Minggu, 23 Oktober 2016

PERENCANAAN PERPUSTAKAAN

Perencanaan Perpustakaan

Description: XXXXX.jpg

DISUSUN OLEH :
1.       NORA DESTRIANI
2.       MARISA
3.       KAPRIKO AMANDA
KELAS : 13-PUS-B
DOSEN PEMBIMBING: HERLINA, S.Ag., SS., M.Hum

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN FATAH PALEMBANG



PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Perencanaan  adalah kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa depan guna mencapai tujuan yang diinginkan, serta pemantauan dan penilaian atas perkembangan hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.
Perencanaan atau planning berasal dari kata plan yang artinya rencana, rancangan, maksud dan niat. Planning berarti perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan, sedangkan rencana merupakan hasil dari perencanaan tersebut. Perencanaan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan program yang didalamnya memuat segala sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh, prosedur dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan.

B.     TUJUAN
1.       Menyediakan arahan dan kerangka kerja perpustakaan yang akan memandu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
2.       Meningkatkan layanan perpustakaan melalui control pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran.
3.       Untuk memastikan pengembangan yang rasional dan efektif baik bagi sumber-sumber informasi yang menjadi koleksi perpustakaan.
4.       Memungkinkan menggantisipasi kebutuhan sumber-sumber informasi dengan cara membuat perencanaan keadaan saat ini dan proyeksi keadaan di masa datang.
5.       Memberikan pengalaman dan keahlian bagi pustakawan dalam membuat perencanaan.






PEMBAHASAN

A.    Pengertian Perencanaan
Perencanaan merupakan titik awal berbagai aktivitas organisasi yang sangat menentukan keberhasilan organisasi. Perencanaan harus dilakukan oleh perpustakaan untuk memberikan arah, menjadi standar kerja, memberikan pemersatu, dan membantu untuk memperkirakan peluang-peluang (Swastha, 1990:34). Dengan perencanaan yang baik maka seluruh aktivitas organisasi dapat diarahkan menuju titik tujuan yang jelas.[1]
Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Didalamnya meliputi tempat, oleh siapa pelaku atau pelaksana, dan bagaimana tata caranya mencapai itu. Setiap rencana memiliki tiga ciri khas, yaitu (1) selalu berdimensi waktu yang akan datang atau kemasa depan, (2) selalu mengandung kegiatan-kegiatan tertentu dan bertujuan tertentu, (3) memiliki alasan, sebab, atau landasan, baik secara personal, organisasional, maupun kedua-duanya. Mutu perencanaan akan ditentukan oleh beberapa faktor, seperti pandangan hidup, pengetahuan, dan kemampuan pribadi perencana (planner).
Perencanaan memiliki kemampuan-kemampuan berpikir tertentu, oleh karena itu setiap orang tidak dapat menjadi perencana. Apabila sebuah perpustakaan tidak dapat membuat perencanaan yang baik, maka mungkin juga tidak akan dapat menjalankan manajemen sebagaimana mestinya. Oleh karena itu kunci seni dan keberhasilan manajemen terletak dan dimulai pada perencanaan. Bagi para perencana diperlukan sekurang-kurangnya tiga kemampuan berpikir, yaitu :
1.      Berpikir secara trayektoris, artinya melihat kedepan (futuristis, memperkirakan keadaan, trayek atau jalan lintas yang akan ditempuh)
2.      Berpikir secara kualitatif, artinya dapat mengenal, melihat, dan menentukan segala sesuatu yang akan diperlukan, seperti kebutuhan tenaga manusia, dengan persyaratan tertentu antara lain kemampuan, keterampilan, jumlah, kebutuhan dana, sarana dan prasarana, peralatan dan perlengkapan.
3.      Berpikir secara kuantitatif, artinya dapat melihat dimensi-dimensi, mengukur, menghitung, membuat jadwal, dan berpikir secara matematis.
Perencanaan akan menghasilkan rencana. Bentuk dan wujud rencana yang praktis dan pragmatis akan sangat mempermudah pelaksanaan dan pengawasan. Bentuk dasar suatu rencana adalah:
1.      Sesuatu rumusan yang akan dicapai
2.      Kebijakan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan dimasa yang akan datang
3.      Prosedur, metode, dan proses tata kerja dalam menyelesaikan pekerjaan
4.      Program kerja dan jadwal pelaksana kegiatan secara berurutan
5.      Anggaran yang dibutuhkan
6.      Jaringan, diagram, desain, maket, pola, dan model yang dijadikan pedoman untuk menyelesaikan pekerjaan.[2]
Perencanaan merupakan proses dan kegiatan pimpinan (manajer) yang terus-menerus. Maksudnya setiap kali timbul sesuatu yang “baru”, baik masalah, hal, situasi maupun kondisi, maka perlu dibuat rencana atau diperbarui rencana yang sudah ada, dalam bentuk suatu keputusan (decision) terlebih dulu.kemudian hasil perencanaan baru itu harus diperintahkan untuk dilaksanakan. Tanpa keputusan dan perintah (komando) tidak akan ada pelaksanaan dan penyelenggaraan. Tugas yang sulit dalam perencanaan adalah pertama, mengenai orang, baik dalam arti pribadi, oknum, pelaku, perilaku, kelompok, grup, maupun masyarakatnya. Kedua, adalah mengenai keterbatasan pada diri manusia itu sendiri, bahwa ia (mereka) tidak bisa meramal dengan tepat keadaan hari depan. Dengan demikian maka perencanaan itu dapat kita rumuskan sebagai:
1.      Aktivitas pengumpulan data dan informasi, beserta pemikiran untuk menentukan apa yang akan dicapai, apa yang harus dilakukan, bagaimana urutannya, fasilitas yang diperlukan.
2.      Membuat pasti untuk dicapai atau dijalankan (faktor penguasaan dan kontrol).
3.      Menentukan dan merumuskan segala apa yang dituntut atau dikehendaki oleh organisasi yang dipimpinnya.
Sebuah perencanaan yang baik, adalah yang rasional, dapat dilaksanakan, dan menjadi panduan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan tersebut sudah merupakan permulaan pekerjaan yang baik dari proses pencapaian tujuan organisasi.
B.     Perencanaan Perpustakaan
Perpustakaan sebagai lembaga yang selalu berkembang (library is the growing organism) memerlukan perencanaan dalam pengelolaan, meliputi bahan informasi, sumber daya manusia, dana, gedung/ruang, sistem, dan perlengkapan.
Sumber daya manusia merupakan unsur pendukung utama dalam kegiatan organisasi/lembaga. Kebutuhan sumber daya manusia untuk perpustakaan perlu direncanakan dengan mempertimbangkan: jenis kegiatan, kualitas dan kuantitas tenaga, spesialisasi,[3] pemanfaatan teknologi informasi, dana, dan tingkat pendidikan pemakai.
Tidak kalah pentingnya perencanaan penggalian dana yang menjadi nafas suatu perpustakaan. Dana dapat diperoleh melalui keanggotaan, denda, jasa fotokopi, jasa penelusuran literatur,[4] jasa terjemahan, kerjasama dengan penerbit, anggaran rutin, dan anggaran proyek/sponsor.
Mengingat begitu pentingnya perencanaan bagi suatu perpustakaan, dalam penyusunannya diperlukan pengetahuan dan pengetahuan luas (sulistyo-Basuki, 1993:192). Perencanaan ini terkait masalah sumber daya manusia, dana, dan fasilitas lain sebagai pendukung pelaksanaan. Pentingnya perencanaan bagi suatu perpustakaan disebabkan karena hal-hal berikut ini :
1.      Perencanaan merupakan dasar pelaksanaan aktivitas
Pimpinan perpustakaan tidak akan mampu melaksanakan fungsi manajemen dan kepemimpinan dengan baik tanpa perencanaan yang sudah ditetapkan. Perencanaan yang memadai akan memberikan petunjuk kepada pimpnan perpustakaan mengenai sistem organisasi, prosedur dan kebijakan yang ditempuh, kualifikasi tenaga yang diperlukan, dan kearah mana tenaga harus digerakkan untuk melakukan pekerjaan dan tugas-tugas kepustakawanan.

2.      Perencanaan merupakan alat pengawasan
Pengawasan sebenarnya merupakan upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan adanya perencanaan akan diketahui adanya penyimpangan langkah yang kemudian dapat dilakukan pengukuran signifikasi[5] penyimpangan itu. Oleh karena itu pengawasan harus didasarkan pada perencanaan. Perencanaan yang jelas, lengkap, dan terpadu akan mampu meningkatkan efektivitas pengawasan.
3.      Perencanaan yang proporsional akan membawa efektivitas dan efisiensi
Dengan adanya perencanaan, seorang pimpinan perpustakaan akan berusaha untuk mencapai tujuan dengan biaya yang paling kecil dan menghasilkan produk (barang/jasa) yang lebih besar. Oleh karena itu, dalam penyusunan rencana perlu diantisipasi adanya akibat-akibat yang tidak dikehendaki dan sedapat mungkin dihindarkan atau setidaknya dikurangi.

C.    Fungsi Perencanaan
Perencanaan yang merupakan titik awal kegiatan akan menetukan sasaran yang akan dicapai, tindakan yang akan dilakukan, bentuk organisasi yang tepat, dan orang-orang yang bertanggung jawab atas suatu kegiatan. Perencanaan yang matang berfungsi untuk :
1.      Membantu tercapainya tujuan
Dengan perencanaan yang disusun berdasarkan alasan-alasan yang kuat dan pemikiran yang mendalam, keragu-raguan dapat dibatasi atau bahkan dihilangkan. Sehingga dapat mencapai suatu tujuan yang di inginkan.
2.      Tercapainya efektifitas dan efisiensi
Efektivitas menunjukkan kemampuan seorang dalam merumuskan tujuan dan alat yang tepat untuk mencapai tujuan. Peter Drucker (dalam Handoko, 1993:7) menyatakan bahwa efektivitas adalah melakukan pekerjaan secara benar. Adapun efisiensi adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan benar. Ini dapat diartikan bahwa hasil, produktivitas, dan kinerja yang diperoleh lebih banyak daripada pengeluaran biaya, tenaga, pikiran, dan mesin yang digunakan. Langkah ini berarti menunjukkan adanya penghematan, baik dari segi tenaga maupun biaya.


D.    Tahapan Perencanaan
Langkah awal dalam proses perencanaan perpustakaan adalah penetapan visi, misi, tujuan, perumusan keadaan sekarang, identifikasi kemudahan dan hambatan, dan pengembangan perencanaan (Handoko, 1993:79-80)
1.      Penetapan Visi, Misi, dan Tujuan
Keberadaan visi dalam suatu perpustakaan akan berfungsi memperjelas arah perkembangan perpustakaan dan memotivasi seluruh komponen untuk mengambil tindakan ke arah yang benar.  Visi sebenarnya merupakan penetapan tujuan jangka panjang suatu organisasi/lembaga yang bersifat abstrak, mudah dipahami, memiliki keunggulan dari yang lain, terbayangkan, dan disusun oleh pimpinan bersama anggota lembaga. Mengingat betapa pentingnya penetapan visi suatu organisasi, maka seperti UPT Pepustakaan UIN Raden Fatah telah menetapkan visinya, yaitu: “menjadikan UPT perpustakaan Raden Fatah sebagai pusat rujukan dan layanan informasi yang profesional dan unggul berbasis ilmu-ilmu keislaman multidisiplin”. Adapun misi merupakan penjabaran visi dengan rumusan-rumusan kegiatan yang akan dilakukan dan hasilnya dapat diukur, dilihat, dirasakan, maupun dibuktikan, karena bersifat kasat mata (tangible), sedangkan tujuan adalah sasaran yang akan dicapai suatu perpustakaan dalam jangka pendek dan hasilnya bisa dirasakan. Lanjutan dari Visi diatas maka Misi dari UPT Perpustakaan UIN raden Fatah adalah : 1) Menyediakan akses terhadap informasi dan layanan informasi untuk mendukung fungsi tri darma perguruan tinggi. 2) Meningkatkan koleksi perpustakaan dalam bidang keislaman multidisiplin agar lebih dapat berdaya guna bagi sivitas akademika UIN Raden Fatah. 3) Meningkatkan kualitas layanan yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. 4) Menjalani hubungan kerjasama dengan lembaga terkait untuk meningkatkan akses kesumber-sumber yang relevan.
2.      Perumusan keadaan sekarang
Keadaan perpustakaan sekarang perlu dipahami, baik kekurangan maupun kelebihannya. Hal itu penting untuk menetapkan langkah-langkah yang akan dilakukan. Pada tahap ini diperlukan informasi dan data statistik yang akurat yang diperoleh dengan komunikasi yang baik di perpustakaan itu. Contohnya : Dalam melakukan pengadaan koleksi bahan pustaka, haruslah memiliki komunikasi antara pustakawan dan bagian pengolahan. Karena dalam mengadakan koleksi perlu diketahui buku-buku apa saja yang paling diminati dan paling banyak dipinjam oleh pemustaka. kemudian dilakukan pencatatan untuk memperoleh data atas koleksi-koleksi apa saja yang perlu diadakan.

3.      Idenfitikasi kemudahan dan hambatan
Perlu dipahami pula kekuatan apa saja yang dimiliki perpustakaan sebagai modal untuk melakukan kegiatan. Kekuatan adalah segala elemen yang dapat menjadi pendorong untuk memajukan suatu perpustakaan. Kekurangan yang dapat menjadi hambatan pengembangan perpustakaan pun perlu diketahui dan segera diatasi. Apabila kekurangan itu dikelola dengan baik justru akan menjadi kekuatan.
4.      Pengembangan Perencanaan
Dalam pelaksanaan kegiatan perpustakaan terdapat pengembangan prosedur, alat, dana, maupun tenaga karena berbagai faktor. Oleh karena itu, kemungkinan-kemungkinan seperti ini perlu diidentifikasi sebaik-baiknya agar dalam pengembangan perencanaan tidak terjadi pemborosan dana dan tenaga atau terjadinya penyelewengan atas perencanaan semula.[6] Agar dalam pengembangan perpustakaan dapat dicapai tujuan yang baik, perencanaan perlu mempertimbangkan sumber daya manusia, bahan informasi, dana, gedung/ruang, sistem, dan peralatan dengan tetap memperhatikan manajemen dan keahlian.
a.       Sumber daya manusia
Peningkatan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian utama karena sumber daya ini merupakan sumber bergerak, sedangkan sumber daya lain merupakan benda mati. Oleh karena itu, sumber daya manusia ini dapat dikembangkan dan ditingkatkan kemampuan nya, yang hasilnya diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan kinerja perpustakaan. Seluruh SDM/personalia yang dimiliki perpustakaan perlu diatur sedemikian rupa, dalam hal ini disebut “Manajemen  Sumber Daya Manusia” (Human Resources Management).
b.      Bahan Informasi
Ø  Peran bahan informasi
Bahan informasi menjadi napas suatu perpustakaan, di samping faktor pendukung lain, seperti gedung, sumber daya manusia, perlengkapan, dan pemakai. Kualitas dan kuantitas bahan informasi sangat mempengaruhi minat pemakai dalam pemanfaatan jasa perpustakaan.
Ø  Macam-macam Bahan Informasi
Bahan-bahan informasi yang diterima perpustakaan dapat terdiri dari bahan buku dan bahan nonbuku. Bahan buku dapat terdiri dari buku teks, bahan rujukan, laporan penelitian, makalah temu ilmiah, karya akademik, literatur kelabu, karya fiksi, dan terbitan berkala. Sedangkan bahan nonbuku dapat terdiri dari mikrofis, film mikro, kaset, piringan hitam, CD, dan lainnya.[7]
c.       Perabot dan perlengkapan perpustakaan
Ø  Perabot dan perlengkapan bergerak
Perabot dan perlengkapan bergerak mencakup barang-barang untuk keperluan umum, ruang kerja, pemberian jasa, serta barang tambahan lainnya. Barang untuk keperluan umum maksudnya barang yang akan digunakan pengunjung termasuk meja, kursi, rak buku, laci katalog, meja sirkulasi, bangku, sofa, filling cabinet, dan meja pameran.
Ø  Perabot dan perlengkapan tak bergerak
Perlengkapan tak bergerak yang terdapat di perpustakaan mencakup penerangan, alat pendingin udara (AC), pencegahan kebisingan, alat kebakaran, komunikasi dan fumigasi.[8] Dalam perencanaan perabot perlu memperhatikan beberapa hal agar tidak terjadi pemborosan dan agar terjadi kesesuaian perabot dengan ruangan dan orang yang melakukan pekerjaan. Langkah-langkah itu antara lain :
1.      Perencanaan perabot yang telah dimiliki
Perlu diinventarisasi perabotan yang telah dimiliki, mengenai jenis, spesifikasi, dan jumlahnya. Berapa kira-kira perabot yang masih bisa digunakan, berapa yang harus diperbaiki, berapa yang harus diperbaiki, dan berapa yang harus diganti baru.
2.      Ketersediaan ruangan
Perlu diketahui secara pasti luas ruangan, ventilasi, warna, pencahayaan, dan tinggi rendahnya ruangan. Unsur-unsur ini diperlukan sebagai bahan pertimbangan penentuan jenis perabot, ukuran, spesifikasi, model, dan warnanya.
3.      Spesifikasi Perabot
Perabot-perabot yang diperlukan perpustakaan dicatat spesifikasinya, ukuran, ciri khas, merek, bahan, warna, kemampuan, ketahanan, dan lainnya.

4.      Rencana tata ruang perpustakaan
Perpustakaan sebagai lembaga informasi harus selalu mengikuti perkembangan teknologi i nformasi, dan kebutuhan masyarakatnya. Dengan demikian perlu dipikirkan sistem tata ruang dengan cermat. Dimasa depan kiranya tidak harus memikirkan perluasan ruangan, tetapi perlu direncanakan pemanfaatan teknologi informasi seperti CD ROM, internet, film mikro, e-journal, e-books, dan lainnya.[9]
d.      Perencanaan Gedung Perpustakaan
Prencanaan gedung yang baik akan menghasilkan tempat kerja yang efisien, nyaman, dan menyenangkan bagi staf perpustakaan maupun bagi pengunjung perpustakaan. Untuk menghasilkan gedung yang representatif maka perlu perencanaan yang sesuai dengan keperluan pengguna, objek dan fungsi perpustakaan. Langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam pembuatan gedung, sebagai berikut:
1.      Penunjukan Personalia ; menunjuk seorang yang bertanggung jawab atas pembangunan gedung termasuk perencanaan dan menyiapkan perlengkapan perpustakaan.
2.      Prinsip desain gedung ; gedung perpustakaan harus memiliki desain fungsional yaitu desain yang dibuat ada manfaatnya dan memperhitungkan pertumbuhan dan perkembangan masa mendatang. Pembangunan gedung hendaknya bersifat luwea (fleksibel) artinya mampu menyesuaikan tata letak tanpa perlu perubahan struktur gedung secara besar-besaran. Berarti adanya ketertukaran (interchangeability) semua ruang rak, jasa, ruang baca, dan ruang staf. Disain gedung harus ekonomis dalam pembangunan maupun dalam pemeliharaannya.
3.      Kegiatan Pra-Perencanaan. Petugas yang ditunjuk sebaiknya seorang pustakawan. (catatan pustakawan mengenai program pembangunan gedung perpustakaan hendaknya berisi, seperti: a) Deskripsi badan induk dengan penekanan pada objek serta fungsinya; b) peranan perpustakaan dalam pemberian jasa melayani badan induk serta karyawannya; c) Deskripsi jasa perpustakaan yang direncanakan; d)penyediaan ruangan dengan memperhitungkan kebutuhan 10 tahun mendatang untuk keperluan ruang koleksi, ruang staf perpustakaan, ruang lain; e) bagan organisasi yang menunjukkan bagaimana perpustakaan menyusun sumber, jasa dan personalia untuk melaksanakan berbagai fungsi perpustakaan.
4.      Perkiraan ruangan; standar yang biasa dalam pembangunan gedung perpustakaan berdasrkan standar ISI (Indian Standard Recommendation relating to primary element in the design of library building, 1977), sebagai berikut: ruang dokumen atau bahan pustaka 150 volume per meter persegi; ruang staf kepala dan wakil kepala 30 meter persegi; ruang pengadaan dan pengolahan bahan pustaka 9 m2, staf administrasi dan profesional 5 m2; ruang pengguna luas rata-rata per pembaca diruang baca 2.33 m2; ruang jasa dapat diperhitungkan berdasarkan permintaan setempat; ruang untuk keperluan lain seperti ruang untuk tangga, koridor, pintu masuk, lobi, toilet, tiang, pengangkutan barang dan lift. Ruang untuk keperluan lain besarnya sekitar 30% hingga sepertiga dari ruangan untuk bahan pustaka, pembaca, jasa dan staf.
5.      Panitia pembangunan gedung; panitia pembuatan perpustakaan beranggotakan: arsitek, pustakawan, konsultan perpustakaan, interior decorator atau designer, kepala lembaga yang membawahi perpustakaan seperti dewan perpustakaan: rektor atau wakilnya, lain-lainnya seperti dari bagian administrasi dan keuangan.
6.      Pemilihan lokasi; pemilihan lokasi hendaknya memperhitungkan kenyamanan pengguna, perluasan masa mendatang, ketersediaan tanah, dan dana. Lokasi perpustakaan harus strategis, terjangkau oleh semua pihak.
7.      Rencana pendahuluan; rencana pendahuluan dibahas dengan arsitek konsultan, pustakawan, serta pemimpin badan induk yang membawahi perpustakaan. Pada tahap ini pustakawan memegang peranan penting, dan pustakawan mampu memvisualisasikan apakah permintaan perpustakaan dalam rencana pendahuluan terpenuhi atau tidak, gedung yang akan dibangun bersifat ekonomis, luwes, serta tersedia kemungkinan perluasan masa mendatang.
8.      Rencana akhir dan spesifikasi/rencana kerja; pada tahap ini rencana kerja mencakup; rencana lantai, elevasi[10] dan seksi dan rincian struktur. Rencana pembangunan disertai dengan spesifikasi tertulis untuk tipe dan kualitas material yang digunakan, dan pustakawan harus memeriksa dengan cermat gambaran tata letak perabot, lantai, langit-langit dan sebagainya.[11]
e.       Perencanaan Pengadaan Bahan Pustaka
Secara umum, perencanaan berarti suatu proses berpikir menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka adalah suatu proses berpikir menentukan usaha-usaha yang akan dilakukan pada masa yang akan datang untuk memperoleh bahan-bahan pustaka dalam rangka terselenggaranya perpustakaan dengan sebaik-baiknya.
Dalam perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh pustakawan:
1.      Inventarisasi bahan-bahan pustaka yang harus dimiliki
Langkah pertama dalam perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka adalah menginventarisasi bahan-bahan pustaka yang harus dimiliki oleh perpustakaan. Untuk menginventarisasi bahan-bahan pustaka ini pustakawan bisa berpedoman kepada buku-buku yang memuat daftar bahan pustaka. Untuk memperoleh daftar buku itu pustakawan bisa menghubungi penerbit-penerbit baik penerbit dalam negeri ataupun penerbit luar negeri. Biasanya setiap penerbit sering mengeluarkan atau menerbitkan katalog buku dimana dalam katalog buku tersebut dirinci buku-buku yang sedang diterbitkan oleh penerbit yang bersangkutan dalam masa tertentu. Seandainya untuk menghubungi penerbit tersebut pustakawan mengalami kesulitan, dimana mungkin disebabkan belum diketahuinya alamat penerbit, ataupun hambatan-hambatan lainnya maka pustakawan bisa menghubungi beberapa toko buku sering kali mendapatkan kiriman daftar buku dari penerbit-penerbit.
2.      Inventarisasi bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki
Langkah kedua dalam perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka adalah menginventarisasi bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki atau sudah tersedia diperpustakaan. Untuk menginventarisasi bahan-bahan pustaka ini pustakawan bisa berpedoman kepada buku induk perpustakaan. Apabila perpustakaan tersebut belum memiliki buku induk maka pustakawan harus menginventarisasi semua bahan-bahan pustaka, dan tentunya akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
3.      Analisis kebutuhan bahan-bahan pustaka
Berdasarkan inventarisasi diatas pustakawan sudah bisa menginventarisasi bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan. Yang dimaksud dengan bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan adalah bahan-bahan pustaka yang seharusnya dimiliki atau tersedia diperpustakaan, tetapi bahan-bahan pustaka tersebut belum dimiliki oleh perpustakaan itu. Cara yang dapat ditempuh untuk menganalisis bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan adalah membandingkan antara inventarisasi bahan-bahan pustaka yang harus dimiliki dengan hasil inventarisasi bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki.
4.      Menetapkan Prioritas
Apabila hasil analisis kebutuhan bahan-bahan pustaka menunjukkan bahwa bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan sangat banyak, sementara dana yang ada tidak cukup, maka perlu diperlukan prioritas dari seluruh bahan pustaka yang dibutuhkan, sehingga dapat ditetapkan bahan-bahan pustaka yang mana yang harus segera diusahakan. Ada beberapa hal yang perlu dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan prioritas :
Ø  Bakat dan Minat baca
Ø  Pengetahuan, Kecakapan, dan Keterampilan
Ø  Tingkat usia
Ø  Sumber-sumber pengadaan bahan pustaka
Ø  Keadaan ruangan dan peralatan perpustakaan yang tersedia
Ø  Anggaran yang tersedia untuk pengadaan bahan-bahan pustaka.
5.      Menentukan cara pengadaan bahan-bahan pustaka
Langkah terakhir dalam perencanaan pengadaan bahan pustaka adalah menetukan cara pengadaannya. Jadi setelah menentukan buku-buku mana yang harus segera di usahakan, maka ditentukan cara pengadaannya, mungkin dengan cara membeli, hadiah, menyewa, dan sebagainya.[12]





           
PENUTUP


Ø  Kesimpulan

Perencanaan merupakan titik awal kegiatan perpustakaan dan harus disusun oleh perpustakaan itu sendiri. Perencanaan berguna untuk memberikan arah, menjadi standar kerja, memberi kerangka pemersatu dan membantu memperkirakan peluang. Dalam penyusunan perencanaan hendaknya tercakup apa yang akan di lakukan, bagaimana cara melaksanakannya, kapan pelaksanaannya dan siapa yang bertanggung jawab dan berapa anggaran yang diperlukan. Dengan demikian perencanaan itu merupakan langkah yang mendasar  dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing perpustakaan.































            DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara.
Herlina S.Ag, SS, M.Hum. Ilmu Perpustakaan dan Informasi: IAIN Raden Fatah Press.
Lasa HS. 2005. Manajemen Perpustakaan, Yogyakarta: Gama Media.
Sutarno Ns. 2006. Manajemen perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Sagung Seto.
Herlina S.Ag, SS, M.Hum. 2014. Pembinaan dan pengembangan perpustakaan, Palembang: Noer Fikri offset.



[1] Manajemen Perpustakaan, Lasa HS. Gama Media : Yogyakarta, 2005. Hlm 60
[2] Manajemen perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik, Sutarno Ns. Sagung Seto : Jakarta, 2006. Hlm 135-138
[3] Spesialisasi adalah pembagian kerja berdasarkan oleh keahlian atau keterampilan khusus.
[4] Jasa penelusuran literatur adalah kegiatan layanan perpustakaan dengan menyediakan daftar literatur atau daftar bibliografi mengenai subjek-subjek tertentu yang kiranya akan diperlukan oleh pengguna perpustakaan.
[5] Pengukuran signifikasi adalah suatu ukuran dalam proses pemahaman yg menggunakan tanda-tanda lahir yg mudah dilihat
[6] Manajemen Perpustakaan, Lasa HS. Yogyakarta : Gama Media 2005. Hlm 62
[7] Manajemen Perpustakaan, Lasa HS. Yogyakarta : Gama Media 2005. Hlm 84
[8] Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Herlina, S.Ag.,SS.,M.Hum. IAIN RADEN FATAH PRESS: Palembang, hlm 50
[9] Manajemen Perpustakaan, Lasa HS. Yogyakarta : Gama Media 2005. Hlm 134
[10] Elevasi adalah Mengukur ketinggian lahan dengan menggunakan rata-rata permukaan air laut. Guna untuk memperoleh data ketinggian pada skala besar dalam perencanaan gedung perpustakaan.
[11] Pembinaan dan pengembangan perpustakaan. Helina, S.Ag.SS.,M.Hum. Noer Fikri offset: Palembang, 2014. Hlm 128-130
[12] Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Drs. Ibrahim Bafadal, M.Pd. Bumi Aksara : Jakarta. 2005, hlm 35-36

0 komentar:

Posting Komentar