Makalah
Pengadaan Bahan pustaka di Perguruan tinggi
Disusun:
Nama :mukarromah
Nim :13422068
Kelas :perpustakaan-b
Dosen pembibmbing : Nirmala,Dra
TAHUN AJARAN 2014/2015
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
RADEN FATAH
PALEMBANG
Daftar
isi
Pendahuluan…………………………………………………………………...2
A. Pengertian bahan
pustaka……………………………………………..3
B. Metode pengadaan bahan
pustaka…………………………………....4
1.
Pembelian…………………………………………………………....4
2.
Tukar-menukar……………………………………………………..5
3.
Sumbangan/
hadiah…………………………………………………6
4.
Kerjasama…………………………………………………………...7
5.
Titipan……………………………………………………………......8
6.
Terbitan
sendiri……………………………………………………..8
C. Proses seleksi…………………………………………………………...8
D. Tujuan pengadaan bahan
pustaka…………………………………..10
E. Fungsi pengadaan bahan
pustaka…………………………………...10
F. Standar koleksi dalam pengadaan bahan
pustaka………………...12
G. Evaluasi pengadaan bahan
pustaka………………………………....13
H. Tujuan evaluasi bahan
pustaka……………………………………...14
I. Metode evaluasi………………………………………………………14
J. Metode terpusat pada kajian
sirkulasi……………………………..17
K. Persepsi pengguna……………………………………………………17
L. Penggunaan statistik anatar
perpustakaan………………………..18
M. Kajian sitasi…………………………………………………………..19
Kesimpulan………………………………………………………………20
Daftar
pustaka…………………………………………………………..21
Pendahuluan
Pada dasarnya perpustakan perguruan tinggi merupakan suatu
unit. pelaksanaan teknis yang merupakan bagian integral pada suatu perguruan
tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi sangat diperlukan untuk pendidikan,
penelitian/riset, dan pengabdian masyarakat yang termuat dalam Perguruan
Tinggi. Pengadaan bahan pustaka adalah salah satu dari kegiatan pelayanan
teknis pada suatu perpustakaan dalam usaha untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh para pengguna sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui
kegiatan pengadaan bahan pustaka tersebut, perpustakaan berusaha menghimpun
bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan baik itu koleksi seperti
buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur dan koleksi non cetak seperti kaset,
audio visual, mikrofilm, mikrofis, piringan hitam, video kaset, CD-ROM dan
lain-lain.
A. pengertian pengadaan
Menurut Sutarno (2006: 174) “Pengadaan atau akuisisi koleksi
bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan
sumber-sumber informasi”.
Beberapa pengertian pengadaan yang dikemukakan oleh para
ahli antara lain:
1. Menurut pendapat Sumantri, (2002: 29) Pengadaan bahan
pustaka atau koleksi adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang
akan dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan
kebutuhan peminjam serta lengkap dan aktual.
2. Menurut Darmono, (2001: 57) Pengadaan bahan pustaka
merupakan rangkain dari kebijakan pengembangan koleksi akhirnya akan bermuara
pada kegiatan pengadaan bahan pustaka.
3. Menurut Sulistyo-Basuki (2001:27) pengadan bahan pustaka
merupakan konsep yang mengacu kepada prosedur sesudah kegiatan pemilihan untuk
memperoleh dokumen, yang digunakan untuk menggembangkan dan membina koleksi
atau himpunan dokemun yang diperukan untuk memenuhi kebutuhan informasi serta mencapai sasaran unit informasi.
Dari uraian beberapa penggertian pengadaan bahan pustaka
yang dikemukan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan
pustaka adalah rangkaian kegiatan untuk
menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang sekaligus berdasarkan peraturan
kebijakan pengadaan bahan pustaka
sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati oleh penggujungnya.
Pengadaan
bahan pustaka adalah upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas bahan pustaka.
Upaya peningkatan kualitas bahan pustaka dilakukan dengan mengadakan bahan
pustaka yang belum dimiliki atau yang terbaru sesuai dengan perkembangan ilmu,
pengetahuan, dan teknologi, Sebaliknya peningkatan kuantitas bahan pustaka
adalah upaya peningkatan jumlah bahan pustaka agar kebutuhan pendidikan,
informasi dan rekreasi dapat dipenuhi.
B. Metode dalam pengadaan bahan pustaka adalah sebagai
berikut :
1)
Pembelian, untuk meringankan biaya pembelian,
kita bisa melakukan pembelian di bursa buku-buku bekas atau menelusuri
pameran-pameran buku karena pameran buku biasanya memberikan diskon
besar-besaran, kesempatan seperti ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi
pengelola perpustakaan.
1) Membeli langsung ke
toko buku
Tidak semua
perpustakaan dekat dengan penerbit sehingga apabila membeli langsung kepada
penerbit akan memakan biaya banyak untuk ongkos perjalananya. Apabila hal yang
demikian terjadi sebaiknya pustakawan membeli buku yang dekat dengan
perpustakaannya
2)
Memesan melalui toko buku
Sering kali terjadi
seorang pustakawan ingin membeli bahan pustaka ke penerbit, tetapi bahan
pustaka yang akan dibeli sudah habis. Apabila hal yang demikian ini terjadi
maka pustakawan bisa memesan bahan pustaka tersebut. Pemesanan ini bisa ke toko
buku atau penyalur. Atau juga bisa langsung kepada penerbit.
3)
Memesan langsung kepada penerbit
4)
Mengimpor buku dari luar negeri
Pembelian dan
pemesanan bahan pustaka sangat diperlukan dalam pengadaan bahan pustaka, karena
petugas dapat memilih bahan pustaka yang dibutuhkan bagi para penggunanya
sesuai dengan anggaran yang tersedia. Adapun langkah-langkah pembelian bahan pustaka adalah sebagai
berikut:
1)
Memeriksa dan melengkapi data bibliografi pustaka yang diusulkan.
2) Mencocokkan
usul dengan pustaka yang dimiliki melalui
katalog perpustakaan atau pangkalan data perpustakaan.
3)
Menerima atau menolak usulan.
4)
Membuat daftar pesanan beberapa rangkap menurut
kebutuhan.
5)
Mengirim daftar pesanan.
6)
Mengarsipkan satu rangkap daftar pesanan.
7)
Membayar pesanan atau langganan.
8)
Menyusun laporan penelitian pelangganan.
2) Tukar-menukar, kita bisa melakukan kerja sama
dengan perpustakaan yang lain dengan
tukar-menukar koleksi dengan cara
peminjaman jangka panjang. Sehingga pemustaka bisa memanfaatkan koleksi
dari perpustakaan yang lain. Tukar
menukar bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Mendaftar bahan
perpustakaan yang akan dipertukarkan.
2) Mengirimkan daftar
penawaran disertai persyaratan, misalnya biaya pengiriman, dan pengembalian.
3) Menerima kembali
daftar penawaran yang sudah dipilih pemesan.
4) Mencatat alamat
pemesan.
5) Menyampaikan bahan
perpustakaan yang dipilih oleh perpustakaan atau lembaga yang memesanya.
Tujuan diadakan tukar
menukar yaitu :
1) Untuk memperoleh
buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli di toko buku atau tidak tersedia karna alasan lain.
Sebagai contoh terutama buku-buku terbitan pemerintah, majalah-majalah dan
lain-lainnya yang akan dikirim ke perpustakaan melalui pertukaran.
2) Sistem pertukaran memberi jalan bagi
perpustakaan untuk membuang buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai.
3) Pertukaran
mengembangkan kerjasama yang baik antar perpustakaan khususnya pada tingkat
internasional. Kecuali untuk pertukaran bahan pustaka antar perpustakaan antar
informal, banyak program-program pertukaran terbatas pada perpustakaan
nasional, perpustakaan khusus dan perpustakaan research (penelitian) yang
besar.
3) sumbangan/Hadiah, untuk mendapatkan buku secara
cuma-cuma/ hadiah, maka perpustakaan dan
pustakawan harus pro aktif bekerja
sama dalam mencari unit kerja atau instansi atau LSM mana yang dapat
menghadiahkan buku-bukunya bagi keperluan perpustakaan. Pendekatan ini sangat
diperlukan, karena dengan adanya permohonan yang resmi dari pejabat
perpustakaan akan memudahkan proses pustakawan dalam memperoleh buku-buku yang
di perlukan perpustakaan secara cuma-cuma. Hadiah buku yang diterima tanpa diminta sering tidak
cocok tengan tujuan perpustakaan penerima. Hadiah dapat dilakukan dengan cara
yaitu sebagai berikut:
1) Hadiah secara langsung
Prosedur perolehan hadiah secara langsung yaitu:
a.
Meneliti kiriman bahan perpustakaan hadiah dan mencocokkannya dengan surat pengantarnya.
b.
Memilih bahan perpustakaan hadiah yang dibutuhkan.
c.
Menyisihkan bahan perpustakaan hadiah yang diperlukan.
2) Hadiah atas
permintaan
Prosedur perolehan hadiah atas permintaan yaitu:
a.
Menyusun daftar bahan perpustakaan yang diperlukan.
b.
Mengirimkan surat permohonan bahan perpustakaan hadiah.
c.
Setelah bahan perpustakaan diterima, memeriksa dan
mencocokkan daftar kiriman perpustakaan hadiah dan surat pengantarnya.
d.
Mengirimkan kembali surat pengantarnya.
e.
Mengolah bahan pustaka hadiah yang diterima seperti pengolahan bahan
perpustakaan biasa.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa
pengembangan koleksi dengan hadiah/sumbangan dapat dilakukan dengan: hadiah
atas permintaan dan hadiah tidak atas permintaan yaitu hadiah secara langsung.
Hadiah yang sesuai dapat dijadikan koleksi perpustakaan, sedangkan yang tidak
sesuai dapat ditukarkan ke perpustakaan lain.
4)
Kerjasama, kita bisa mendapatkan bahan pustaka dengan melakukan
kerjasama, misalnya dengan penerbit dan penulis dengan mendapatkan harga
buku-buku yang serendah-rendahnya dengan kualitas yang sama dengan buku yang
bagus dan mahal.
5)
Titipan
Titipan adalah bahan pustaka yang diperoleh dari
individu atau lembaga yang menitipkannya. Dalam melaksanakan pengadaan bahan
pustaka yang dilakukan melalui titipan terdapat kesepakatan antara perpustakaan
dengan pihak yang menitipkan bahan
pustaka. Biasanya jangka waktu penitipan bahan pustaka juga perlu
diperhatikan karena dapat merugikan dari segi ekonomi, misalnya jangka waktu
penitipan bahan pustaka adalah 5 tahun. dan biasanya bahan pustaka titipan
memerlukan tempat pelayanan khusus. Oleh sebab itu pihak perpustakaan harus
berhati-hati dalam menerimanya terutama persyaratan yang diajukan oleh penitip.
6)
Terbitan Sendiri, metode pengadaan koleksi yang
terakhir adalah dengan memproduksi sendiri koleksi perpustakaan. Contoh
kongkrit dari metode pengadaan ini antara lain adalah kliping atau karya tulis
yang dihasilkan oleh pustakawan, mahasiswa dan Dosen yang kemudian dihimpun menjadi
koleksi perpustakaan.
C. Proses Seleksi
Proses seleksi tergantung
dari tipe perpustakaan, dan organisasi intern perpustakaan yang bersangkutan.
Pada dasarnya personil yang berhak melakukan seleksi adalah: pustakawan,
spesialis subjek termasuk guru, toko buku, anggota komisi perpustakaan, dan
sebagainya.
Ada beberapa pandangan
terhadap prinsip dasar seleksi yaitu pandangan tradisional yang mengutamakan
nilai intrinsik bahan pustaka, pandangan liberal yang mengutamakan popularitas,
dan pandangan pluralistik yang berusaha menemukan keseimbangan antarkedua
pandangan tersebut.
Pada dasarnya pustakawan
yang bertugas di bidang pengembangan koleksi sudah memahami betul pedoman dasar
untuk melakukan seleksi yaitu:
1. mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada di pasaran,
2. memahami tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekerja,
3. mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani,
4. mengenal prinsip-prinsip seleksi,
5. mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi, dan
6. memahami berbagai kendala yang ada.
Di samping itu pustakawan
perlu memahami perbedaaan antara seleksi dan evaluasi. Dalam melakukan seleksi
berarti pustakawan menentukan apakah bahan pustaka tersebut sesuai dengan
kebutuhan pemakai, sedangkan evaluasi adalah pertimbangan nilai intrinsik bahan
pustakanya.
Untuk melakukan seleksi
ada sarana yang dapat membantu dalam proses tersebut yaitu alat bantu seleksi.
Ada dua jenis alat bantu seleksi yaitu alat bantu seleksi yang merupakan
tinjauan dan alat bantu seleksi yang berbentuk daftar judul untuk tipe
perpustakaan tertentu, subjek tertentu atau kelompok tertentu, dan ada alat
identifikasi dan verifikasi seperti bibliografi, katalog penerbit dan sebagainya.
Pustakawan diharapkan
dapat mengenal, mengetahui ciri-cirinya, serta dapat menggunakan alat bantu
seleksi tersebut dengan tepat.
D. Tujuan
Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi
perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuain diharapkan dapat
meningkatkan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus
terbina dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan
tujuan, rencana, anggaran, yang tersedia. Dengan adanya pengadaan bahan pustaka
maka koleksi perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan
perpustakaan dapat tercapai.
Perpustakaan Nasional RI (2002: 6) menyatakan bahwa program
pengembangan koleksi bertujuan:
1. Menetapkan kebijakan pada rencana pengadaan bahan pustaka.
2. Menetapkan metode yang sesuai dan terbaik untuk pengadaan.
3. Mengadakan pemeriksaan langsung pada bahan pustaka yang
dikembangkan. Menetapkan skala prioritas pada bahan pustaka yang dikembangkan.
4. Mengadakan kerjasama antara perpustakaan pada pengadaan
bahan pustaka dan pelayanan setiap unit perpustakaan
5. Melakukan evaluasi pada koleksi yang dimiliki perpustakaan.
E.
Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka
Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan
menyediakan bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian
pengadaan bahan pustaka juga mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada
dalam koleksi.
Bagian pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan
pembinaan bahan pustaka atau koleksi. Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan
salah satu dari kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan dalam
usahanya untuk memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Untuk itu, perlu
di dasari oleh petugas, anggota staff, dan pengguna bahwa secara umum menjaga
koleksi perpustkaan menjadi tanggung jawab bersama.
Kebijakan pengadaan bahan pustaka berfungsi sebagai:
1) Pedoman bagi para selektor untuk bekerja lebih terarah.
2) Sarana komunikasi untuk memberitahu pada para pemakai,
administrator, dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri koleksi
yang telah ada dan rencana untuk pengembangaan selanjutnya.
3)
Sarana perencanaan untuk membantu
dalam proses alokasi dana.
Sedangkan menurut Darmono (2001: 55) kebijakan pengadaan
koleksi Berfungsi sebagai pedoman, sarana komunikasi, dan perencanaan sebab
kebijakan tersebut:
1) Menjelaskan cakupan koleksi yang telah ada dan rencana
pengembangan selanjutnya, agar diketahui oleh staf perpustakaan, pemakai,
administrator, dan dewan pembina perpustakaan.
2) Memberi deskripsi yang sistis tentang strategi pengolahan
dan pengembangan koleksi yang diterapkan di perpustakaan.
3) Menjadi pedoman bagi para pustakawan sehingga ketaatan dalam
proses seleksi dan seleksi terjamin, koleksi yang responsive dan seimbang
terbentuk dan dana dimanfaatkan dengan sebijaksana mungkin.
4) Menjadi standar tolok ukur untuk menilai sejauh mana sasaran
pengembangan koleksi tercapai.
5) Berfungsi sebagai sumber informasi dan paduan bagi staf yang
baru mulai berpartisipasi dalam pengembangan koleksi.
6) Memperlancar koordinasi antar anggota staf pengadaan
koleksi. Memperlancar kerjasama antar perpustakaan dalam pengembangan koleksi.
7) Membantu menjaga kontinuitas, khususnya apabila koleksi
besar, serta menjadi kerangka kerja yang memperlancar transisi dari pustakawan
lama ke penggantinya.
8) Membantu pustakawan menghadapi pengadaan berkenaan dengan
bahan yang telah diseleksi atau ditolak.
9) Mengurangi pengaruh kolektor tertentu dan selera pribadi.
10) Membantu
mempertanggung jawabkan alokasi anggaran.
11) Menjadi
sarana komunikasi, baik dengan masyarakat yang dilayani maupun pihak luar lain
yang memerlukan informasi mengenai tujuan dan rencana pengadaan dan
pengembangan koleksi.
F. Standar Koleksi dalam pengadaan bahan pustaka
Tersedia
berbagai standar yang diterbitkan untuk hampir setiap jenis perpustakaan.
Standar itu memuat semua aspek dari perpustakaan, termasuk mengenai koleksi.
Standar itu ada yang menggunakan pendekatan kuantitatif, ada pula yang
menggunakan pendekatan kualitatif. Contoh dari standar adalah Standards for College Libraries, antara
lain memuat informasi mengenai cara untuk menentukan tingkatan kelas sebuah
perpustakaan dalam ukuran koleksi berdasarkan persentase koleksi yang dimiliki
dibandingkan dengan ukuran yang ideal.
Maka
apabila ukuran koleksi sebuah perpustakaan sama atau melebihi dari yang ideal,
maka perpustakaan itu mendapat kelas A. Untuk perpustakaan yang ukuran
koleksinya di bawah yang ideal mendapat kelas di bawah A. Sebuah contoh standar
yang lain, Books for College Libraries
menyatakan bahwa sebuah perpustakaan perguruan tinggi yang mempunyai program
pendidikan sarjana empat tahun seharusnya mempunyai koleksi minimum 150.000
eksemplar, 20% diantaranya seharusnya terbitan berkala yang sudah dijilid dan
sisanya 80% adalah judul-judul monograf.
G. Evaluasi
Pengadaan Bahan Pustaka
pengevaluasin untuk menemukan jawaban dan solusi atas
kendala-kendala yang menyelimuti kinerja bagian pengadaan. Dengan harapan mampu
menemukan jawaban yang menjadi titik tolak dalam kemajuan sebauh perpustakaan.
Perpustakaan merupakan lembaga yang berfungsi pokok sebagai sumber informasi
(source of information), khususnya informasi ilmiah yang dibutuhkan oleh
mahasiswa, dosen, peneliti, dan sebagainya. Dalam perpustakaan secara garis
besar ada 2 layanan yaitu : layanan umum/pembaca dan layanan teknis. Layanan
umum/ pembaca dimaksudkan untuk memberikan jasa layanan kepada pembaca yaitu
anggota perpustakaan. Sedangkan layanan teknis adalah pekerjaan perpustakaa
dalam mempersiapkan buku agar nantinya dapat digunakan untuk menyelenggarakan
layanan pembaca. Fungsi layanan perpustakaan tidak boleh menyimpang dari tujuan
perpustakaan itu sendiri. Dan tujuan dari perpustakaan itu sendiri yaitu
memberikan pelayanan kepada pembaca ialah agar bahan pustaka yang telah
dikumpulkan dan diolah sebaik-baiknya itu dapat sampai ke tangan pembaca.
Layanan teknis sendiri ada 3 hal yaitu : pengadaan , pengolahan dan
pemeliharaan bahan pustaka. Keterbatasan dana, keragaman pemakai,berkembangnya
jumlah buku dan majalah yang diterbitkan
H. Tujuan Evaluasi Pengadaan bahan pustaka
Perpustakaan melakukan evaluasi bertujan untuk :
a. Untuk mengembangkan
program pengadaan yang cerdas dan realistis berdasarkan pada data koleksi yang
sudah ada.
b. Untuk menjadi bahan
pertimbangan pengajuan anggaran untuk pengadaan koleksi berikutnya.
c. Untuk menambah pengetahuan staf pengembangan
koleksi terhadap keadaan koleksi.
I.
Metode Evaluasi Koleksi
Berbagai metode evaluasi koleksi telah dibahas dalam
berbagai tulisan, untuk memilihnya tergantung pada tujuan dan kedalaman dari
proses evaluasi. George Bonn memberikan lima pendekatan umum terhadap evaluasi,
yaitu:
1.
Pengumpulan data statistik semua koleksi yang dimiliki
2. Pengecekan pada daftar standar seperti
katalog dan bibliografi
3.
Pengumpulan pendapat dari pengguna yang biasa datang ke perpustakaan
4.
Pemeriksaan koleksi langsung
5.
Penerapan standar, pembuatan daftar kemampuan perpustakaan dalam penyampaian
dokumen, dan pencatatan manfaat relatif
dari kelompok khusus.
Pedoman untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan yang
dikeluarkan oleh American Library Association (ALA's Guide to the Evaluation of Library Collections) membagi
metode kedalam ukuran-ukuran terpusat pada koleksi dan ukuran-ukuran terpusat
pada penggunaan. Dalam setiap kategori ada sejumlah metode evaluasi khusus.
Pedoman itu meringkas sebagian besar teknik-teknik yang digunakan sekarang ini
untuk mengevaluasi koleksi. Metode tersebut difokuskan untuk sumber daya
tercetak, tetapi ada unsur-unsur yang dapat digunakan dalam evaluasi sumber
daya elektronik. Adapun metode itu adalah:
Metode Terpusat pada Koleksi
Pencocokan pada Daftar (List Checking)
Metode
dengan menggunakan daftar pencocokan (checklist)
merupakan cara lama yang telah digunakan oleh para pelaku evaluasi.
Ada beberapa kelemahan dalam teknik
pencocokan pada daftar untuk evaluasi koleksi, yaitu:
a. Pemilihan judul untuk
penggunaan yang khusus.
b. Hampir semua daftar
selektif dan bisa saja mengabaikan banyak judul-judul publikasi yang bermutu.
c. Banyak judul yang
tidak sesuai untuk sebuah komunitas perpustakaan yang khusus.
d. Daftar-daftar itu mungkin
saja sudah kadaluarsa.
e. Sebuah perpustakaan
mempunyai banyak judul yang tidak tercantum pada daftar pencocokan.
f. Pelayanan
pinjaman antar
perpustakaan tidak membawa bobot dalam evaluasi.
g. Daftar pencocokan (checklist) tidak memasukkan materi yang
khusus yang sangat penting bagi sebuah perpustakaan tertentu.
Ketika
bertindak sebagai konsultan pada kegiatan evaluasi koleksi, kami menggunakan
langkah-langkah berikut setelah menentukan tujuan dan sasaran perpustakaan:
1. Mengembangkan seperangkat
kriteria individu untuk kualitas dan nilai.
2. Mengambil sampel acak dari
koleksi dan memeriksa penggunaan perpustakaan
3. Mengumpulkan data tentang
judul yang diinginkan
4. Mencatat judul yang diambil
dari meja dan rak (penggunaan baca di tempat).
5. Mencatat secara rinci
kegiatan pinjaman antar perpustakaan (interlibrary
loan).
6. Cari tahu berapa banyak
materi kuno dalam koleksi (misalnya, penelitian sains yang lebih dari lima
belas tahun namun tidak dianggap sebagai ketinggalan jaman).
7. Apabila checklist memiliki relevansi bagi perpustakaan,
lakukan itu, tetapi juga lakukan penelitian tentang manfaat dari checklist ini.
8. Kaitkan temuan dengan
tujuan dan sasaran perpustakaan.
Koleksi
evaluasi memakan waktu, tetapi setelah menyelesaikan kegiatan ini, staf tahu
kekuatan dan kelemahan koleksi.
Penilaian Pakar
Metode
ini tergantung pada keahlian seseorang untuk melakukan penilaian dan penguasaan
terhadap subjek yang dinilai. Prosesnya bisa memerlukan peninjauan terhadap
keseluruhan koleksi menggunakan daftar penjajaran (shelflist), bisa terbatas hanya pada satu subjek, itu yang sering
terjadi, tetapi bisa juga mencakup berbagai subjek tergantung pada penguasaan
pakar tersebut terhadap subjek yang akan dievaluasi.
Biasanya
metode ini berfokus pada penilaian terhadap kualitas seperti kedalaman koleksi,
kegunaannya terkait dengan kurikulum atau penelitian, serta kekurangan dan
kekuatan koleksi. Teknik mengandalkan pada penilaian seorang pakar ini jarang
digunakan tanpa dikombinasikan dengan teknik lain. Sering kali pelaku evaluasi
yang menggunakan teknik ini merasa tidak cukup bila hanya melihat keadaan di
rak. Maka mereka merasa perlu untuk mendapatkan kesan dari komunitas yang
dilayani. Pengumpulan pandangan dari berbagai pengguna bisa dianggap mewakili
pandangan komunitas. Dengan demikian pengguna didorong untuk terlibat dalam
proses evaluasi koleksi.
J. Metode Terpusat
pada Penggunaan Kajian Sirkulasi
Pengkajian
pola penggunaan koleksi sebagai sarana untuk mengevaluasi koleksi semakin
populer. Dua asumsi dasar dalam kajian pengguna/penggunaan adalah: 1) Kecukupan
koleksi buku terkait langsung dengan pemanfaatannya oleh pengguna, dan 2)
Statistik sirkulasi memberikan gambaran yang layak mewakili penggunaan koleksi.
Dengan
digunakannya komputer dalam melaksanakan transaksi peminjaman, maka semakin
mudah untuk memantau data sirkulasi. Ada masalah dengan data sirkulasi
dikaitkan dengan nilai koleksi, karena data itu tidak termasuk data koleksi
yang dibaca di dalam perpustakaan. Beberapa jenis koleksi seperti referens dan
jurnal biasanya tidak dipinjamkan. Jadi data sirkulasi belum mewakili
keseluruhan data pemanfaatan koleksi.
K. Persepsi Pengguna
Survei
untuk mendapatkan data persepsi pengguna tentang kecukupan koleksi baik secara
kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu data yang sangat berguna
dalam program evaluasi koleksi.
Hanya
perlu diperhatikan objektivitas dari pengguna dalam menilai kecukupan koleksi
dalam memenuhi kebutuhannya. Jangan sampai ketidaktahuan pengguna dalam mencari
informasi di perpustakaan mengakibatkan penilaian kurangnya koleksi untuk
memenuhi kebutuhan akan informasinya.
Begitu
juga dengan lemahnya sistem temu kembali bisa mengakibatkan seolah-olah koleksi
perpustakaan itu tidak bisa memenuhi kebutuhan pengguna. Perlu juga diketahui
latar belakang pengguna mengapa seseorang mengatakan positif atau negatif
tentang koleksi. Tentunya pengguna yang sudah sering menggunakan perpustakaan
akan memberikan pendapat yang lebih obyektif dibandingkan dengan pengguna yang baru
atau bahkan tidak pernah menggunakan perpustakaan. Namun demikian bukan berarti
bahwa pengguna atau calon pengguna yang demikian pendapatnya tidak perlu
didengar.
Penentuan
responden secara acak tentunya akan memasukkan semua unsur dalam populasi pengguna,
termasuk pengguna potensial (belum menjadi pengguna). Perlu juga ada pertanyaan
bagi pengguna potensial mengapa mereka tidak menjadi pengguna perpustakaan,
apakah karena koleksinya tidak memenuhi kebutuhan mereka, ataukah karena mereka
tidak mengetahui apa yang ada di koleksi perpustakaan? Dengan demikian yang
menjadi masalah bukanlah koleksinya, tetapi masalah promosi perpustakaan. Semua
itu harus menjadi masukan bagi evaluasi koleksi. Penentuan pertanyaan yang jeli
akan menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat, menghilangkan kemungkinan
kesimpulan yang menyesatkan.
L. Menggunakan
Statistik Pinjam Antar Perpustakaan
Bila
pengguna sebuah perpustakaan banyak menggunakan perpustakaan lain bisa jadi ada
masalah dengan koleksi perpustakaan itu. Namun bisa juga ada hal lain yang
menyebabkan penggunanya lebih suka menggunakan perpustakaan lain seperti
pelayanannya lebih baik, keadaan perpustakaannya lebih nyaman, lebih mudah dan
cepat menemukan buku di rak, dan berbagai alasan lainnya yang tidak ada hubungannya
dengan kecukupan koleksi. Tetapi tetap saja ada kemungkinan bahwa sumber dari
semua masalah adalah koleksi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Pustakawan harus mencari informasi mengapa hal itu terjadi dan alasan utama
terjadinya penggunaan perpustakaan lain oleh komunitasnya.
Pustakawan
pengembangan koleksi juga harus secara berkala memeriksa data pinjam antar
perpustakaan, bila pelayanan itu ada. Bila ada buku atau jurnal yang tidak
dimiliki perpustakaan, tetapi sering diminta melalui pinjam antar perpustakaan,
berarti buku atau jurnal itu mempunyai peminat yang tinggi, sehingga sewajarnya
bila buku atau jurnal itu dimiliki oleh perpustakaan. Bila buku atau jurnal itu
sudah ada di koleksi, tetapi juga banyak diminta melalui pinjam antar perpustakaan,
berarti diperlukan duplikat yang lebih banyak untuk buku tersebut. Untuk jurnal
yang biasanya sangat mahal harga berlangganannya, perlu dipikirkan bagaimana
sistem baca di tempat yang lebih memberikan kesempatan yang merata kepada
pengguna.
M. Kajian Sitasi
Pada
dasarnya, ini adalah variasi pada metode checklist,
tetapi untuk bahan tingkat penelitian. Metode ini sangat berguna di
perpustakaan Perguruan Tinggi. Dengan melakukan kajian sitasi, pemetaan bidang
ilmu dapat dilakukan sehingga perpustakaan dapat mengetahui literatur-literatur
yang berkaitan dengan bidang ilmu tersebut.
Kajian
sitiran dapat memberikan cara untuk melakukan perubahan dalam kekuatan koleksi.
Kajian sitiran juga dapat memperlihatkan data tentang ketersediaan literatur
yang disitir dalam penelitian di perpustakaan.
Kesimpulan
bahwa pengadaan bahan pustaka adalah rangkaian kegiatan untuk menghimpun dan
menyeleksi bahan pustaka yang sekaligus berdasarkan peraturan kebijakan
pengadaan bahan pustaka sehingga dapat
memenuhi bahan pustaka yang diminati oleh penggujungnya.
Pengadaan bahan pustaka adalah upaya meningkatkan kualitas
dan kuantitas bahan pustaka. Upaya peningkatan kualitas bahan pustaka dilakukan
dengan mengadakan bahan pustaka yang belum dimiliki atau yang terbaru sesuai
dengan perkembangan ilmu, pengetahuan, dan teknologi, Sebaliknya peningkatan
kuantitas bahan pustaka adalah upaya peningkatan jumlah bahan pustaka agar
kebutuhan pendidikan, informasi dan rekreasi dapat dipenuhi. Macam-macam
pengadaan bahan pustaka di peroleh dari pembeliaan , tukar-menukar,
sumbangan/hadiah, kerjasama, titipan,terbitan sendiri. Fungsi pengadaan bahan
pustaka adalah menghimpun dan menyediakan bahan pustaka yang akan dijadikan
koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan bahan pustaka juga mengusahakan agar
buku-buku yang dibutuhkan ada dalam koleksi.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal,Ibrahim pengelolaan
perpustakaan sekolah –ed 1 cet.7 jakarta:bumi aksara,2009.
0 komentar:
Posting Komentar