.33 m2; ruang jasa dapat diperhitungkan berdasarkan permintaan setempat;
ruang untuk keperluan lain seperti ruang untuk tangga, koridor, pintu masuk,
lobi, toilet, tiang, pengangkutan barang dan lift. Ruang untuk keperluan lain
besarnya sekitar 30% hingga sepertiga dari ruangan untuk bahan pustaka,
pembaca, jasa dan staf.
5.
Panitia
pembangunan gedung; panitia pembuatan perpustakaan beranggotakan: arsitek,
pustakawan, konsultan perpustakaan, interior decorator atau designer, kepala
lembaga yang membawahi perpustakaan seperti dewan perpustakaan: rektor atau
wakilnya, lain-lainnya seperti dari bagian administrasi dan keuangan.
6.
Pemilihan
lokasi; pemilihan lokasi hendaknya memperhitungkan kenyamanan pengguna,
perluasan masa mendatang, ketersediaan tanah, dan dana. Lokasi perpustakaan
harus strategis, terjangkau oleh semua pihak.
7.
Rencana
pendahuluan; rencana pendahuluan dibahas dengan arsitek konsultan, pustakawan,
serta pemimpin badan induk yang membawahi perpustakaan. Pada tahap ini
pustakawan memegang peranan penting, dan pustakawan mampu memvisualisasikan
apakah permintaan perpustakaan dalam rencana pendahuluan terpenuhi atau tidak,
gedung yang akan dibangun bersifat ekonomis, luwes, serta tersedia kemungkinan
perluasan masa mendatang.
8.
Rencana
akhir dan spesifikasi/rencana kerja; pada tahap ini rencana kerja mencakup;
rencana lantai, elevasi[10]
dan seksi dan rincian struktur. Rencana pembangunan disertai dengan spesifikasi
tertulis untuk tipe dan kualitas material yang digunakan, dan pustakawan harus
memeriksa dengan cermat gambaran tata letak perabot, lantai, langit-langit dan
sebagainya.[11]
e.
Perencanaan
Pengadaan Bahan Pustaka
Secara
umum, perencanaan berarti suatu proses berpikir menentukan tindakan-tindakan
yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan
yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka
adalah suatu proses berpikir menentukan usaha-usaha yang akan dilakukan pada
masa yang akan datang untuk memperoleh bahan-bahan pustaka dalam rangka
terselenggaranya perpustakaan dengan sebaik-baiknya.
Dalam
perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka, ada beberapa langkah yang harus
ditempuh oleh pustakawan:
1.
Inventarisasi
bahan-bahan pustaka yang harus dimiliki
Langkah
pertama dalam perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka adalah
menginventarisasi bahan-bahan pustaka yang harus dimiliki oleh perpustakaan.
Untuk menginventarisasi bahan-bahan pustaka ini pustakawan bisa berpedoman
kepada buku-buku yang memuat daftar bahan pustaka. Untuk memperoleh daftar buku
itu pustakawan bisa menghubungi penerbit-penerbit baik penerbit dalam negeri
ataupun penerbit luar negeri. Biasanya setiap penerbit sering mengeluarkan atau
menerbitkan katalog buku dimana dalam katalog buku tersebut dirinci buku-buku yang
sedang diterbitkan oleh penerbit yang bersangkutan dalam masa tertentu.
Seandainya untuk menghubungi penerbit tersebut pustakawan mengalami kesulitan,
dimana mungkin disebabkan belum diketahuinya alamat penerbit, ataupun
hambatan-hambatan lainnya maka pustakawan bisa menghubungi beberapa toko buku
sering kali mendapatkan kiriman daftar buku dari penerbit-penerbit.
2.
Inventarisasi
bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki
Langkah
kedua dalam perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka adalah menginventarisasi
bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki atau sudah tersedia diperpustakaan.
Untuk menginventarisasi bahan-bahan pustaka ini pustakawan bisa berpedoman
kepada buku induk perpustakaan. Apabila perpustakaan tersebut belum memiliki
buku induk maka pustakawan harus menginventarisasi semua bahan-bahan pustaka,
dan tentunya akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
3.
Analisis
kebutuhan bahan-bahan pustaka
Berdasarkan
inventarisasi diatas pustakawan sudah bisa menginventarisasi bahan-bahan
pustaka yang dibutuhkan. Yang dimaksud dengan bahan-bahan pustaka yang
dibutuhkan adalah bahan-bahan pustaka yang seharusnya dimiliki atau tersedia
diperpustakaan, tetapi bahan-bahan pustaka tersebut belum dimiliki oleh
perpustakaan itu. Cara yang dapat ditempuh untuk menganalisis bahan-bahan
pustaka yang dibutuhkan adalah membandingkan antara inventarisasi bahan-bahan
pustaka yang harus dimiliki dengan hasil inventarisasi bahan-bahan pustaka yang
sudah dimiliki.
4.
Menetapkan
Prioritas
Apabila
hasil analisis kebutuhan bahan-bahan pustaka menunjukkan bahwa bahan-bahan
pustaka yang dibutuhkan sangat banyak, sementara dana yang ada tidak cukup,
maka perlu diperlukan prioritas dari seluruh bahan pustaka yang dibutuhkan,
sehingga dapat ditetapkan bahan-bahan pustaka yang mana yang harus segera
diusahakan. Ada beberapa hal yang perlu dijadikan dasar pertimbangan dalam
menetapkan prioritas :
Ø Bakat dan Minat baca
Ø Pengetahuan, Kecakapan, dan Keterampilan
Ø Tingkat usia
Ø Sumber-sumber pengadaan bahan pustaka
Ø Keadaan ruangan dan peralatan perpustakaan yang tersedia
Ø Anggaran yang tersedia untuk pengadaan bahan-bahan pustaka.
5.
Menentukan
cara pengadaan bahan-bahan pustaka
Langkah
terakhir dalam perencanaan pengadaan bahan pustaka adalah menetukan cara
pengadaannya. Jadi setelah menentukan buku-buku mana yang harus segera di
usahakan, maka ditentukan cara pengadaannya, mungkin dengan cara membeli,
hadiah, menyewa, dan sebagainya.[12]
PENUTUP
Ø
Kesimpulan
Perencanaan merupakan titik awal kegiatan perpustakaan
dan harus disusun oleh perpustakaan itu
sendiri. Perencanaan berguna untuk memberikan arah, menjadi standar kerja, memberi
kerangka pemersatu dan membantu memperkirakan peluang. Dalam penyusunan
perencanaan hendaknya tercakup apa yang akan di lakukan, bagaimana cara
melaksanakannya, kapan pelaksanaannya dan siapa yang bertanggung jawab dan
berapa anggaran yang diperlukan. Dengan demikian perencanaan itu merupakan
langkah yang mendasar dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing
perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal,
Ibrahim. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara.
Herlina
S.Ag, SS, M.Hum. Ilmu Perpustakaan dan Informasi: IAIN Raden Fatah Press.
Lasa
HS. 2005. Manajemen Perpustakaan, Yogyakarta: Gama Media.
Sutarno
Ns. 2006. Manajemen perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Sagung Seto.
Herlina
S.Ag, SS, M.Hum. 2014. Pembinaan dan pengembangan perpustakaan,
Palembang: Noer Fikri offset.
[1] Manajemen Perpustakaan, Lasa HS. Gama Media : Yogyakarta, 2005. Hlm 60
[2] Manajemen perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik, Sutarno Ns. Sagung
Seto : Jakarta, 2006. Hlm 135-138
[3] Spesialisasi adalah pembagian kerja berdasarkan oleh keahlian atau
keterampilan khusus.
[4] Jasa penelusuran literatur adalah kegiatan layanan perpustakaan dengan
menyediakan daftar literatur atau daftar bibliografi mengenai subjek-subjek
tertentu yang kiranya akan diperlukan oleh pengguna perpustakaan.
[5] Pengukuran signifikasi adalah suatu ukuran dalam proses pemahaman yg
menggunakan tanda-tanda lahir yg mudah dilihat
[6] Manajemen Perpustakaan, Lasa HS. Yogyakarta : Gama Media 2005. Hlm 62
[7] Manajemen Perpustakaan, Lasa HS. Yogyakarta : Gama Media 2005. Hlm 84
[8] Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Herlina, S.Ag.,SS.,M.Hum. IAIN RADEN
FATAH PRESS: Palembang, hlm 50
[9] Manajemen Perpustakaan, Lasa HS. Yogyakarta : Gama Media 2005. Hlm 134
[10] Elevasi adalah Mengukur ketinggian lahan dengan menggunakan rata-rata
permukaan air laut. Guna untuk memperoleh data ketinggian pada skala besar
dalam perencanaan gedung perpustakaan.
[11] Pembinaan dan pengembangan perpustakaan. Helina, S.Ag.SS.,M.Hum. Noer
Fikri offset: Palembang, 2014. Hlm 128-130
[12] Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Drs. Ibrahim Bafadal, M.Pd. Bumi
Aksara : Jakarta. 2005, hlm 35-36
0 komentar:
Posting Komentar