Makalah Ini Dibuat Sebagai Tugas Individu
Mata Kuliah klasifikasi
Semester IV / 2015
Oleh:
ISTIKHOMATUL UBUDIAH (13422050)
Dosen Pengampu : NIRMALA,Dra
JURUSAN ILMU
PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN
HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tumbuhan yang ada di bumi ini
sangat banyak dan beraneka ragam. Bahkan di tiap daerah memiliki jenis makhluk
hidup yang khas, yang tidak ditemukan di daerah lain.Adanya keanekaragaman
tumbuhan ini menjadi suatu masalah dalam mengenal dan mempelajarinya. Oleh
karena itu, diperlukan suatu sistem yang mengatur keanekaragaman yang ada.
Dengan latar belakang ini, ada seorang tokoh Yunani yang mencetuskan ilmu
taksonomi yaitu Theoprates pada tahun 370-285 SM yang kemudian dikembangkan
oleh tokoh dari Swedia. Ilmu taksonomi ini merupakan ilmu tentang klasisikasi,
identifikasi dan tatanama makhluk hidup.
Ilmu taksonomi ini bertujuan untuk mempermudah pengenalan
dan pembelajaran terhadap makhluk hidup serta mempermudah dalam
mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ilmu taksonomi ini senantiasa
berkembang dari masa ke masa, sehingga muncul tokoh - tokoh baru dalam
taksonomi dan pendapat – pendapat serta teori - teori tentang taksonomi. Ilmu
taksonomi ini melahirkan berbagai sistem klasifikasi yang berbeda – beda sesuai
dengan dasar yang digunakan dalam kegiatan itu. Sistem klasifikasi yang
dilahirkan dalam sejarah perkembangan taksonomi yaitu periode tertua yang belum
memiliki sistem formal, sistem habitus, sistem numerik, sistem filogenik dan
sistem kontemporer yang kemudian akan dibahas lebih lanjut dalam makalah
ini.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a. Apakah yang dimaksud dengan sistem klasisfikasi?
b. Apakah tujuan dari klasifikasi?
c. Bagaimanakah sejarah perkembangan taksonomi?
d. Apa saja dan
bagaimanakah sistem klasifikasi dalam perkembangan ilmu taksonomi?
e. Siapa sajakah tokoh yang berperan dalam sistem
klasifikasi dalam tipa periode?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui perngertian klasifikasi
b. Mengetahui tujuan dari kegiatan klasifikasi
c. Mendeskripsikan sejarah perkembangan taksonomi
d. Mengetahui
sistem klasifikasi dalam perkembangan ilmu taksonomi dan mendeskripasikan
karakteristik tiap sistem.
e. Mengetahui tokoh tokoh yang berparan dalm tiap
sistem klasifikasi.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KLASIFIKASI
Klasifikasi
merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, classificatie, yang sendirinya
berasal dari bahasa Prancis classification. Istilah ini menunjuk kepada sebuah
metode untuk menyusun data secara sistematis atau menurut beberapa aturan atau
kaidah yang telah ditetapkan.Secara harafiah bisa pula dikatakan bahwa
klasifikasi adalah pembagian sesuatu menurut kelas-kelas.
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan
secara teratur ke dalam suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari
kumpulan informasi tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan. Klasifikasi
adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua
ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan
ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok
tumbuhan ataupu hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau
hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali
diusulkan oleh John Ray yang
berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778),
seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan
Carolus Linnaeus.
Klasifikasi ilmiah
menunjuk ke bagaimana ahli biologi mengelompokkan dan mengkategorikan spesies
dari organisme yang punah maupun yang hidup. Klasifikasi modern berakar pada
sistem Carolus Linnaeus, yang mengelompokkan spesies menurut kesamaan sifat
fisik yang dimiliki. Pengelompokan ini sudah direvisi sejak Carolus Linnaeus
untuk menjaga konsistensi dengan asas sifat umum yang diturunkan dari Darwin.
Untuk mengenali dan
mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak mudah sehingga dibuat
klasifikasi (pengelompokan) makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah
suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit
tertentu. Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah
(yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum
atau Filum (hewan)/Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Famili
(Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).
Sistem klasifikasi
Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan
fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem
klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi
Linnaeus ditulis dalam bahasa Latinkarena
pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan
resmi.
Adapun tujuan
Klasifikasi makhluk hidup adalah :
- Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan
ciri-ciri yang dimiliki
- Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk
membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis lain
- Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup
- Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya
atau belum memiliki namaMempermudah mengenali mahluk hidup
- Membandingkan dan mempelajari makhluk hidup.
Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada
makhluk hidup.
Selain memiliki
tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara lain :
1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis makhluk hidup
3. Klasifikasi memudahkan komunikasi
1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis makhluk hidup
3. Klasifikasi memudahkan komunikasi
Contoh klasifikasi
makhluk hidup adalah:
- Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan
dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak.
- Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh:
Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering
(xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan
yang hidup di lingkungan lembap (higrofit).
- Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan
menjadi tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan
dan sebagainya
- Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan
menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan
(herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).
Cara pengelompokan
makhluk hidup seperti ini dianggap kurang sesuai yang disebabkan karena dalam
pengelompokan makhluk hidup dengan cara demikian dibuat berdasarkan keinginan
orang yang mengelompokkannya.
Tingkatan Takson
Dalam sistem
klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu kelompok besar kemudian
kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok
kecil ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang lebih kecil lagi sehingga
pada akhirnya terbentuk kelompok- kelompok kecil yang beranggotakan hanya satu
jenis makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan pengelompokan ini disebut takson. Taksa
(takson) telah distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan International Code
of Botanical Nomenclature dan International Committee
on Zoological
Nomenclature.
Urutan takson antara
lain :
1.
kingdom (kerajaan)
Kingdom merupakan tingkatan takson
tertinggi makhluk hidup. Kebanyakan ahli Biologi sependapat bahwa makhluk hidup
di dunia ni dikelompokkan menjadi 5 kingdom (diusulkan oleh Robert Whittaker
tahun 1969). Kelima kingdom tersebut antara lain : Monera, Proista, Fungi,
Plantae, dan Animalia
2.
filum/divisio (keluarga besar)
Nama filum digunakan pada dunia
hewan, dan nama division digunakan pada tumbuhan. Filum atau division terdiri
atas organism-organisme yang memiliki satu atau dua persamaan ciri. Nama filum
tidak memiliki akhiran yang khas sedangkan nama division umumnya memiliki
akhiran khas, antara lain phyta dan mycota.
3.
kelas (classis)
Kelompok takson yang satu tingkat
lebih rendah dari filum atau divisio
4.
ordo (bangsa)
Setiap kelas terdiri dari beberapa
ordo. Pada dunia tumbuhan, nama ordo umumnya diberi akhiran ales.
5.
familia (suku)
Family merupakan tingkatan takson di
bawah ordo. Nama family tumbuhan biasanya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk
hewan biasanya diberi nama idea.
6.
genus (marga)
Genus adalah takson yang lebih rendah
dariada family. Nama genus terdiri atas satu kata, huruf pertama ditulis dengan
huruf capital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis dengan huruf miring
atau dibedakan dari huruf lainnya.
7.
species (jenis)
Species
adalah suatu kelompok organism yang dapat melakukan perkawinan antar sesamanya
untuk menghasilkan keturunan yang fertile (subur)
B. TUJUAN KLASIFIKASI
Klasifikasi bertujuan untuk
menyederhanakan objek studi yaitu mencari keanekaeragaman dalam keseragaman.
Kesamaan – kesamaan atau keseragaman itulah yang nantinya akan menjadi dasar
dalam pengklasifikasian jadi suatu takson atau suatu unit mempunyai sejumlah
kesamaan - kesamaan sifat. Semakin rendah tingkatan suatu takson maka
keseragaman individu dalam takson itu makin semakin dekat kekerabatannya
(kesamaannya lebih banyak). Menurut kesepakatan internasional satu tumbuhan
disebut sebgai satu individu dan seluruh tumbuhan disebut satu dunia atau
regnum. Dari istilah individu dan dunia maka dapat dibentuk urutan takson dari
yang paling besar ke yang kecil yaitu, divisi, kelas, bangsa , suku,
rumpun, marga, seksi, seri, jenis, varietas, dan bentuk.
Bila setiap bagian yang lebih kecil pada takson itu
disebut dengan istilah yang sama dan diberi awalan anak (sub), kita dapat
memilah 25 takson termasuk yang terkecil individu.
Berikut ini urutan 25 takson tersebut dari yang paling
besar ke yang kecil:
Dunia = regnum
Anak dunia = sub regnum
Divisi = divisio
Anak divisi = sub divisio
Kelas = classis
Anak kelas = sub classis
Bangsa = ordo
Anak bangsa = sub ordo
Suku = familia
Anak suku = sub familia
Rumpun = tribus
Anak rumpun = sub tribus
Marga = genus
Anak marga = sub genus
Seksi = sectio
Anak seksi = sub sectio
Seri = series
Anak seri = sub series
Jenis = spesies
Anak jenis = sub spesies
Varitas = varietas
Anak varitas = sub varietas
Bentuk = forma
Anak bentuk = sub forma
Individu = individum
C. SEJARAH PERKEMBANGAN TAKSONOMI
TUMBUHAN
Perbedaan dasar yang digunakan dalam klasifikasi
tumbuhan akan memberikan hasil klasifikasi yang berbeda - beda sehingga
terbentuklah sistem klasifikasi yang berlainan. Berdasarkan tingkat
peradababnnya, manusia yang pertama-tama melakukan kegiatan di bidang taksonomi
tumbuhan khususnya klasifikasi pasti memilah-milah dan mengelompokkan tumbuhan
berdasarkan atas kesaman ciri-ciri yang berkaitan langsung dengan kehidupan
manusia. Misalnya dihasilkan kelompok tumbuhan penghasil bahan pangan,
penghasil bahan sandang, penghasil bahan obat dan lain-lain. Selain itu jug a
dapat berdasarkan ciri-ciri yang mudah dilihat dengan mata telanjang seperti
perawakan tumbuhan. Berdasarkan perawakan tumbuhan (habitus), tumbuhan
dikelompokkan menjadi empat yaitu, pohon (arbor), yang tumbuh tinggi dan besar
serta berumur panjang, perdu, semak, dan terna (herba).
Seiring dengan kemajuan teknologi dan
peradaban ciri-ciri tumbuhan yang pada mulanya tidak dapat diamati dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan dasar dalam pengklasifikasian. Karena teknologi
yang lebih maju telah dapat mengamati bagian tersebut misalnya ciri-ciri
anatomi, kandungan zat-zat kimia dan lain-lain.
Dalam dunia taksonomi tumbuhan dikenal berbagai sistem
klasifikasi yang masing-masing diberi nama berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai atau dasar yang digunakan dalam pengklasifikasian. Sistem klasifikasi
yang bertujuan pada penyederhanan objek studi dalam bentuk suatu ikhtisar
lengkap seluruh tumbuhan disebut sistem buatan atau sistem artifisial. Dengan
keterlibatan ilmu-ilmu lain dalam taksonomi tumbuhan muncul sistem klasifikasi
lain yang tidak hanya bertujuan menyederhanakan objek sistem klasifikasinya
disebut sistem alam.
Setelah lahirnya teori evolusi muncul
sistem filogenentik yang mencita-citakan tercerminnya jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antara golongan tumbuhan yang satu dengan golongan tumbuhan yang
lain serta urutannya dalam sejarah perkembangan filogenetik tumbuhan.
Kemajuan dalam ilmu kimia dapat
mengungkap zat-zat apa saja yang ada dalam tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan
timbulnya saran agar pengklasifikasian tumbuhan juga didasarkan pada kesamaan
atau kekerabatan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya. Sehingga terbentuk
suatu aliran atau cabang dalam taksonom tumbuhan yang disebut kemotaksonomi.
Keberdaan teknologi canggih, salah satunya komputer maka
berkembang suatu aliran yang dikenal sebagai taksimetri atau taksonometri yang
berusaha untuk menentukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara dua takson
tumbuhan melalui sistem pemberian nilai untuk kemiringan yang terdapat pada organ
yang sama pada dua kelompok tumbuhan yang berbeda dan kemudian dengan penerapan
analisis kelompok (CLUSTER analisis) dibentuk kelompok-klompok untuk
menggambarkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan diantara anggota kelompok.
D. SISTEM KLASIFIKASI DAN TOKOH- TOKOH
PENCETUSNYA
Dalam garis besarnya, perkembangan
sistem klasifikasi dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
1. Periode tertua
Dalam periode ini
secara formal belum dikenal adanya system klasifikasi yang diakui (sejak ada
kegiatan dalam taksonomi sampai kira-kira abad ke-4 sebelum masehi). Sejak awal
kehidupan manusia bergantung pada bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan,
manusia sejak dahulu telah melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam
lingkup taksonomi, seperti mengenali dan memilah-milah tumbuhan mana yang
berguna baginya dan yang mana yang tidak, termasuk pemberian nama, sehingga apa
yang ditemukan dapat dikomunikasikan kapada pihak lain. Dalam zaman prasejarah
orang telah mengenal tumbuh-tumbuhan penghasil bahan pangan yang penting
seperti yang kita kenal sampai saat ini. Jenis-jenis tumbuhan ini diperkirakan
telah diperkenal sejak 7 sampai 10 ribu tahun yang telah lalu, telah
dibudidayakan oleh bangsa Mesir, China, Asiria dan Tigris Di Timur Tengah serta
bangsa-bangsa Indian di Amerika Utara dan Selatan, sejak beberapa ribu tahun
yang lalu telah dikenal berbagai jenis tumbuhan yang merupakan penghasil bahan
pangan, sandang, dan bahan obat yang berarti bahwa sebenarnya merekapun telah
menerapkan suatu sistem klasifikasi, dalam hal ini suatu system klasifikasi
yang didasarkan atas manfaat tumbuhan, sehingga tidak dapat dianggap sebagai
system buatan yang tertua. Jelaslah bahwa sejak berpuluh - puluh abad yang
lalu orang telah terjun dalam kegiatan - kegiatan taksonomi tumbuhan, walaupun
pengetahuan yang telah mereka kumpulkan belum begitu berarti, juga belum
ditata, belum menunjukan hubungan sebab dan akibat, sehingga belum dapat
disebut sebagai “ilmu pangetahuan”(science) menurut ukuran sekarang. Sekalipun
tidak ada bukti-bukti konkrit yan g berewujud peninggalan-peninggalan yang
berupa dokumen-dokumen atau bentuk karya tulis lainnya, tidak perlu diragukan
lagi bahwa sesuai dengan pernyataan Bloembergen-permulaan taksonomi tumbuhan
harus digali dari kedalaman sejarah peradaban manusia di bumi ini.
Periode system
Habitus, kira-kira pada abad ke-4 sebelum masehi sampai abad ke-17
Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu
pengetahuanh baru di anggap pada abad ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang
Yunani yang dipelopori oleh Theophrastes ( 370-285 SM) murid seorang filsuf
Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles sendiri adalah murid filsuf Yunani yang
semashur yaitu plato. Sistem klasifikasi yang diusulkan bangsa Yunani
dengan Theophrastes sebagai pelopornya juga diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli
botani dan nama itu terus dipakai sampai selama lebih 10 abad. Pengklasifikaan
tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus) yang golongan-golongan
utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan terna.
System klasifikasi ini bersifat dominan dari kira-kira abad ke-4 sebelum masehi
sampai melewati abad pertengahan, dan selama periode-periode ini ahli-ahli
botani, herbalis, dan filsuf telah menciptakan sIstem-sistem klasifikasi
yang pada umumnya masih bersifat kasar, namun sering dinyatakan telah
mencerminkan adanya hubungan kekerabatan antara golongan yang terbentuk.
Theophrastes sendiri yang dianggap
sebagai bapaknya ilmu tumbuhan, dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum
telah memperkenalkandan memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis
tumbuhan. Dalam karya ini system klasifikasi yang diterapkan oleh Theoprastes
telah mencerminkan falsafah guru dan eyang gurunya ( Aristoteles dan Plato),
yaitu suatu suatu system klasifikasi tumbuhan berdasarkan bentuk dan tekstur.
Selain golongan-golongan pohon, perdu, semak seperti yang disebut di atas, ia
juga mengadakan pengelompokan menurut umur dan membedakan tumbuhan
berumur pendek (annual), tumbuhan berumur 2 tahun (biennial),
serta tumbuhan berumur panjang (perennial). Theophrastes juga
telah dapat membedakan bunga majemuk yang berbatas (centrifugal) dan yang tidak
berbatas (centripetal), juga telah dapat membedakan bunga dengan daun mahkota
yang bebas (polipetal atau dialipetal) dan yang berlekatan (gamopetal atau
simpetal) bahkan ia telah dapat mengenali perbedaan letak bakal daun yang
tenggelam dan yang menumpang. Adapun yang telah dilakukan oleh theoprastes
hasil klasifikasi tumbuhan yang telah diciptakan masih dianggap nyata-nyata
merupakan suatu sistem artifisial.
Selama periode system habitus yang
cukup panjang ini dapat dikemukakan tokoh-tokoh lain yang memainkan peran yang
cukup penting dan dianggap telah memberikan saham yang cukup besar dalam
perkembangan taksonomi tumbuhan antara lain:
a. discorides (50-?)
Tokoh ini adalah seorang berkebangsaan
Romawi dan hidup dalam zaman pemerintahan Kaisar Nero dalam abad pertama
sebelum masehi. Discorides yang rupa-rupanya tidak mengenal karya Theoprastes
menyatakan pentingnya pemberian Chandra atau deskripsi orang akan dapat
menggambarkan tumbuhan yang dimaksud dan menggunakannya untuk pengenalan
tumbuhan. System klasifikasi ini diciptakan Dioscorides didasarkan atas manfaat
dan sifat-sifat morfologi tumbuhan.
b. plinius (23-79)
Hanya menghasilkan karya-karya yang
merupakan kompilasi saja dari karya-karya yang telah terbit sebelumnya dan
ditambahkan dengan bahan-bahan dari dongeng, takhayul, dan
kepercayaan-kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan
ke kalangan rakyat. Ia berpendapat bahwa semua tumbuhan di bumi ini diciptakan
tuhan untuk kepentingan manusia. System klasifikasi yang diikuti Plinius adalah
sistemnya Dioscorides yang telah membedakan pohon-pohonan, sayuran, tanaman
obat-obatan, dan seterusnya.
Menjelang abad ke-16, bangkit lagi
perhatian terhadap ilmu tumbuhan yang akan membawa perkembangan taksonomi
kearah yang lain. Gambar-gambar tumbuhan yang dibuat semakin bermutu,
lebih lengkap namun masih bercampur dengan data-data mengenai penggunaannya.
Dari sederetan nama-nama tokoh terkemuka dalam bidang
taksonomi tumbuhan dari masa itu dapat kita sebut antara lain :
c. o. brunfels (1464-1534)
Yang tergolong dalam kaum herbalis,
telah menghasilkan karya tentang terna yang dihiasi gambar, yang sebagian besar
merupakan bahan-bahan kompilasi dari karya-karya Theoprastes , Dioscorides, dan
Plinius. Sayang , buku itu memuat banyak konsep-konsep yang keliru serta
kekisruhan akibat dimasukkannya berbagai informasi yang bersumber dari cerita
rakyat dan takhayul (Gugon Tuhon). Kaum herbalis terutama dianggap berjasa
karena karya-karyanya yang dapat dikualifikasikan sebagai Taksonomi Deskriptif.
Dalam golongan mereka ini nama-nama yang patut diketengahkan adalah:
d. j. bock (1489-1554) (hieronymus tragus)
Adalah seorang herbalis yang pernah
menjadi guru, pendeta dan kemudian dokter yang mempunyai hobi ilmu tumbuhan. Ia
masih menggolongkan tumbuhan menjadi terna, semak dan pohon, tetapi ia mengaku
telah berupaya untuk menempatkan tumbuhan yang menurut anggotanya sekerabat
dalam katagori yang sama.
e. fuchs (1501-1566)
Kelahiran Bavaria (Jerman Barat),
adalah seorang guru besar dalam ilmu kedokteran di Tubingen Jerman Barat. Dia
terkenal dengan karya-karyanya dalam bidang ilmu tumbuhan yang benar pada
masaanya.
f. r. dodoneus (1516-1518)
Seorang dokter kelahiran Mechelen,
Belgia. Dia pernah menjelajahi Prancis, Jerman dan Italia serta menjadi dokter
di kota kelahirannya. Dia adalah penulis Het Cruyde Boek yang pada masanya
sangat mashur.
g. m. de l’obel(1545-1612)
Berkebangsaan Inggris dan pernah
mengadakan mengadakan perjalanan di Denmark dan Rusia. Dia memiliki sebuah
kebun botani di London dan penulis sebuah karya besar tentang ilmu tumbuhan.
Dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya dengan karya-karyanya yang tidak kalah
menariknya tentang Taksonomi Deskriptif.
2. Periode sistem numerik
Periode ini terjadi pada permulaan abad
ke 18, yang ditandai dengan sifat sistem yang murni artifisial, yang sengaja
dibuat sebagai sarana pembantu dalam identifikas tumbuhan. Sistem ini tidak
menggunakan bentuk dan tekstur tumbuhan sebagai dasar utama pengklasifikasian.
Tetapi pengambilan kesimpulan mengenai kekerabatan antara tumbuhan.
Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol
adalah Karl Linne (Carolus Linneaus)
Dibawah bimbingan Dr. Rudbeck ia menerbitkan karyanya
yang pertama kali mengenai seksualitas tumbuhan. Setelah menjadi dosen ia
menerbitkan karyanya yang berjudulHortus Uplandikus yang memuat
nama-nama semua tumbuhan yang terdapat dikebunraya di Upsala, yang susunannya
mengikuti sistem de Tournefort. karena jumlah tumbuhan dikebun raya tadi makin
besr jumlahnya maka linneaus menerbitkaan Hortus Uplandikus edisi
baru yang disusun menurut ciptaannya sendiri yang dikenal sebagaiSistema
Sexsuale atau sistem seksual. Doktor Gronovius seorang
dokter dan naturalis, begitu oleh Linneaus, dan Lawson menawarkan
kepada Linneaus untuk membiayai penerbitan naskahnya yaitu Sistema
Naturae yang memuat dasar-dasar pengklasifikasian tumbuhan hewan dan
mineral. Selama tahun 1737 sewaktu dinegeri Belanda karya Linneaus yang
diterbitkan berjudul Genera Plantarum dan Flora
Lavonica sambil menunggu pencetakan naskah-naskah itu Linneaus diberi
kesempatan oleh Clifford untuk berkunjung ke Inggris, dan sekembalinya dari
Inggris selama sembilan bulan ia menyiapkan naskah Hortus Cliffortianus yang
berisi jenis-jenis tumbuhan yang dipelihara dalam kebunnya Clifford selama tiga
tahun di Belanda dari tahun 1737 sampai 1739 merupakan masa yang paling
produktif bagi Linneaus. Kurang lebih ada 14 judul tulisannya terbit waktu itu,
yang sebagian besar telah dipersiapkan ketika ia masih di Swedia.
Setelah kembali lagi ke Swedia tidak lagi terbit karyanya
yang berarti dari linneaus selain spesies plantarum yang terbit 1 mei 1753.
Pada tahun 1775 ia mengundurkan diri sebagai guru besar dan tiga tahun kemudian
meninggal dunia setelah menderita sakit selama kurang lebih 2 tahun (10
januari 1778).
Sistem klasifikasi tumbuhan yang
diciptakan oleh Linnaeus masih dikategorikan sebagai sistem artivisial.
Nama Sistema Sexsuale untuk sistem yang diciptakan sebenarnya
tidakbegitu tepat karena pada dasarnya sistem ini tidak ditekankan pada masalah
jenis kelamin, tetapi pada kesamaan jumlah alat-alat kelamin seperti jumlah
benangsari. Nama-nama golongan tumbuhan yang diciptakan oleh linnaeus seperti
monandria (berbenang sari tunggal), diandria (berbenangsari dua), triandria
berbenangsari tiga dan seterusnya. Itulah sebabnya sistem klasifikasi tumbuhan
ciptaan Linnaeus dikenal pula sebagai sistem numerik.
Ciptaan Linnaeus ini meupakan sistem yang dinilai
revolusioner untuk masa itu, dan memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada
sumbangan linnaeus yang lain,dan sistem ini sengaja dirancang sebagai alat
bantu dalam mengidentifikasi tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai pencipta
sistem tatanama ganda yang ia terapkan dalam bukunyaSpecies plantarum yang
diterbitkan pada tanggal 1 mei 1753 yang menjadi pangkal tolak berlakunya
tatanama tumbuhan yang diakui.
Sesungguhnya linnaeus dianggap tidak
tepat bila ia sebagai pencipta tatanama ganda. Sebelum linnaeus, sistem
tatanama ganda telah dirintis oleh caspar bauhin, yang dalam tahun 1623 dalam
bukunya pinax theatri botanici telah menerapkan sistem
tatanama ganda pada tumbuhan. Karena besar jasa-jasa yang diberikan oleh
linnaeus bagi perkembangan taksonomi umumnya dan taksonomi tumbuha n khususnya
bagi dunia ilmu hayat linnaeus mendapatkan gelar sebagai “ bapak taksonomi”
baik hewan maupun tumbuhan dan juga mendapat pengakuan dari negara yang
diberikan oleh raja swedia yang mengangkat linnaeus ke jenjang bangsawan,
sehingga nama karl linne diubah menjadi karl von linne. Linneaus juga berperan
penting dalam taksonomi tumbuhan yangmembangkitkan minat dan semangat
siswa yang kemudian beberapa diantaranya menjadi tokoh seperti gurunya.
a. Peter Kalm ( 1716 – 1779)
Yaitu salah seorang murid linnaeus yang
berkebangsaan swedia yaitu sebagai kolektor dan penjelajah dengan ekspedisinya
ke finlandia dan rusia.
b. F. Hasselquist ( 1722 – 1752 )
Yaitu salah satu murid favrite linnaeus
yang selama 2 tahun mengadakan koleksi di timur tengah. Ia mengkoleksi tumbuhan
asli dari Palestina, Arab, Mesir, Suriah dan Smyrna.
c. P Forskal ( 1731 – 1760 )
Yaitu salah satu murid Linnaeus dari
Finlandia yang pernah terpaksa berpakaian sebagai petani untuk menghindari
penganiayaan orang-orang badui ketika mengadakan ekspedisi dari Denmark, dari
koleksi Forskal inilah Linnaeus dapat mengetahui flora Mesir, terutama yag
ada disekiatar Kairo.
d. C.P. Thunberg ( 1743- 1828)
Yaitu murid Linnaeus yang telah menulis
dua buku flora dari sejumlah besar karya – karya ilmiah lainnya. Ia pernah
mengadakan koleksi didaerah tanjung harapan di Afrika Selatan dan menemukan
sekitar 300 jenis tumbuahan yang baru untuk ilmu pengetahuan.
e. J.A Murray ( 1740- 1791)
Yaitu salah seorang murid Linnaeus yang
sangat pandai, yang kemudian menjadi guru besar di Universitas Goningen, Jerman
barat, penerbit karya Linnaeus system vegetabilum edisi ke
13,14,dan 15. Ia juga menulis berbagai publikasi dalam bidang tumbuhan.
f. J. Roemer ( 1763- 1819)
Yairu seorang guru besar di
Zurich,Swis, yang bersama schules menerbitkan karya linnaeus systema
vegetbilum edisi 16.
g. Cl.wildenow ( 1765- 1812)
Adalah guru besar dalam ilmu hayat di
Universitas Berlin dan direktur kebun raya Berlin, yang bertindak pula sebagai
penyunting (editor) species plantarum edisi ke-IV yang ditulis
kembali dan diperluas.
h. J.Schultes (1773- 1831)
Yaitu guru besar di Wina dan di
universitas lain, penulis flora austria dan bersama-samaroemer
menerbitkan karya Linnaeus systema vegetabilum edisi 16.
Setelah meninggalnya linnaeus pada tahun 1783, koleksi
tersebut dibeli oleh J.E.Smith (1758-1828) yang akhirnya dijual tiga kali lipat
kepada himpunan Linnaeus d London (linnean society of London) yang
memiliki seluruh koleksi Linneaus dan menyimpannya hingga sekarang.
3. Periode sistem
klasifikasi yang didasarkan atas kesamman bentuk atau sistem alam,dari
kira-kira akhir abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-19
Menjelang berakhirnya abad ke-18
terjadi perubahan-perubahan yang revolusioner dalam pengklasifikasiaan
tumbuhan. Sistem klasifikasi yang baru ini disebut “sistem alam” yaitu golongan
yang terbentuk merupakan unit-unit ynag wajar (natural) bila terdiri dari
anggota-anggota itu,dan dengan demikian dapat tercermin pengertian manusia
mengenai yang disebut yang dikehendaki oleh alam. Secara harfiah istilah
“sistem alam” untuk aliran baru dalam klasifikasi ini tidak begitu tepat karena
pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan. Untuk sitem
klasifikasi yang digunakan dalam periode ini, digunakan nama “sistem alam” (natural
system) dengan maksud untuk memenuhi keinginan manusia akan adanya penataan
yang tepat yang lebih baik dari sistem-sistem sebelumnya.
Dalam periode ini tokoh-tokoh yang dikemukakan dalam
periode ini adalah
a. M.Adanson ( 1727- 1806)
Yaitu seorang ahli tumbuhan
berkebangsaan Perancis dan seorang anggota akademi ilmu pengetahuan di
Universitasa Sorbonne,Paris. Yaitu ia menolak semua sistem artifisial,
menggantikan dengan sistem alam, ia termasuk orang yang pertama-tama mengadakan
eksplorasi tumbuhandidaerah tropika yang dalam bukunya families des
plantes ia telah membedakan dan mendeskripsi unit –unit pada waktu
sekarang setar dengan yang kita kenal sebgai bangsa (ordo) dan suku (
familia).
b. G.C. Oeders (1728- 1791)
Seorang ahi tumbuhan berkebangsaan
denmark yang antara lain telah menulis flora Sleeswijk Holstein dan Denmark.
c. J.R. de Lamarck (1744-1829)
Seorang ahli ilmu hayat berkebangsaan
Perancis,yang bagi para ahli taksonomi tumbuhan dikenal sebagai penulis flora
francoise yang ditulis berupa kunci untuk pengidentifiasian
tumbuh-tumbuhan diperncis, dan Lamarck juga dikenal sebgai penulis fhilosophie
zoologique dan echele animale dan dianggap sebagai slaha seorang
perintis lahirnya teori evolusi. Teorinya dikenal dengan nama “lamarckisme”,
yang menyatakan perubahan lingkungan yang dapat mengubah struktur
organisme, menimbulkan yang herediter sering menjadi bahan ejekan dikalangan
ahli ilmu hayat.
d. De Jussieu bersaudara Antoine de jussie ( 1686- 1758)
Benard de jussie (1699-1776), joseph de
jussieu (1704-1779). Tiga saudara de jussie yang merupakan putera-puteri
seorang apoteker di Lyon. Perancis. Yang ketiga-tiganya kemudian menjadi
ahli taksonomi tumbuhan yang bernama Antoine dan Benard adalah murid Pierre
Magnol (1638-1715) yang menjadi guru besar dan direktur kebun raya di
mompellier. Perancis. Benard menyusun kembali klasifikasi menurut sistem
ciptaannya sendiri,tetapi banyak kemiripannya dengan sistem linnaeus yang
ditetapkan dalam karyanya yang berjudul fragmenta methodi
naturalis dan sistem ray dalam bukunyamethodue plantarum
benard membagi tumbuhan bangsa dalam tumbuhan biji tunggal
dan tumbuhan biji belah, dan diadakan pembagian lebih lanjut mengenai
kedudukan bakal buah, ada atau tidaknya mahkota bunga,dan ada tidaknya
pelekatan daun-daun mahkota bunga.
e. Joseph (1709-1779)
Yang termuda dari ketiga De jussieu
bersaudara ini tinggal bertahun-tahun di Amerika Selatan untuk studi
dan pembuatan koleksi.
f. All de Jussieu (1748-1836)
Telah mempublikasikan
karyanya yang pertama yang memuat suatu sistem klasifikasi tumbuhan yang
baru. Saran klasifikasi tumbuhan dari De jussie adalah sebagai berikut:
·
Acotyledoneae
terdiri atas satu kelas dengan 6 suku fungi, algae, hepaticae, musci, filices,
njades.
·
Monocotyledoneae
terdiri atas 3 kelas dengan 16 suku .
·
Dicotyledoeae
yang terbagi dalam
a) Monoclinae yang dibag lagi dalam 3
golongan
ü
apetalae
terdiri atas 3 kelas dengan 11 suku
ü
monopetalae terdiri
atas 4 kelas dengan 25 suku
ü
polypetalae
terdiri atas 3 kelas dengan 57 suku
b)
Diclinae
terdiri atas 1 kelas dengan 5 suku All. de jussie menjadi guru besar yang
dikenal sebagai DE CANDOLLE, nama ini merupakan nama keluarga yang tiga
generasi berturut-turut menghasilkan tokoh-tokok yang sangat mashur dalam dunia
ilmu tumbuhan, khususnya taksonomi. Mereka itu adalah :
a. Augustin Pyramus De Candolle (1778-1841)
Yang adalah murid R.L Desfontaines
(1752-1833 yang bertahun-tahun menjabat Guru Besar ilmu tumbuhan di Paris dan
direktur Kebun Raya di sana, penulis Flora Atlantica dan berbagai publikasi
lainnya. DE CANDOLLE sendiri kemudian menjadi Guru Besar di Montpellier
(Prancis) dan akhirnya di Geneva (swiss). Ia menjadi sangat mashur sebagai
pemrakarsa dan penulis sepuluh jilid pertama sebuah karya monumental yang
berjudul Prodromus SystematisNatural Regni Vegetabilis, previsi edisi ke-III
karya Lamarck Flora Francoise, dan pencipta system klasifikasi tumbuhan
disebut menurut namanya (system de Candolle), yang banyak hal mirip
sistemnya de Jussieu, tetapi jauh lebih luas. Ia juga berpendapat, bahwa sifat-sifat
anatomi dapat dijadikan dasar klasifikasi yang lebih kuat dari pada sifat-aifat
fisiologi. Garis besar system klasifikasi de Candolle adalah sebagai berikut :
1.
Kelas
Dicotyledoneae (exogenae)
·
Anak
kelas thalamiflorae, yang terdiri atas 4 kohor dan 51 marga
·
Anak
kelas Calicyflorae, yang terdiri atads 64 marga
·
Anak
kelas Corolliflorae dengan 23 marga
·
Anak
kelas Monochlamydeae dengan 20 bangsa
2.
Kelas
Monocotyledonea (Endogenae)
·
Anak
kelas Phanerogamae dengan 21 marga
·
Anak
kelas Cryptogamae dengan 5 bangsa
3.
Kelas Acotyledonae
(Cellulares)
·
Anak
kelas Foliaceae, yang mencakup Musci dan Hepaticae.
·
Anak
kelas Aphyllae, yang meliputi Lichenes, HIpoxyla, Fungi dan Algae.
b. Alphonso De Candolle (1806-1893)
Anak Augustin de Candolle yang
menyelesaikan tugas ayahnya, sehingga Prodromus yang tersisa itu ditulis oleh
spesialis-spesialis dengan Alpohso de candolle sebagai penyuntingnya. Ia
sendiri menulis jilid pertama buku-buku Suites au Prodromus dan penyunting
kelima jilid buku-buku yang merupakan kelanjutan Prodromus yang diprakarsai
ayahnya.
c. Casimir De Candolle (1838-1918)
Adalah anak Alfonso yang menulis
berbagai monografi antara lain tentang Meliaceae dan Piperaceae, dan bertindak
sebagai editor untuk menyrlesaikan keempat jilid Suites au Prodromus yang masih
tersisa.
d. Robert Brown (1773-1858)
Adalah kolektor tumbuhan dan penulis
publikasi yang penting. Sekalipun ia sendiri tidak menciptakan suatu system
klasifikasi, tetapi karya-karyanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap
system-sistem klasifikasi yang diciptakankemudian. Ia telah menunjukan bahwa
Gymnospermae adalah golongan tumbuhan yang ditandai dengan adanya bakal biji
yang telanjang dan harus dipisahkan dari angiospermae. Ia juga orang pertana
yang menjelaskan morfologi bunga dan penyerbukan pada asclepiadeaceae dan
Polygalaceae. Ia pun dikenal sebagai penemu suatu fenomenon yang hingga
sekarang kita kenal sebagai “gerakan Brown”
e. John Llindley (1799-1865)
Adalah Guru Besar ilmu Tumbuhan di
London. Ia sangat tenar dengan ahli Anggerik. Ia mengusulkan suatu system
klasifikasi yang didasarkan atas aspek-aspek terbaik yang ia ambil dari para
pendahulunya. System Lindley merupakan system alam yang pertama yang secara
luas digunakan Inggris dan Amerika, antara lain juga merupakan system
klasifikasi alam yang paling komprehensif yang ditulis dalam bahasa inggris.
f. Brongniart (1801-1847)
Adalah Guru Besar
ilmu Tumbuhan dan anggota Akademik Ilmu Pengetahuan di Paris dan merupakan
seorang ahli paleobotani dan taksonomi. Sebagai penulis sejumlah besar
karya-karya dalam ilmu tumbuhan, ia antara lain mengusulkan suatu system
klasifikasi tumbuhan sebagai berikut :
I. Cryptogamae
1. Amphigenes (Algae, fungie,
lichenes)
2. Aerogenes (Musci, Cryptogamae
beberkas angkutan dan characeae)
II. {Phanerogamae)
1. Monocotyledonae
a. Perispermae
b. Aperispermae
2. Dicotyledonae
a. Angiospermae
a) Gamopetalae
b) Dialypetalae
b. Gymnospermae
Letak kelemahan system Brongniart ini
adalah penempatan angiospermae dan gymospermaedalam lingkungan Dicotyledonae
g. St. L. Endlicher (1804-1849)
Adalah Guru besar Ilmu Tumbuhan,
Direktur Kebun Raya dan Museum Botani di Wina. Dari sekian banyak publikasinya,
ia tercatat sebagau salah seorang penganjur system alam yang termuat dalam
bukunya Genera Plantarum yang memuat 8835 marga yang 6235di antaranya adalah
dari tumbuhan berberkas angkutan. System klasifikasinya yang termuat dalam
General Plantarum itu terbit kira-kira pada masa yang bersamaan dengan
terbitnya system bronkniart, dan dianggap sebagai salah satu sumbangan yang besar
dalam sejarah klasifikasi tumbuhan. Endlicher mengklasifikasikan tumbuhsn
sebagai berikut :
Region I Thallophyta
Sectio 1. Protophyta (Algaedan
Lichenes)
SEctio 2. HYsterophita (fungi)
Regiopn II Cormophyta
SEctio 3. Acrobrya
Kohor 1. Acrybrya anophyta (Hepaticae
dan Musci)
Kohor 2. Acrybrya protophyta
(calamariae, felices, hidropterides)
Kohor 3. Acrobrya Hysterophyta
(Rhizantheae)
Sectio 4. Ampibrya (Monocotiledonae)
Sectio 5. Acramphibrya
Kohor 1. Gymnospermae
Kohor 2. Apetalae
Kohor 3. Gamepetalae
Kohor 4. Dialypetalae
h. G. Benmtham (1800-1884) dan J. D Hooker (1817-1911)
George Bentham pada mulanya adalah
seorang amatir, tetapi setelah mencapai usia separuh baya telah memberikan
sepenuh perhatiannya kepada Ilmu taksonomi tumbuhan. Ia menjadi ahli taksonomi
yang sangat mashur, disamping itu juga ahli bahasa dan menguasai bahasa latin
dengan baik, dan penulis berbagai karya dalam bidang taksonomi tumbuhan, antara
lain Flora of Australia, hongkong, dan nomografi-monografi dunia untuknsejumlah
suku seperti Polygonaceae, labiatae, dll.SS
5. Periode
Sistem Filogenetik dari Pertengahan abad ke 19 hingga sekarang
Teori evolusi, teori desendensd atau
teori keturunan seperti yang diciptakan oleh darwin merupakan suatru teori
hingga sekarang oleh sebagian orang terutama tokoh agama masih dianggap
kontroversial dan tetap ditentang kendati ajaran itu tetap diterima dan cepat
tersebar luas dikalangan kaum ilmuan yang begitu fanatik terhadap teori ini
sampai ada yang menyatakan, bahwa “ evolusi bukannya teori lagi, tetapi
adalah suatu aksioma yang tidak perlu diragukan kebenarannya, dan oleh krenanya
tidak perlu diperdebatkan lagi “.
Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk
mengadakan penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan urutan - urutan
golongan itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan demikian juga
menunjukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang satu dengan yang lain. Jadi
dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah “filogeni” dan dari sini
lahirlah nama “sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian muncul sistem
klasifikasi yang berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan interpretasi para ahli
biologi mengenai yang disebut filogeni itu masih berbeda – beda.
Contoh tokoh – tokoh ahli taksonomi tumbuhan sebagai
berikut :
a. Alexander Braun (1805 – 1877)
Merupakan seorang ahli tumbuhan yang
dikenal sebagai pakar morfologi dan pengenal baik “Flora Eropa Tengah”. Sebagai
pelopor sistem filogenetik ia membedakan tumbuhan seperti dibawah ini :
I. Tingkat Briophyta
1. Kelas Thallodae (Algae,
Lichenes, Fungi)
2. Kelas Thallophyllodae
(Chorinae, Muscinae)
II. Tingkat Cormophyta (Felices)
III. Tingkat Anthophyta
a. Bagian besar Gymnospermae
b. Bagian besar Angiospermae
1. Kelas Monocotyledonae
2. Kelas Dicotiledonae
a. Apetalae
b. Sympetalae
c. Eleutheropetalae
b. A.W. Eichler (1839 – 1887)
Seorang ahli tumbuhan yang sangat
termashur karena publikasinya melalui diagram – diagram bunga, dan editor Flora
Braziliensis yang ditulis oleh von Martius (1794 – 1868), yang waktu
menjadi guru besar di Munich pernah mengambil Eichler sebagai asitennya.
Eichler juga pernah menjadi penulisbab tentang Coniferaedalam edisi pertama
buku Die Naturlichen Pllanzen familienyang diterbitkan oleh engler (1844 –
1930) dan K. Prantl. Klasifikasi alam tumbuhan menurut Eichler adalah sebagai
berikut :
A. Crytogamae
I. Afdeling Thallophyta
1. Kelas Algae
2. Kelas Fungi (sebagai kelompok
demikian pula Lichenes)
II. Afdeling bryophyta
III. Afdeling Pterydophyta
B. Phanerogamae
I. Afdeling Gymnospermae
II. Afdeling Panerogamae
1. Kelas Monokotiledoneae
2. Kelas Dikotiledonae
c. Adolp Engler (1844-1930)
Merupakan ahli taksonomi tumbuhan yang
berkebangsaan Jerman yang sangat termashur, penulis atau editor sejumlah
karya-karya dalam taksonomi yang sangat penting, antara lain Die Naturlichen
Pflanzenfamilien yang meliputi lebih dari 20 jilid dari bersama-sama dengan K.
Prantl. Sistem engler membagi alam tumbuhan dalam sejumlah Afdeling yang
garis-garis besarnya sebagai berikut :
I. Afdeling Schizophyta
II. Afdeling Phytosarcodyna
III. Afdeling Flagellatae
IV. Afdeling Diniflagellatae
V. Afdeling Bachilariophyta
VI. Afdeling Conjugate
VII. Afdeling Clorophyceae
VIII. Afdeling Charophyta
IX. Afdeling Phaeophyceae
X. Afdeling Rhodophyceae
XI. Afdeling Eumycetes
XII. Afdeling embryophyta
asiphonogama
1. Sub Afdeling Bryophyita
2. Sub Afdeling Pteridophyta
XIII. Afdeling Embryophyta
siphonogama
1. Sub Afdeling gymnospermae
2. Sub Afdeling Angiospermae
a. Kelas Monocotiledoneae
b. Kelas Dicotyledoneae
Salah satu penyebab mengapa engler
diterima secara luas oleh ahli – ahli tumbuhan ialah karena engler dan Plantl
dalam bukunya Die Naturlichen Pflanzenfamilien menerapkan sitemnya untuk
seluruh tumbuhan mulai dari Algae sampai kepada Spermatophyta. Engler berpendapat
bahwa Monocotiledoneae lebih primitif dari pada Dicotiledoneae, dan bahwa
Orchidaceae (anggrek) lebih maju dari pada Gramineae (rumput).
d. Charles E. Besseu (1845 – 1915)
Menjadi orang pertama yang menyajikan
suatu sistem klasifikasi secara filogenetik. Ia tidak dapat menrima hipotesi –
hipotesisnya Eichler dan Engler, dan sebagai ahli ilmu tumbuhan sangat
dipengaruhi masalah asalnya jenis dan teori evolusi seperti yang dikemukakan
oleh darwin dan wallace. Pada umunya sistem Bessey adalah seperti sistemnya
Benthan dan Hooker yang ditatakembali dengan menerapkan asas-asas evaluasi
dengan mengubah istilah “cohor” menjadi “bangsa” (ordo), “orders” menjadi
“suku” (familia).
e. Richard Wettstein (1862 – 1831)
Salah seorang guru besar ilmu tumbuhan
di Winadimana dalam sistem klasifikasinya menggunakan istilah “stamm” untuk
kategori tertinggi barangkali sering menggunakan kata “divisi”. “Abteilung”
untuk bagian “stamm” yang barangkali dapat dinamakan sekarang dengan “anak
divisi”. Selain itu dia juga masih menggunakan istilah “unter abteilung” yang
sekarang sukar dicari padananya.
f. Alfred B. Rendle (1865 – 1939
Ia terkenal bukan hanya studinya
mengenai Gramineae, Oricidaceae, Najadaceae tetapi juga karena
kepemimpinanyabertalian dengan penyusuan peraturan-peraturan pemberian nama
secar internasional. Ia juga menulis Classification of Flowering Plants yang
terdiri atas dua jilid, yang memuat sistem kjlasifikasinya yang pada dasarnya
mengikuti sistemnya Engler dan Prantl. Sistem ciptaan Rendle lebih merupakan
sistem filogenetik modern dalam arti yang sesungguhnya. Seperti Engler dan
Plantl, ia juga berpendapat bahwa Monocotiledoneae adalah golongan paling
primitif dibandingkan dengan Dicotiledoneae.
g. Karl C. Mets (1866 – 1944)
Metode penetuan jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antar tumbuhan yang dikembangkan Metz dan dibantu oleh Ziengenpix
ini timbul dari anggapan bahwa setiap jenis tumbuhan mengandung protein yang
pas bagi jenis itu dan timbul lain yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan
jenis itu di anggap mempunyai protein yang sejenis yang dpat dibuktikan melalui
reaksi serologi atau teori serodinostik. Metode ini ternyata berkembang pesat
dalam fiorlogi dan lazim diterapkan dalam mengidentifiikasi virus. Penerpannya
dalam duniaa tumbuhan adlah sebagai berikut, mulai dari suatu jenis tumbuhan
yang telah diketahui identifikasinya diakstrasi protein yang dianggap
karasteristik untuk jenis itu. Hsil ekstraksi itu disuntikan sebagai antigen
kelam darah marmot atau kelinci, yang dengan dimasukinya ndengan benda asing
itu dalam serum darahnya akan membentuk antibodi.
Jelas kiranya bahwa metode ini merupakan metode yang
cukup rumit yang tidak dikuasai oleh rata-ratanya ahli biologi, hingga aspek
ini tidak begitu banyak oleh ahli-ahli taksonomi tumbuhan yang tidak memiliki
latarbelakang pendidikan kimia yang kuat. Namun demikian, dikalangan ahli-ahli
farmasi, melaui studi formakognosi, fitokima dan lain-lain, terutama untuk
menpatkan bahan-bahan kimia dengan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
pengobatan.
h. Hans Halliers (Johan Gottfried Hallier) (1868 – 1932)
Diantara sekian banyak publikasinya,
termuat sistem filogenetik ciptaanya, yang masih berdasarkan atas asas-asas
filetik seperti yang dilakukan oleh Bessey, namun ia masih banyak menggunakan
hasil-hasil penelitian dalam paleobotani, anatomi, serologi, dan antogeni. Ia
menolak konsep Engler mengenai bunga yang masih dianggap primitif tetapi
memilih tipe strobiloid sebagai tipe bunga yang primitif. Penangananya pada
Monocotiledoneae tidak bgitu cermat terhadap yang ia lakukan pada
Dicotiledoneae.
i. August A. Pulle (1878)
Ia menggolongkan tumbuhan berbiji
dengan nama Spermatophyta, tetapi menolak konsep engler yang membagi divisi itu
menjadi dua anak divisi yaitu Monocotiledoneae dan Dicotiledoneae.
j. Carl Skottberg (1880)
Sistem skottberg berbeda baik dengan
pendapat Engler maupun Wattstein, btetapi menerima baik bebrapa pendapat
Bentham dan Bessei. Seperti ia tunjukan pada penetapan Amentiferae setelah
Roasales, dan berbeda pula dengan sistem Pulle dengan memepertahankanb
Primulales dalam Sympatalae.
k. John Hutchinson (1884 – 1972)
Sistem klasifikasi Hutchinson menujukan
kaitan – kaitan yang lebih dekat dengan sistemnya Bentham dan Hooker serta
sistemnya Bessey dari pada Engler. Walaupun sistem Hutchinson merupkan sistem
klasifikasi tumbuhan yang termasuk sistem filogenetik paling mutakhir dan cukup
terperinci tetapi hanya terbatas pada tumbuhan berbiji saja dan dari golongan
ini hanya sebagain yaitu angiospermae.
6. Sistem Klasifikasi Kontemporer
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang pesat dalam abad ke-20 ini pasti akan berpengaruh pula terhadap
perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan. Kecenderungan untuk mengkuantitatifkan
data penelitian dan penerapan matematika dalam pengolahan data yang diperoleh telah
menyusup pula ke dalam ilmu-ilmu sosial yang semula tak pernah atau belum
memanfaatkan matematika serta belum mempertimbangkan pula
kemungkinan-kemungkinanyang dapat di capai dengan penerapan pendekatan
kuantitatif matematik.
Perkembangan teknologi, khusus nya di bidang elektronika
yang dalam abad nukluer maju dengan pesat ini, telah pula menjamah bidang
taksonomi tumbuhan, yang sejak beberapa dasawarsa belakangan ini juga sudah di
jalari “penyakit” penerapan metode penelitian kuantitatif yang pengelohan
datanya memanfaatkan jasa-jasa komputer pula. Kumputer telah digunakan secara
luas dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi tumbuhan, yang
melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yang dikenal sebagai taksonomi
numerik,taksometri atau taksonometri.
Pengolahan data secara elektronik (EDP—Elektronic Data
Processing), juga sudah diterapkan untuk berbagai prosedur dalam penilitian
taksonomi antara lain dalam penyimpanan dan pengambilan laporan-laporan atau
informasi.
Taksonomi numerik didefinisikan sebagai metode evaluasi
kuantitatif mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme dan
penataan golongan-golongan itu melalui suatu analisisyang dikenal
sebagai”analisis kelompok” (cluster annalysis) kedalam katagori takson yang
lebih tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan tersebut. Peranan komputer adalah
unutk mengerjakan perbandingan kuantitatif antara organisme mengenai sejumlah
besar ciri-ciri secara simultan.
Taksonomi numerik didasarkan atas
bukti-bukti fenetik, artinya didasarkan atas kemiripan yang diperlihatkan objek
studi yang diamati dan di catat, dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan
perkembangan filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat
empirik oprasional, dan data serta kesimpulannya selalu dapat diuji kembali
melalui obsevarsi dan eksperimen. Langkah-langkah yang perlu diambil dalam
melaksanakan kegiatannya, meliputi berturut-turut :
- Pemilihan
objek studi, yang dapat berupa individu, galur, varietas, jenis, dst. Yang
penting diperhatikan ialah unit-unit yang dijadikan objek-objrk studi
harus benar mewakili golongan organisme yang sedang di garap.
- Pemilihan
ciri-ciri yang akan diberi angka (score). Jumlah ciri yang dipilih untuk
pemberian angka harus cukup banyak. Sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
ciri, yang masinhg-masing diberi kode dan selanjutnya disusun dalam bentuk
tabel atayu matriks.
- Penguksran
kemiripan. Kemiripan ditentukan dengan membandingkan tiap ciri pada masing
unit taksonomi operasional. Banyaknya atau besanya kesamaan diberi angka
yang dinyatakan dalam %.
- Analisis
kelompok (cluster analysis). Matriks kemiripan kemudian didata kembali
sehingga unit-unit taksonomi operasional yang mempunyai kemiripam bersama
yang paling tinggi dapat dikumpulkan menjadi satu. Ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang memungkinkan penentuan takson atau kelompok yang
sekerabat. Kelompok-kelompok itu disebut fenon dan ditata secara hirerki
dalam suatu diagram yang disebut dendogram.
- Diskriminasi.
Metode yang diterapkan dalam taksonometri itu dalah metode morfologi
komparatif yang secara konfesional telah lazim digunakan, dengan perbedaan
dalam taksonomi numerik dimanfaatkan bantuan peralatan yang canggih tyaitu
komputer dan alat yang digunakan untuk menghitung lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Taksonmi Umum,
Dasar-Dasar TaksonomiTumbuhan .Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
.Pudjoarinto,
A., S. Sabbithah, dan S. Sulastri. 1994. Taksonomi
Tumbuhan.Proyek Pelatihan Tenaga Kependidikan. Fakultas Biologi
UGM.Supraptono Djajadirana. 2000. Kamus Dasar Agronomi. Cetakan pertama.
PT.RajaGrafindo Persada. Jakarta
diakses tanggal 18/05/2015/ pukul 15.14)
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/09/klasifikasi-makhluk-hidup.html(diakses tanggal 18/05/2015/, pukul 15.20)
(diakses tanggal 18/05/2015/,pukul 15.10)
(diakses tanggal 18/05/2015/,
pukul117.05)
https://atangpluss.wordpress.com/tag/makalah-mengenai-klasifikasi-makhluk-hidup/
http://auliakey.blogspot.com/2015/05/18/makalah-klasifikasi-dan-sejarah.html KLASIFIKASI
DAN SEJARAH PERKEMBANGAN TAKSONOMI TUMBUHAN
Makalah Ini Dibuat Sebagai Tugas Individu
Mata Kuliah klasifikasi
Semester IV / 2015
Oleh:
ISTIKHOMATUL UBUDIAH (13422050)
Dosen Pengampu : NIRMALA,Dra
JURUSAN ILMU
PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN
HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2015
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tumbuhan yang ada di bumi ini
sangat banyak dan beraneka ragam. Bahkan di tiap daerah memiliki jenis makhluk
hidup yang khas, yang tidak ditemukan di daerah lain.Adanya keanekaragaman
tumbuhan ini menjadi suatu masalah dalam mengenal dan mempelajarinya. Oleh
karena itu, diperlukan suatu sistem yang mengatur keanekaragaman yang ada.
Dengan latar belakang ini, ada seorang tokoh Yunani yang mencetuskan ilmu
taksonomi yaitu Theoprates pada tahun 370-285 SM yang kemudian dikembangkan
oleh tokoh dari Swedia. Ilmu taksonomi ini merupakan ilmu tentang klasisikasi,
identifikasi dan tatanama makhluk hidup.
Ilmu taksonomi ini bertujuan untuk mempermudah pengenalan
dan pembelajaran terhadap makhluk hidup serta mempermudah dalam
mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ilmu taksonomi ini senantiasa
berkembang dari masa ke masa, sehingga muncul tokoh - tokoh baru dalam
taksonomi dan pendapat – pendapat serta teori - teori tentang taksonomi. Ilmu
taksonomi ini melahirkan berbagai sistem klasifikasi yang berbeda – beda sesuai
dengan dasar yang digunakan dalam kegiatan itu. Sistem klasifikasi yang
dilahirkan dalam sejarah perkembangan taksonomi yaitu periode tertua yang belum
memiliki sistem formal, sistem habitus, sistem numerik, sistem filogenik dan
sistem kontemporer yang kemudian akan dibahas lebih lanjut dalam makalah
ini.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a. Apakah yang dimaksud dengan sistem klasisfikasi?
b. Apakah tujuan dari klasifikasi?
c. Bagaimanakah sejarah perkembangan taksonomi?
d. Apa saja dan
bagaimanakah sistem klasifikasi dalam perkembangan ilmu taksonomi?
e. Siapa sajakah tokoh yang berperan dalam sistem
klasifikasi dalam tipa periode?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a. Mengetahui perngertian klasifikasi
b. Mengetahui tujuan dari kegiatan klasifikasi
c. Mendeskripsikan sejarah perkembangan taksonomi
d. Mengetahui
sistem klasifikasi dalam perkembangan ilmu taksonomi dan mendeskripasikan
karakteristik tiap sistem.
e. Mengetahui tokoh tokoh yang berparan dalm tiap
sistem klasifikasi.
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KLASIFIKASI
Klasifikasi
merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, classificatie, yang sendirinya
berasal dari bahasa Prancis classification. Istilah ini menunjuk kepada sebuah
metode untuk menyusun data secara sistematis atau menurut beberapa aturan atau
kaidah yang telah ditetapkan.Secara harafiah bisa pula dikatakan bahwa
klasifikasi adalah pembagian sesuatu menurut kelas-kelas.
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan
secara teratur ke dalam suatu herarki. Sistem penyusunan ini berasal dari
kumpulan informasi tumbuhan secara individual yang menggambarkan kekerabatan. Klasifikasi
adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua
ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan
ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok
tumbuhan ataupu hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau
hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali
diusulkan oleh John Ray yang
berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778),
seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan
Carolus Linnaeus.
Klasifikasi ilmiah
menunjuk ke bagaimana ahli biologi mengelompokkan dan mengkategorikan spesies
dari organisme yang punah maupun yang hidup. Klasifikasi modern berakar pada
sistem Carolus Linnaeus, yang mengelompokkan spesies menurut kesamaan sifat
fisik yang dimiliki. Pengelompokan ini sudah direvisi sejak Carolus Linnaeus
untuk menjaga konsistensi dengan asas sifat umum yang diturunkan dari Darwin.
Untuk mengenali dan
mempelajari makhluk hidup secara keseluruhan tidak mudah sehingga dibuat
klasifikasi (pengelompokan) makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah
suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit
tertentu. Urutan klasifikasi makhluk hidup dari tingkat tertinggi ke terendah
(yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum
atau Filum (hewan)/Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), Famili
(Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).
Sistem klasifikasi
Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan
fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem
klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi
Linnaeus ditulis dalam bahasa Latinkarena
pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan
resmi.
Adapun tujuan
Klasifikasi makhluk hidup adalah :
- Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan
ciri-ciri yang dimiliki
- Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk
membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis lain
- Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup
- Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya
atau belum memiliki namaMempermudah mengenali mahluk hidup
- Membandingkan dan mempelajari makhluk hidup.
Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada
makhluk hidup.
Selain memiliki
tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara lain :
1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis makhluk hidup
3. Klasifikasi memudahkan komunikasi
1. Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam
2. Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antarjenis makhluk hidup
3. Klasifikasi memudahkan komunikasi
Contoh klasifikasi
makhluk hidup adalah:
- Berdasarkan ukuran tubuhnya. Contoh: Tumbuhan
dikelompokkan menjadi pohon, perdu, dan semak.
- Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya. Contoh:
Tumbuhan dikelompokkan menjadi tumbuhan yang hidup di lingkungan kering
(xerofit), tumbuhan yang hidup di lingkungan air (hidrofit), dan tumbuhan
yang hidup di lingkungan lembap (higrofit).
- Berdasarkan manfaatnya. Contoh: Tumbuhan dikelompokkan
menjadi tanaman obat-obatan, tanaman sandang, tanaman hias, tanaman pangan
dan sebagainya
- Berdasarkan jenis makanannya. Contoh: Hewan dikelompokkan
menjadi hewan pemakan daging (karnivora), hewan pemakan tumbuhan
(herbivora), dan hewan pemakan hewan serta tumbuhan (omnivora).
Cara pengelompokan
makhluk hidup seperti ini dianggap kurang sesuai yang disebabkan karena dalam
pengelompokan makhluk hidup dengan cara demikian dibuat berdasarkan keinginan
orang yang mengelompokkannya.
Tingkatan Takson
Dalam sistem
klasifikasi, makhluk hidup dikelompokkan menjadi suatu kelompok besar kemudian
kelompok besar ini dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok
kecil ini kemudian dibagi lagi menjadi kelompok yang lebih kecil lagi sehingga
pada akhirnya terbentuk kelompok- kelompok kecil yang beranggotakan hanya satu
jenis makhluk hidup. Tingkatan-tingkatan pengelompokan ini disebut takson. Taksa
(takson) telah distandarisasi di seluruh dunia berdasarkan International Code
of Botanical Nomenclature dan International Committee
on Zoological
Nomenclature.
Urutan takson antara
lain :
1.
kingdom (kerajaan)
Kingdom merupakan tingkatan takson
tertinggi makhluk hidup. Kebanyakan ahli Biologi sependapat bahwa makhluk hidup
di dunia ni dikelompokkan menjadi 5 kingdom (diusulkan oleh Robert Whittaker
tahun 1969). Kelima kingdom tersebut antara lain : Monera, Proista, Fungi,
Plantae, dan Animalia
2.
filum/divisio (keluarga besar)
Nama filum digunakan pada dunia
hewan, dan nama division digunakan pada tumbuhan. Filum atau division terdiri
atas organism-organisme yang memiliki satu atau dua persamaan ciri. Nama filum
tidak memiliki akhiran yang khas sedangkan nama division umumnya memiliki
akhiran khas, antara lain phyta dan mycota.
3.
kelas (classis)
Kelompok takson yang satu tingkat
lebih rendah dari filum atau divisio
4.
ordo (bangsa)
Setiap kelas terdiri dari beberapa
ordo. Pada dunia tumbuhan, nama ordo umumnya diberi akhiran ales.
5.
familia (suku)
Family merupakan tingkatan takson di
bawah ordo. Nama family tumbuhan biasanya diberi akhiran aceae, sedangkan untuk
hewan biasanya diberi nama idea.
6.
genus (marga)
Genus adalah takson yang lebih rendah
dariada family. Nama genus terdiri atas satu kata, huruf pertama ditulis dengan
huruf capital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis dengan huruf miring
atau dibedakan dari huruf lainnya.
7.
species (jenis)
Species
adalah suatu kelompok organism yang dapat melakukan perkawinan antar sesamanya
untuk menghasilkan keturunan yang fertile (subur)
B. TUJUAN KLASIFIKASI
Klasifikasi bertujuan untuk
menyederhanakan objek studi yaitu mencari keanekaeragaman dalam keseragaman.
Kesamaan – kesamaan atau keseragaman itulah yang nantinya akan menjadi dasar
dalam pengklasifikasian jadi suatu takson atau suatu unit mempunyai sejumlah
kesamaan - kesamaan sifat. Semakin rendah tingkatan suatu takson maka
keseragaman individu dalam takson itu makin semakin dekat kekerabatannya
(kesamaannya lebih banyak). Menurut kesepakatan internasional satu tumbuhan
disebut sebgai satu individu dan seluruh tumbuhan disebut satu dunia atau
regnum. Dari istilah individu dan dunia maka dapat dibentuk urutan takson dari
yang paling besar ke yang kecil yaitu, divisi, kelas, bangsa , suku,
rumpun, marga, seksi, seri, jenis, varietas, dan bentuk.
Bila setiap bagian yang lebih kecil pada takson itu
disebut dengan istilah yang sama dan diberi awalan anak (sub), kita dapat
memilah 25 takson termasuk yang terkecil individu.
Berikut ini urutan 25 takson tersebut dari yang paling
besar ke yang kecil:
Dunia = regnum
Anak dunia = sub regnum
Divisi = divisio
Anak divisi = sub divisio
Kelas = classis
Anak kelas = sub classis
Bangsa = ordo
Anak bangsa = sub ordo
Suku = familia
Anak suku = sub familia
Rumpun = tribus
Anak rumpun = sub tribus
Marga = genus
Anak marga = sub genus
Seksi = sectio
Anak seksi = sub sectio
Seri = series
Anak seri = sub series
Jenis = spesies
Anak jenis = sub spesies
Varitas = varietas
Anak varitas = sub varietas
Bentuk = forma
Anak bentuk = sub forma
Individu = individum
C. SEJARAH PERKEMBANGAN TAKSONOMI
TUMBUHAN
Perbedaan dasar yang digunakan dalam klasifikasi
tumbuhan akan memberikan hasil klasifikasi yang berbeda - beda sehingga
terbentuklah sistem klasifikasi yang berlainan. Berdasarkan tingkat
peradababnnya, manusia yang pertama-tama melakukan kegiatan di bidang taksonomi
tumbuhan khususnya klasifikasi pasti memilah-milah dan mengelompokkan tumbuhan
berdasarkan atas kesaman ciri-ciri yang berkaitan langsung dengan kehidupan
manusia. Misalnya dihasilkan kelompok tumbuhan penghasil bahan pangan,
penghasil bahan sandang, penghasil bahan obat dan lain-lain. Selain itu jug a
dapat berdasarkan ciri-ciri yang mudah dilihat dengan mata telanjang seperti
perawakan tumbuhan. Berdasarkan perawakan tumbuhan (habitus), tumbuhan
dikelompokkan menjadi empat yaitu, pohon (arbor), yang tumbuh tinggi dan besar
serta berumur panjang, perdu, semak, dan terna (herba).
Seiring dengan kemajuan teknologi dan
peradaban ciri-ciri tumbuhan yang pada mulanya tidak dapat diamati dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan dasar dalam pengklasifikasian. Karena teknologi
yang lebih maju telah dapat mengamati bagian tersebut misalnya ciri-ciri
anatomi, kandungan zat-zat kimia dan lain-lain.
Dalam dunia taksonomi tumbuhan dikenal berbagai sistem
klasifikasi yang masing-masing diberi nama berdasarkan tujuan yang ingin
dicapai atau dasar yang digunakan dalam pengklasifikasian. Sistem klasifikasi
yang bertujuan pada penyederhanan objek studi dalam bentuk suatu ikhtisar
lengkap seluruh tumbuhan disebut sistem buatan atau sistem artifisial. Dengan
keterlibatan ilmu-ilmu lain dalam taksonomi tumbuhan muncul sistem klasifikasi
lain yang tidak hanya bertujuan menyederhanakan objek sistem klasifikasinya
disebut sistem alam.
Setelah lahirnya teori evolusi muncul
sistem filogenentik yang mencita-citakan tercerminnya jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antara golongan tumbuhan yang satu dengan golongan tumbuhan yang
lain serta urutannya dalam sejarah perkembangan filogenetik tumbuhan.
Kemajuan dalam ilmu kimia dapat
mengungkap zat-zat apa saja yang ada dalam tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan
timbulnya saran agar pengklasifikasian tumbuhan juga didasarkan pada kesamaan
atau kekerabatan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya. Sehingga terbentuk
suatu aliran atau cabang dalam taksonom tumbuhan yang disebut kemotaksonomi.
Keberdaan teknologi canggih, salah satunya komputer maka
berkembang suatu aliran yang dikenal sebagai taksimetri atau taksonometri yang
berusaha untuk menentukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara dua takson
tumbuhan melalui sistem pemberian nilai untuk kemiringan yang terdapat pada organ
yang sama pada dua kelompok tumbuhan yang berbeda dan kemudian dengan penerapan
analisis kelompok (CLUSTER analisis) dibentuk kelompok-klompok untuk
menggambarkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan diantara anggota kelompok.
D. SISTEM KLASIFIKASI DAN TOKOH- TOKOH
PENCETUSNYA
Dalam garis besarnya, perkembangan
sistem klasifikasi dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
1. Periode tertua
Dalam periode ini
secara formal belum dikenal adanya system klasifikasi yang diakui (sejak ada
kegiatan dalam taksonomi sampai kira-kira abad ke-4 sebelum masehi). Sejak awal
kehidupan manusia bergantung pada bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan,
manusia sejak dahulu telah melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam
lingkup taksonomi, seperti mengenali dan memilah-milah tumbuhan mana yang
berguna baginya dan yang mana yang tidak, termasuk pemberian nama, sehingga apa
yang ditemukan dapat dikomunikasikan kapada pihak lain. Dalam zaman prasejarah
orang telah mengenal tumbuh-tumbuhan penghasil bahan pangan yang penting
seperti yang kita kenal sampai saat ini. Jenis-jenis tumbuhan ini diperkirakan
telah diperkenal sejak 7 sampai 10 ribu tahun yang telah lalu, telah
dibudidayakan oleh bangsa Mesir, China, Asiria dan Tigris Di Timur Tengah serta
bangsa-bangsa Indian di Amerika Utara dan Selatan, sejak beberapa ribu tahun
yang lalu telah dikenal berbagai jenis tumbuhan yang merupakan penghasil bahan
pangan, sandang, dan bahan obat yang berarti bahwa sebenarnya merekapun telah
menerapkan suatu sistem klasifikasi, dalam hal ini suatu system klasifikasi
yang didasarkan atas manfaat tumbuhan, sehingga tidak dapat dianggap sebagai
system buatan yang tertua. Jelaslah bahwa sejak berpuluh - puluh abad yang
lalu orang telah terjun dalam kegiatan - kegiatan taksonomi tumbuhan, walaupun
pengetahuan yang telah mereka kumpulkan belum begitu berarti, juga belum
ditata, belum menunjukan hubungan sebab dan akibat, sehingga belum dapat
disebut sebagai “ilmu pangetahuan”(science) menurut ukuran sekarang. Sekalipun
tidak ada bukti-bukti konkrit yan g berewujud peninggalan-peninggalan yang
berupa dokumen-dokumen atau bentuk karya tulis lainnya, tidak perlu diragukan
lagi bahwa sesuai dengan pernyataan Bloembergen-permulaan taksonomi tumbuhan
harus digali dari kedalaman sejarah peradaban manusia di bumi ini.
Periode system
Habitus, kira-kira pada abad ke-4 sebelum masehi sampai abad ke-17
Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu
pengetahuanh baru di anggap pada abad ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang
Yunani yang dipelopori oleh Theophrastes ( 370-285 SM) murid seorang filsuf
Yunani bernama Aristoteles. Aristoteles sendiri adalah murid filsuf Yunani yang
semashur yaitu plato. Sistem klasifikasi yang diusulkan bangsa Yunani
dengan Theophrastes sebagai pelopornya juga diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli
botani dan nama itu terus dipakai sampai selama lebih 10 abad. Pengklasifikaan
tumbuhan terutama didasarkan atas perawakan (habitus) yang golongan-golongan
utamanya disebut dengan nama pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan terna.
System klasifikasi ini bersifat dominan dari kira-kira abad ke-4 sebelum masehi
sampai melewati abad pertengahan, dan selama periode-periode ini ahli-ahli
botani, herbalis, dan filsuf telah menciptakan sIstem-sistem klasifikasi
yang pada umumnya masih bersifat kasar, namun sering dinyatakan telah
mencerminkan adanya hubungan kekerabatan antara golongan yang terbentuk.
Theophrastes sendiri yang dianggap
sebagai bapaknya ilmu tumbuhan, dalam karyanya yang berjudul Historia Plantarum
telah memperkenalkandan memberikan deskripsinya untuk sekitar 480 jenis
tumbuhan. Dalam karya ini system klasifikasi yang diterapkan oleh Theoprastes
telah mencerminkan falsafah guru dan eyang gurunya ( Aristoteles dan Plato),
yaitu suatu suatu system klasifikasi tumbuhan berdasarkan bentuk dan tekstur.
Selain golongan-golongan pohon, perdu, semak seperti yang disebut di atas, ia
juga mengadakan pengelompokan menurut umur dan membedakan tumbuhan
berumur pendek (annual), tumbuhan berumur 2 tahun (biennial),
serta tumbuhan berumur panjang (perennial). Theophrastes juga
telah dapat membedakan bunga majemuk yang berbatas (centrifugal) dan yang tidak
berbatas (centripetal), juga telah dapat membedakan bunga dengan daun mahkota
yang bebas (polipetal atau dialipetal) dan yang berlekatan (gamopetal atau
simpetal) bahkan ia telah dapat mengenali perbedaan letak bakal daun yang
tenggelam dan yang menumpang. Adapun yang telah dilakukan oleh theoprastes
hasil klasifikasi tumbuhan yang telah diciptakan masih dianggap nyata-nyata
merupakan suatu sistem artifisial.
Selama periode system habitus yang
cukup panjang ini dapat dikemukakan tokoh-tokoh lain yang memainkan peran yang
cukup penting dan dianggap telah memberikan saham yang cukup besar dalam
perkembangan taksonomi tumbuhan antara lain:
a. discorides (50-?)
Tokoh ini adalah seorang berkebangsaan
Romawi dan hidup dalam zaman pemerintahan Kaisar Nero dalam abad pertama
sebelum masehi. Discorides yang rupa-rupanya tidak mengenal karya Theoprastes
menyatakan pentingnya pemberian Chandra atau deskripsi orang akan dapat
menggambarkan tumbuhan yang dimaksud dan menggunakannya untuk pengenalan
tumbuhan. System klasifikasi ini diciptakan Dioscorides didasarkan atas manfaat
dan sifat-sifat morfologi tumbuhan.
b. plinius (23-79)
Hanya menghasilkan karya-karya yang
merupakan kompilasi saja dari karya-karya yang telah terbit sebelumnya dan
ditambahkan dengan bahan-bahan dari dongeng, takhayul, dan
kepercayaan-kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi secara lisan
ke kalangan rakyat. Ia berpendapat bahwa semua tumbuhan di bumi ini diciptakan
tuhan untuk kepentingan manusia. System klasifikasi yang diikuti Plinius adalah
sistemnya Dioscorides yang telah membedakan pohon-pohonan, sayuran, tanaman
obat-obatan, dan seterusnya.
Menjelang abad ke-16, bangkit lagi
perhatian terhadap ilmu tumbuhan yang akan membawa perkembangan taksonomi
kearah yang lain. Gambar-gambar tumbuhan yang dibuat semakin bermutu,
lebih lengkap namun masih bercampur dengan data-data mengenai penggunaannya.
Dari sederetan nama-nama tokoh terkemuka dalam bidang
taksonomi tumbuhan dari masa itu dapat kita sebut antara lain :
c. o. brunfels (1464-1534)
Yang tergolong dalam kaum herbalis,
telah menghasilkan karya tentang terna yang dihiasi gambar, yang sebagian besar
merupakan bahan-bahan kompilasi dari karya-karya Theoprastes , Dioscorides, dan
Plinius. Sayang , buku itu memuat banyak konsep-konsep yang keliru serta
kekisruhan akibat dimasukkannya berbagai informasi yang bersumber dari cerita
rakyat dan takhayul (Gugon Tuhon). Kaum herbalis terutama dianggap berjasa
karena karya-karyanya yang dapat dikualifikasikan sebagai Taksonomi Deskriptif.
Dalam golongan mereka ini nama-nama yang patut diketengahkan adalah:
d. j. bock (1489-1554) (hieronymus tragus)
Adalah seorang herbalis yang pernah
menjadi guru, pendeta dan kemudian dokter yang mempunyai hobi ilmu tumbuhan. Ia
masih menggolongkan tumbuhan menjadi terna, semak dan pohon, tetapi ia mengaku
telah berupaya untuk menempatkan tumbuhan yang menurut anggotanya sekerabat
dalam katagori yang sama.
e. fuchs (1501-1566)
Kelahiran Bavaria (Jerman Barat),
adalah seorang guru besar dalam ilmu kedokteran di Tubingen Jerman Barat. Dia
terkenal dengan karya-karyanya dalam bidang ilmu tumbuhan yang benar pada
masaanya.
f. r. dodoneus (1516-1518)
Seorang dokter kelahiran Mechelen,
Belgia. Dia pernah menjelajahi Prancis, Jerman dan Italia serta menjadi dokter
di kota kelahirannya. Dia adalah penulis Het Cruyde Boek yang pada masanya
sangat mashur.
g. m. de l’obel(1545-1612)
Berkebangsaan Inggris dan pernah
mengadakan mengadakan perjalanan di Denmark dan Rusia. Dia memiliki sebuah
kebun botani di London dan penulis sebuah karya besar tentang ilmu tumbuhan.
Dan masih banyak tokoh-tokoh lainnya dengan karya-karyanya yang tidak kalah
menariknya tentang Taksonomi Deskriptif.
2. Periode sistem numerik
Periode ini terjadi pada permulaan abad
ke 18, yang ditandai dengan sifat sistem yang murni artifisial, yang sengaja
dibuat sebagai sarana pembantu dalam identifikas tumbuhan. Sistem ini tidak
menggunakan bentuk dan tekstur tumbuhan sebagai dasar utama pengklasifikasian.
Tetapi pengambilan kesimpulan mengenai kekerabatan antara tumbuhan.
Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol
adalah Karl Linne (Carolus Linneaus)
Dibawah bimbingan Dr. Rudbeck ia menerbitkan karyanya
yang pertama kali mengenai seksualitas tumbuhan. Setelah menjadi dosen ia
menerbitkan karyanya yang berjudulHortus Uplandikus yang memuat
nama-nama semua tumbuhan yang terdapat dikebunraya di Upsala, yang susunannya
mengikuti sistem de Tournefort. karena jumlah tumbuhan dikebun raya tadi makin
besr jumlahnya maka linneaus menerbitkaan Hortus Uplandikus edisi
baru yang disusun menurut ciptaannya sendiri yang dikenal sebagaiSistema
Sexsuale atau sistem seksual. Doktor Gronovius seorang
dokter dan naturalis, begitu oleh Linneaus, dan Lawson menawarkan
kepada Linneaus untuk membiayai penerbitan naskahnya yaitu Sistema
Naturae yang memuat dasar-dasar pengklasifikasian tumbuhan hewan dan
mineral. Selama tahun 1737 sewaktu dinegeri Belanda karya Linneaus yang
diterbitkan berjudul Genera Plantarum dan Flora
Lavonica sambil menunggu pencetakan naskah-naskah itu Linneaus diberi
kesempatan oleh Clifford untuk berkunjung ke Inggris, dan sekembalinya dari
Inggris selama sembilan bulan ia menyiapkan naskah Hortus Cliffortianus yang
berisi jenis-jenis tumbuhan yang dipelihara dalam kebunnya Clifford selama tiga
tahun di Belanda dari tahun 1737 sampai 1739 merupakan masa yang paling
produktif bagi Linneaus. Kurang lebih ada 14 judul tulisannya terbit waktu itu,
yang sebagian besar telah dipersiapkan ketika ia masih di Swedia.
Setelah kembali lagi ke Swedia tidak lagi terbit karyanya
yang berarti dari linneaus selain spesies plantarum yang terbit 1 mei 1753.
Pada tahun 1775 ia mengundurkan diri sebagai guru besar dan tiga tahun kemudian
meninggal dunia setelah menderita sakit selama kurang lebih 2 tahun (10
januari 1778).
Sistem klasifikasi tumbuhan yang
diciptakan oleh Linnaeus masih dikategorikan sebagai sistem artivisial.
Nama Sistema Sexsuale untuk sistem yang diciptakan sebenarnya
tidakbegitu tepat karena pada dasarnya sistem ini tidak ditekankan pada masalah
jenis kelamin, tetapi pada kesamaan jumlah alat-alat kelamin seperti jumlah
benangsari. Nama-nama golongan tumbuhan yang diciptakan oleh linnaeus seperti
monandria (berbenang sari tunggal), diandria (berbenangsari dua), triandria
berbenangsari tiga dan seterusnya. Itulah sebabnya sistem klasifikasi tumbuhan
ciptaan Linnaeus dikenal pula sebagai sistem numerik.
Ciptaan Linnaeus ini meupakan sistem yang dinilai
revolusioner untuk masa itu, dan memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada
sumbangan linnaeus yang lain,dan sistem ini sengaja dirancang sebagai alat
bantu dalam mengidentifikasi tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai pencipta
sistem tatanama ganda yang ia terapkan dalam bukunyaSpecies plantarum yang
diterbitkan pada tanggal 1 mei 1753 yang menjadi pangkal tolak berlakunya
tatanama tumbuhan yang diakui.
Sesungguhnya linnaeus dianggap tidak
tepat bila ia sebagai pencipta tatanama ganda. Sebelum linnaeus, sistem
tatanama ganda telah dirintis oleh caspar bauhin, yang dalam tahun 1623 dalam
bukunya pinax theatri botanici telah menerapkan sistem
tatanama ganda pada tumbuhan. Karena besar jasa-jasa yang diberikan oleh
linnaeus bagi perkembangan taksonomi umumnya dan taksonomi tumbuha n khususnya
bagi dunia ilmu hayat linnaeus mendapatkan gelar sebagai “ bapak taksonomi”
baik hewan maupun tumbuhan dan juga mendapat pengakuan dari negara yang
diberikan oleh raja swedia yang mengangkat linnaeus ke jenjang bangsawan,
sehingga nama karl linne diubah menjadi karl von linne. Linneaus juga berperan
penting dalam taksonomi tumbuhan yangmembangkitkan minat dan semangat
siswa yang kemudian beberapa diantaranya menjadi tokoh seperti gurunya.
a. Peter Kalm ( 1716 – 1779)
Yaitu salah seorang murid linnaeus yang
berkebangsaan swedia yaitu sebagai kolektor dan penjelajah dengan ekspedisinya
ke finlandia dan rusia.
b. F. Hasselquist ( 1722 – 1752 )
Yaitu salah satu murid favrite linnaeus
yang selama 2 tahun mengadakan koleksi di timur tengah. Ia mengkoleksi tumbuhan
asli dari Palestina, Arab, Mesir, Suriah dan Smyrna.
c. P Forskal ( 1731 – 1760 )
Yaitu salah satu murid Linnaeus dari
Finlandia yang pernah terpaksa berpakaian sebagai petani untuk menghindari
penganiayaan orang-orang badui ketika mengadakan ekspedisi dari Denmark, dari
koleksi Forskal inilah Linnaeus dapat mengetahui flora Mesir, terutama yag
ada disekiatar Kairo.
d. C.P. Thunberg ( 1743- 1828)
Yaitu murid Linnaeus yang telah menulis
dua buku flora dari sejumlah besar karya – karya ilmiah lainnya. Ia pernah
mengadakan koleksi didaerah tanjung harapan di Afrika Selatan dan menemukan
sekitar 300 jenis tumbuahan yang baru untuk ilmu pengetahuan.
e. J.A Murray ( 1740- 1791)
Yaitu salah seorang murid Linnaeus yang
sangat pandai, yang kemudian menjadi guru besar di Universitas Goningen, Jerman
barat, penerbit karya Linnaeus system vegetabilum edisi ke
13,14,dan 15. Ia juga menulis berbagai publikasi dalam bidang tumbuhan.
f. J. Roemer ( 1763- 1819)
Yairu seorang guru besar di
Zurich,Swis, yang bersama schules menerbitkan karya linnaeus systema
vegetbilum edisi 16.
g. Cl.wildenow ( 1765- 1812)
Adalah guru besar dalam ilmu hayat di
Universitas Berlin dan direktur kebun raya Berlin, yang bertindak pula sebagai
penyunting (editor) species plantarum edisi ke-IV yang ditulis
kembali dan diperluas.
h. J.Schultes (1773- 1831)
Yaitu guru besar di Wina dan di
universitas lain, penulis flora austria dan bersama-samaroemer
menerbitkan karya Linnaeus systema vegetabilum edisi 16.
Setelah meninggalnya linnaeus pada tahun 1783, koleksi
tersebut dibeli oleh J.E.Smith (1758-1828) yang akhirnya dijual tiga kali lipat
kepada himpunan Linnaeus d London (linnean society of London) yang
memiliki seluruh koleksi Linneaus dan menyimpannya hingga sekarang.
3. Periode sistem
klasifikasi yang didasarkan atas kesamman bentuk atau sistem alam,dari
kira-kira akhir abad ke-18 sampai pertengahan abad ke-19
Menjelang berakhirnya abad ke-18
terjadi perubahan-perubahan yang revolusioner dalam pengklasifikasiaan
tumbuhan. Sistem klasifikasi yang baru ini disebut “sistem alam” yaitu golongan
yang terbentuk merupakan unit-unit ynag wajar (natural) bila terdiri dari
anggota-anggota itu,dan dengan demikian dapat tercermin pengertian manusia
mengenai yang disebut yang dikehendaki oleh alam. Secara harfiah istilah
“sistem alam” untuk aliran baru dalam klasifikasi ini tidak begitu tepat karena
pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan. Untuk sitem
klasifikasi yang digunakan dalam periode ini, digunakan nama “sistem alam” (natural
system) dengan maksud untuk memenuhi keinginan manusia akan adanya penataan
yang tepat yang lebih baik dari sistem-sistem sebelumnya.
Dalam periode ini tokoh-tokoh yang dikemukakan dalam
periode ini adalah
a. M.Adanson ( 1727- 1806)
Yaitu seorang ahli tumbuhan
berkebangsaan Perancis dan seorang anggota akademi ilmu pengetahuan di
Universitasa Sorbonne,Paris. Yaitu ia menolak semua sistem artifisial,
menggantikan dengan sistem alam, ia termasuk orang yang pertama-tama mengadakan
eksplorasi tumbuhandidaerah tropika yang dalam bukunya families des
plantes ia telah membedakan dan mendeskripsi unit –unit pada waktu
sekarang setar dengan yang kita kenal sebgai bangsa (ordo) dan suku (
familia).
b. G.C. Oeders (1728- 1791)
Seorang ahi tumbuhan berkebangsaan
denmark yang antara lain telah menulis flora Sleeswijk Holstein dan Denmark.
c. J.R. de Lamarck (1744-1829)
Seorang ahli ilmu hayat berkebangsaan
Perancis,yang bagi para ahli taksonomi tumbuhan dikenal sebagai penulis flora
francoise yang ditulis berupa kunci untuk pengidentifiasian
tumbuh-tumbuhan diperncis, dan Lamarck juga dikenal sebgai penulis fhilosophie
zoologique dan echele animale dan dianggap sebagai slaha seorang
perintis lahirnya teori evolusi. Teorinya dikenal dengan nama “lamarckisme”,
yang menyatakan perubahan lingkungan yang dapat mengubah struktur
organisme, menimbulkan yang herediter sering menjadi bahan ejekan dikalangan
ahli ilmu hayat.
d. De Jussieu bersaudara Antoine de jussie ( 1686- 1758)
Benard de jussie (1699-1776), joseph de
jussieu (1704-1779). Tiga saudara de jussie yang merupakan putera-puteri
seorang apoteker di Lyon. Perancis. Yang ketiga-tiganya kemudian menjadi
ahli taksonomi tumbuhan yang bernama Antoine dan Benard adalah murid Pierre
Magnol (1638-1715) yang menjadi guru besar dan direktur kebun raya di
mompellier. Perancis. Benard menyusun kembali klasifikasi menurut sistem
ciptaannya sendiri,tetapi banyak kemiripannya dengan sistem linnaeus yang
ditetapkan dalam karyanya yang berjudul fragmenta methodi
naturalis dan sistem ray dalam bukunyamethodue plantarum
benard membagi tumbuhan bangsa dalam tumbuhan biji tunggal
dan tumbuhan biji belah, dan diadakan pembagian lebih lanjut mengenai
kedudukan bakal buah, ada atau tidaknya mahkota bunga,dan ada tidaknya
pelekatan daun-daun mahkota bunga.
e. Joseph (1709-1779)
Yang termuda dari ketiga De jussieu
bersaudara ini tinggal bertahun-tahun di Amerika Selatan untuk studi
dan pembuatan koleksi.
f. All de Jussieu (1748-1836)
Telah mempublikasikan
karyanya yang pertama yang memuat suatu sistem klasifikasi tumbuhan yang
baru. Saran klasifikasi tumbuhan dari De jussie adalah sebagai berikut:
·
Acotyledoneae
terdiri atas satu kelas dengan 6 suku fungi, algae, hepaticae, musci, filices,
njades.
·
Monocotyledoneae
terdiri atas 3 kelas dengan 16 suku .
·
Dicotyledoeae
yang terbagi dalam
a) Monoclinae yang dibag lagi dalam 3
golongan
ü
apetalae
terdiri atas 3 kelas dengan 11 suku
ü
monopetalae terdiri
atas 4 kelas dengan 25 suku
ü
polypetalae
terdiri atas 3 kelas dengan 57 suku
b)
Diclinae
terdiri atas 1 kelas dengan 5 suku All. de jussie menjadi guru besar yang
dikenal sebagai DE CANDOLLE, nama ini merupakan nama keluarga yang tiga
generasi berturut-turut menghasilkan tokoh-tokok yang sangat mashur dalam dunia
ilmu tumbuhan, khususnya taksonomi. Mereka itu adalah :
a. Augustin Pyramus De Candolle (1778-1841)
Yang adalah murid R.L Desfontaines
(1752-1833 yang bertahun-tahun menjabat Guru Besar ilmu tumbuhan di Paris dan
direktur Kebun Raya di sana, penulis Flora Atlantica dan berbagai publikasi
lainnya. DE CANDOLLE sendiri kemudian menjadi Guru Besar di Montpellier
(Prancis) dan akhirnya di Geneva (swiss). Ia menjadi sangat mashur sebagai
pemrakarsa dan penulis sepuluh jilid pertama sebuah karya monumental yang
berjudul Prodromus SystematisNatural Regni Vegetabilis, previsi edisi ke-III
karya Lamarck Flora Francoise, dan pencipta system klasifikasi tumbuhan
disebut menurut namanya (system de Candolle), yang banyak hal mirip
sistemnya de Jussieu, tetapi jauh lebih luas. Ia juga berpendapat, bahwa sifat-sifat
anatomi dapat dijadikan dasar klasifikasi yang lebih kuat dari pada sifat-aifat
fisiologi. Garis besar system klasifikasi de Candolle adalah sebagai berikut :
1.
Kelas
Dicotyledoneae (exogenae)
·
Anak
kelas thalamiflorae, yang terdiri atas 4 kohor dan 51 marga
·
Anak
kelas Calicyflorae, yang terdiri atads 64 marga
·
Anak
kelas Corolliflorae dengan 23 marga
·
Anak
kelas Monochlamydeae dengan 20 bangsa
2.
Kelas
Monocotyledonea (Endogenae)
·
Anak
kelas Phanerogamae dengan 21 marga
·
Anak
kelas Cryptogamae dengan 5 bangsa
3.
Kelas Acotyledonae
(Cellulares)
·
Anak
kelas Foliaceae, yang mencakup Musci dan Hepaticae.
·
Anak
kelas Aphyllae, yang meliputi Lichenes, HIpoxyla, Fungi dan Algae.
b. Alphonso De Candolle (1806-1893)
Anak Augustin de Candolle yang
menyelesaikan tugas ayahnya, sehingga Prodromus yang tersisa itu ditulis oleh
spesialis-spesialis dengan Alpohso de candolle sebagai penyuntingnya. Ia
sendiri menulis jilid pertama buku-buku Suites au Prodromus dan penyunting
kelima jilid buku-buku yang merupakan kelanjutan Prodromus yang diprakarsai
ayahnya.
c. Casimir De Candolle (1838-1918)
Adalah anak Alfonso yang menulis
berbagai monografi antara lain tentang Meliaceae dan Piperaceae, dan bertindak
sebagai editor untuk menyrlesaikan keempat jilid Suites au Prodromus yang masih
tersisa.
d. Robert Brown (1773-1858)
Adalah kolektor tumbuhan dan penulis
publikasi yang penting. Sekalipun ia sendiri tidak menciptakan suatu system
klasifikasi, tetapi karya-karyanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap
system-sistem klasifikasi yang diciptakankemudian. Ia telah menunjukan bahwa
Gymnospermae adalah golongan tumbuhan yang ditandai dengan adanya bakal biji
yang telanjang dan harus dipisahkan dari angiospermae. Ia juga orang pertana
yang menjelaskan morfologi bunga dan penyerbukan pada asclepiadeaceae dan
Polygalaceae. Ia pun dikenal sebagai penemu suatu fenomenon yang hingga
sekarang kita kenal sebagai “gerakan Brown”
e. John Llindley (1799-1865)
Adalah Guru Besar ilmu Tumbuhan di
London. Ia sangat tenar dengan ahli Anggerik. Ia mengusulkan suatu system
klasifikasi yang didasarkan atas aspek-aspek terbaik yang ia ambil dari para
pendahulunya. System Lindley merupakan system alam yang pertama yang secara
luas digunakan Inggris dan Amerika, antara lain juga merupakan system
klasifikasi alam yang paling komprehensif yang ditulis dalam bahasa inggris.
f. Brongniart (1801-1847)
Adalah Guru Besar
ilmu Tumbuhan dan anggota Akademik Ilmu Pengetahuan di Paris dan merupakan
seorang ahli paleobotani dan taksonomi. Sebagai penulis sejumlah besar
karya-karya dalam ilmu tumbuhan, ia antara lain mengusulkan suatu system
klasifikasi tumbuhan sebagai berikut :
I. Cryptogamae
1. Amphigenes (Algae, fungie,
lichenes)
2. Aerogenes (Musci, Cryptogamae
beberkas angkutan dan characeae)
II. {Phanerogamae)
1. Monocotyledonae
a. Perispermae
b. Aperispermae
2. Dicotyledonae
a. Angiospermae
a) Gamopetalae
b) Dialypetalae
b. Gymnospermae
Letak kelemahan system Brongniart ini
adalah penempatan angiospermae dan gymospermaedalam lingkungan Dicotyledonae
g. St. L. Endlicher (1804-1849)
Adalah Guru besar Ilmu Tumbuhan,
Direktur Kebun Raya dan Museum Botani di Wina. Dari sekian banyak publikasinya,
ia tercatat sebagau salah seorang penganjur system alam yang termuat dalam
bukunya Genera Plantarum yang memuat 8835 marga yang 6235di antaranya adalah
dari tumbuhan berberkas angkutan. System klasifikasinya yang termuat dalam
General Plantarum itu terbit kira-kira pada masa yang bersamaan dengan
terbitnya system bronkniart, dan dianggap sebagai salah satu sumbangan yang besar
dalam sejarah klasifikasi tumbuhan. Endlicher mengklasifikasikan tumbuhsn
sebagai berikut :
Region I Thallophyta
Sectio 1. Protophyta (Algaedan
Lichenes)
SEctio 2. HYsterophita (fungi)
Regiopn II Cormophyta
SEctio 3. Acrobrya
Kohor 1. Acrybrya anophyta (Hepaticae
dan Musci)
Kohor 2. Acrybrya protophyta
(calamariae, felices, hidropterides)
Kohor 3. Acrobrya Hysterophyta
(Rhizantheae)
Sectio 4. Ampibrya (Monocotiledonae)
Sectio 5. Acramphibrya
Kohor 1. Gymnospermae
Kohor 2. Apetalae
Kohor 3. Gamepetalae
Kohor 4. Dialypetalae
h. G. Benmtham (1800-1884) dan J. D Hooker (1817-1911)
George Bentham pada mulanya adalah
seorang amatir, tetapi setelah mencapai usia separuh baya telah memberikan
sepenuh perhatiannya kepada Ilmu taksonomi tumbuhan. Ia menjadi ahli taksonomi
yang sangat mashur, disamping itu juga ahli bahasa dan menguasai bahasa latin
dengan baik, dan penulis berbagai karya dalam bidang taksonomi tumbuhan, antara
lain Flora of Australia, hongkong, dan nomografi-monografi dunia untuknsejumlah
suku seperti Polygonaceae, labiatae, dll.SS
5. Periode
Sistem Filogenetik dari Pertengahan abad ke 19 hingga sekarang
Teori evolusi, teori desendensd atau
teori keturunan seperti yang diciptakan oleh darwin merupakan suatru teori
hingga sekarang oleh sebagian orang terutama tokoh agama masih dianggap
kontroversial dan tetap ditentang kendati ajaran itu tetap diterima dan cepat
tersebar luas dikalangan kaum ilmuan yang begitu fanatik terhadap teori ini
sampai ada yang menyatakan, bahwa “ evolusi bukannya teori lagi, tetapi
adalah suatu aksioma yang tidak perlu diragukan kebenarannya, dan oleh krenanya
tidak perlu diperdebatkan lagi “.
Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk
mengadakan penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan urutan - urutan
golongan itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan demikian juga
menunjukan jauh dekatnya hubungan kekerabatan yang satu dengan yang lain. Jadi
dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah “filogeni” dan dari sini
lahirlah nama “sistem filogenetik” kenyataanya, bahwa kemudian muncul sistem
klasifikasi yang berbeda, membuktikan bahwa persepsi dan interpretasi para ahli
biologi mengenai yang disebut filogeni itu masih berbeda – beda.
Contoh tokoh – tokoh ahli taksonomi tumbuhan sebagai
berikut :
a. Alexander Braun (1805 – 1877)
Merupakan seorang ahli tumbuhan yang
dikenal sebagai pakar morfologi dan pengenal baik “Flora Eropa Tengah”. Sebagai
pelopor sistem filogenetik ia membedakan tumbuhan seperti dibawah ini :
I. Tingkat Briophyta
1. Kelas Thallodae (Algae,
Lichenes, Fungi)
2. Kelas Thallophyllodae
(Chorinae, Muscinae)
II. Tingkat Cormophyta (Felices)
III. Tingkat Anthophyta
a. Bagian besar Gymnospermae
b. Bagian besar Angiospermae
1. Kelas Monocotyledonae
2. Kelas Dicotiledonae
a. Apetalae
b. Sympetalae
c. Eleutheropetalae
b. A.W. Eichler (1839 – 1887)
Seorang ahli tumbuhan yang sangat
termashur karena publikasinya melalui diagram – diagram bunga, dan editor Flora
Braziliensis yang ditulis oleh von Martius (1794 – 1868), yang waktu
menjadi guru besar di Munich pernah mengambil Eichler sebagai asitennya.
Eichler juga pernah menjadi penulisbab tentang Coniferaedalam edisi pertama
buku Die Naturlichen Pllanzen familienyang diterbitkan oleh engler (1844 –
1930) dan K. Prantl. Klasifikasi alam tumbuhan menurut Eichler adalah sebagai
berikut :
A. Crytogamae
I. Afdeling Thallophyta
1. Kelas Algae
2. Kelas Fungi (sebagai kelompok
demikian pula Lichenes)
II. Afdeling bryophyta
III. Afdeling Pterydophyta
B. Phanerogamae
I. Afdeling Gymnospermae
II. Afdeling Panerogamae
1. Kelas Monokotiledoneae
2. Kelas Dikotiledonae
c. Adolp Engler (1844-1930)
Merupakan ahli taksonomi tumbuhan yang
berkebangsaan Jerman yang sangat termashur, penulis atau editor sejumlah
karya-karya dalam taksonomi yang sangat penting, antara lain Die Naturlichen
Pflanzenfamilien yang meliputi lebih dari 20 jilid dari bersama-sama dengan K.
Prantl. Sistem engler membagi alam tumbuhan dalam sejumlah Afdeling yang
garis-garis besarnya sebagai berikut :
I. Afdeling Schizophyta
II. Afdeling Phytosarcodyna
III. Afdeling Flagellatae
IV. Afdeling Diniflagellatae
V. Afdeling Bachilariophyta
VI. Afdeling Conjugate
VII. Afdeling Clorophyceae
VIII. Afdeling Charophyta
IX. Afdeling Phaeophyceae
X. Afdeling Rhodophyceae
XI. Afdeling Eumycetes
XII. Afdeling embryophyta
asiphonogama
1. Sub Afdeling Bryophyita
2. Sub Afdeling Pteridophyta
XIII. Afdeling Embryophyta
siphonogama
1. Sub Afdeling gymnospermae
2. Sub Afdeling Angiospermae
a. Kelas Monocotiledoneae
b. Kelas Dicotyledoneae
Salah satu penyebab mengapa engler
diterima secara luas oleh ahli – ahli tumbuhan ialah karena engler dan Plantl
dalam bukunya Die Naturlichen Pflanzenfamilien menerapkan sitemnya untuk
seluruh tumbuhan mulai dari Algae sampai kepada Spermatophyta. Engler berpendapat
bahwa Monocotiledoneae lebih primitif dari pada Dicotiledoneae, dan bahwa
Orchidaceae (anggrek) lebih maju dari pada Gramineae (rumput).
d. Charles E. Besseu (1845 – 1915)
Menjadi orang pertama yang menyajikan
suatu sistem klasifikasi secara filogenetik. Ia tidak dapat menrima hipotesi –
hipotesisnya Eichler dan Engler, dan sebagai ahli ilmu tumbuhan sangat
dipengaruhi masalah asalnya jenis dan teori evolusi seperti yang dikemukakan
oleh darwin dan wallace. Pada umunya sistem Bessey adalah seperti sistemnya
Benthan dan Hooker yang ditatakembali dengan menerapkan asas-asas evaluasi
dengan mengubah istilah “cohor” menjadi “bangsa” (ordo), “orders” menjadi
“suku” (familia).
e. Richard Wettstein (1862 – 1831)
Salah seorang guru besar ilmu tumbuhan
di Winadimana dalam sistem klasifikasinya menggunakan istilah “stamm” untuk
kategori tertinggi barangkali sering menggunakan kata “divisi”. “Abteilung”
untuk bagian “stamm” yang barangkali dapat dinamakan sekarang dengan “anak
divisi”. Selain itu dia juga masih menggunakan istilah “unter abteilung” yang
sekarang sukar dicari padananya.
f. Alfred B. Rendle (1865 – 1939
Ia terkenal bukan hanya studinya
mengenai Gramineae, Oricidaceae, Najadaceae tetapi juga karena
kepemimpinanyabertalian dengan penyusuan peraturan-peraturan pemberian nama
secar internasional. Ia juga menulis Classification of Flowering Plants yang
terdiri atas dua jilid, yang memuat sistem kjlasifikasinya yang pada dasarnya
mengikuti sistemnya Engler dan Prantl. Sistem ciptaan Rendle lebih merupakan
sistem filogenetik modern dalam arti yang sesungguhnya. Seperti Engler dan
Plantl, ia juga berpendapat bahwa Monocotiledoneae adalah golongan paling
primitif dibandingkan dengan Dicotiledoneae.
g. Karl C. Mets (1866 – 1944)
Metode penetuan jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antar tumbuhan yang dikembangkan Metz dan dibantu oleh Ziengenpix
ini timbul dari anggapan bahwa setiap jenis tumbuhan mengandung protein yang
pas bagi jenis itu dan timbul lain yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan
jenis itu di anggap mempunyai protein yang sejenis yang dpat dibuktikan melalui
reaksi serologi atau teori serodinostik. Metode ini ternyata berkembang pesat
dalam fiorlogi dan lazim diterapkan dalam mengidentifiikasi virus. Penerpannya
dalam duniaa tumbuhan adlah sebagai berikut, mulai dari suatu jenis tumbuhan
yang telah diketahui identifikasinya diakstrasi protein yang dianggap
karasteristik untuk jenis itu. Hsil ekstraksi itu disuntikan sebagai antigen
kelam darah marmot atau kelinci, yang dengan dimasukinya ndengan benda asing
itu dalam serum darahnya akan membentuk antibodi.
Jelas kiranya bahwa metode ini merupakan metode yang
cukup rumit yang tidak dikuasai oleh rata-ratanya ahli biologi, hingga aspek
ini tidak begitu banyak oleh ahli-ahli taksonomi tumbuhan yang tidak memiliki
latarbelakang pendidikan kimia yang kuat. Namun demikian, dikalangan ahli-ahli
farmasi, melaui studi formakognosi, fitokima dan lain-lain, terutama untuk
menpatkan bahan-bahan kimia dengan tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
pengobatan.
h. Hans Halliers (Johan Gottfried Hallier) (1868 – 1932)
Diantara sekian banyak publikasinya,
termuat sistem filogenetik ciptaanya, yang masih berdasarkan atas asas-asas
filetik seperti yang dilakukan oleh Bessey, namun ia masih banyak menggunakan
hasil-hasil penelitian dalam paleobotani, anatomi, serologi, dan antogeni. Ia
menolak konsep Engler mengenai bunga yang masih dianggap primitif tetapi
memilih tipe strobiloid sebagai tipe bunga yang primitif. Penangananya pada
Monocotiledoneae tidak bgitu cermat terhadap yang ia lakukan pada
Dicotiledoneae.
i. August A. Pulle (1878)
Ia menggolongkan tumbuhan berbiji
dengan nama Spermatophyta, tetapi menolak konsep engler yang membagi divisi itu
menjadi dua anak divisi yaitu Monocotiledoneae dan Dicotiledoneae.
j. Carl Skottberg (1880)
Sistem skottberg berbeda baik dengan
pendapat Engler maupun Wattstein, btetapi menerima baik bebrapa pendapat
Bentham dan Bessei. Seperti ia tunjukan pada penetapan Amentiferae setelah
Roasales, dan berbeda pula dengan sistem Pulle dengan memepertahankanb
Primulales dalam Sympatalae.
k. John Hutchinson (1884 – 1972)
Sistem klasifikasi Hutchinson menujukan
kaitan – kaitan yang lebih dekat dengan sistemnya Bentham dan Hooker serta
sistemnya Bessey dari pada Engler. Walaupun sistem Hutchinson merupkan sistem
klasifikasi tumbuhan yang termasuk sistem filogenetik paling mutakhir dan cukup
terperinci tetapi hanya terbatas pada tumbuhan berbiji saja dan dari golongan
ini hanya sebagain yaitu angiospermae.
6. Sistem Klasifikasi Kontemporer
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang pesat dalam abad ke-20 ini pasti akan berpengaruh pula terhadap
perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan. Kecenderungan untuk mengkuantitatifkan
data penelitian dan penerapan matematika dalam pengolahan data yang diperoleh telah
menyusup pula ke dalam ilmu-ilmu sosial yang semula tak pernah atau belum
memanfaatkan matematika serta belum mempertimbangkan pula
kemungkinan-kemungkinanyang dapat di capai dengan penerapan pendekatan
kuantitatif matematik.
Perkembangan teknologi, khusus nya di bidang elektronika
yang dalam abad nukluer maju dengan pesat ini, telah pula menjamah bidang
taksonomi tumbuhan, yang sejak beberapa dasawarsa belakangan ini juga sudah di
jalari “penyakit” penerapan metode penelitian kuantitatif yang pengelohan
datanya memanfaatkan jasa-jasa komputer pula. Kumputer telah digunakan secara
luas dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi tumbuhan, yang
melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yang dikenal sebagai taksonomi
numerik,taksometri atau taksonometri.
Pengolahan data secara elektronik (EDP—Elektronic Data
Processing), juga sudah diterapkan untuk berbagai prosedur dalam penilitian
taksonomi antara lain dalam penyimpanan dan pengambilan laporan-laporan atau
informasi.
Taksonomi numerik didefinisikan sebagai metode evaluasi
kuantitatif mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme dan
penataan golongan-golongan itu melalui suatu analisisyang dikenal
sebagai”analisis kelompok” (cluster annalysis) kedalam katagori takson yang
lebih tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan tersebut. Peranan komputer adalah
unutk mengerjakan perbandingan kuantitatif antara organisme mengenai sejumlah
besar ciri-ciri secara simultan.
Taksonomi numerik didasarkan atas
bukti-bukti fenetik, artinya didasarkan atas kemiripan yang diperlihatkan objek
studi yang diamati dan di catat, dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan
perkembangan filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat
empirik oprasional, dan data serta kesimpulannya selalu dapat diuji kembali
melalui obsevarsi dan eksperimen. Langkah-langkah yang perlu diambil dalam
melaksanakan kegiatannya, meliputi berturut-turut :
- Pemilihan
objek studi, yang dapat berupa individu, galur, varietas, jenis, dst. Yang
penting diperhatikan ialah unit-unit yang dijadikan objek-objrk studi
harus benar mewakili golongan organisme yang sedang di garap.
- Pemilihan
ciri-ciri yang akan diberi angka (score). Jumlah ciri yang dipilih untuk
pemberian angka harus cukup banyak. Sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
ciri, yang masinhg-masing diberi kode dan selanjutnya disusun dalam bentuk
tabel atayu matriks.
- Penguksran
kemiripan. Kemiripan ditentukan dengan membandingkan tiap ciri pada masing
unit taksonomi operasional. Banyaknya atau besanya kesamaan diberi angka
yang dinyatakan dalam %.
- Analisis
kelompok (cluster analysis). Matriks kemiripan kemudian didata kembali
sehingga unit-unit taksonomi operasional yang mempunyai kemiripam bersama
yang paling tinggi dapat dikumpulkan menjadi satu. Ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang memungkinkan penentuan takson atau kelompok yang
sekerabat. Kelompok-kelompok itu disebut fenon dan ditata secara hirerki
dalam suatu diagram yang disebut dendogram.
- Diskriminasi.
Metode yang diterapkan dalam taksonometri itu dalah metode morfologi
komparatif yang secara konfesional telah lazim digunakan, dengan perbedaan
dalam taksonomi numerik dimanfaatkan bantuan peralatan yang canggih tyaitu
komputer dan alat yang digunakan untuk menghitung lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Taksonmi Umum,
Dasar-Dasar TaksonomiTumbuhan .Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
.Pudjoarinto,
A., S. Sabbithah, dan S. Sulastri. 1994. Taksonomi
Tumbuhan.Proyek Pelatihan Tenaga Kependidikan. Fakultas Biologi
UGM.Supraptono Djajadirana. 2000. Kamus Dasar Agronomi. Cetakan pertama.
PT.RajaGrafindo Persada. Jakarta
diakses tanggal 18/05/2015/ pukul 15.14)
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2009/09/klasifikasi-makhluk-hidup.html(diakses tanggal 18/05/2015/, pukul 15.20)
(diakses tanggal 18/05/2015/,pukul 15.10)
(diakses tanggal 18/05/2015/,
pukul117.05)
https://atangpluss.wordpress.com/tag/makalah-mengenai-klasifikasi-makhluk-hidup/
http://auliakey.blogspot.com/2015/05/18/makalah-klasifikasi-dan-sejarah.html
Your Affiliate Money Making Machine is waiting -
BalasHapusPlus, earning money online using it is as easy as 1, 2, 3!
This is how it all works...
STEP 1. Choose affiliate products the system will promote
STEP 2. Add push button traffic (it LITERALLY takes JUST 2 minutes)
STEP 3. See how the system explode your list and sell your affiliate products on it's own!
Are you ready to make money automatically???
Click here to check it out