Minggu, 23 Oktober 2016

MEMAHAMI KARAKTERISTIK PEMAKAI PERPUSTAKAAN

Memahami Karakteristik Pemakai Perpustakaan
Di Susun Oleh:
Nama: Hermonika (13422043)
Kelas: 13-Pus-B





Dosen Pembimbing: Nirmala. Dra.



Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Budaya
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Tahun Ajaran 2015



PENDAHULUAN
Perpustakaan yaitu mencakup suatu ruangan, bagian dari gedung/bangunan, atau gedung tersendiri yang berisi koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca. Dan juga perpustakaan sebagai pusat informasi dan masyarakat yang membutuhkan informasi diibaratkan sisi mata uang yang saling berhubungan yang tak dapat dipisahkan. Hal itu dapat terwujud manakala perpustakaan sudah siap melayani dengan sumber informasi yang memadai.
 Kenyataan karekteristik pemakai perpustakaan yang berbeda-beda adalah sebuah keniscayaan, bahkan, secara umum, Pawit M. Yusuf menyatakan bahwa setiap pengguna pada dasarnya mempunyai watak, kebiasaan, kemampuan, kecerdasan, dan minat yang berbeda satu sama lain, baik dilihat dari segi psikologi umum, sosial, maupun dari segi lainya. Maka dari itu, penanganan dan perlakuannya pun juga tidak sama. Dan, untuk memperjelas tentang karekteristik pengguna yang berbeda-beda itu, terutama dalam pendekatan psikologi, ikuti terus penjelasan ini.












PEMBAHASAN
A.                Pentingnya Memahami Karakteristik Pemakai Perpustakaan
Istilah pengguna perpustakaan atau pemakai perpustakaan lebih dahulu digunakan sebelum istilah pemustaka muncul. Menurut Sutarno NS dalam Kamus Perpustakaan dan Informasi mendefinisikan pemakai perpustakaan adalah kelompok orang dalam masyarakat yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan dan fasilitas perpustakaan (2008: 150), sedangkan pengguna perpustakaan adalah pengunjung, anggota dan pemakai perpustakaan(2008: 156).
Setelah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan disahkan, istilah pengguna atau pemakai perpustakaan diubah menjadi pemustaka, dimana pengertian pemustaka menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan, sedangkan menurut Wiji Suwarno (2009:80), pemustaka adalah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya).
Pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah mengapa kita mesti mempelajari karakteristik pemakai (user) perpustakaan sekolah? Salah satu alasan kuat yang mendasarinya adalah bahwa seseoran
tidak mungkin memberikan perlakuan atau pelayanan yang terbaik kepda seseorang tidak mungkin memberikan perlakuan atau pelayanan yang terbaik kepada seseorang  tidak mungkin memberikan perlakuan atau pelayanan yang terbaik kepada seseorang (yang dilayani), kecuali ia mengenali dengan baik yang dilayani tersebut.
Maksud dari “ mengenali dengan baik” adalah memahami dengan benar karakteristik pemakai perpustakaan, baik dalam hal tingkatan berpikir, perkebangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, maupun kebutuhan perkembangan fiksinya. Dengan demikian, perpustakaan sekolah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan para pemakai perpustakaan.
Hal senada juga di ungkapan oleh Wiji suarno dalam psikologi, perpustakaan yang baik adalah yang mempertimbangkan koleksi yang dimiliki berdasarkan pada tingkat perkembangan penggunanya. Contohnya, pengguna suatu perpustakaan diperkirakan dari usiasekolah dasar, menengah, tingkatan atas mahasiswa, atau diatasnya, maka perpustakaan diharapkan memperhatiakan fenomenanya yang terjadi ini.
Tentu sangat disayangkan jika keberadaan koleksi perpustakaan sekolah tanpa memperhatikan karakteristik dari para penggunanaya. Maka, bisa dipastikan, koleksi-koleksi dan pelayanan-pelayanan yang disediakan tidak akan pernah memberi kepuasan kepada penggunanya. Misalnya, penggunanya adalah siswa sekolah dasar yang sedang dalam tahap perkembangan berpikr operasional konkret, dan senang-senangnya dunia imajinasi yang spektakuler, akan tetapi sayang sekali, pihak memang koleksi-koleksi pustaka tesebut tidaklah dilarang, tetapi sangat jauh jika dilihat dari kesucian dengan kebutuhan siswa. Jika demikian yang terjadi maka sangatdimungkinkan perpustakaan sekolah tersebut segera di tinggalkan para penggunanya. Oleh karena itulah, perpustakaan mesti bener-bener memahami dan mengerti krakterristik penggunanya.
     Kemudian, dengan memahami karakteristik perkembangan pengguna di sekolah, tentunya ini akan membantu pihak pustakawan untuk menentukan jenis koleksi pustaka yang paling sesuai dengan kebutuhan perkembangan kejiwaan penggunanya. Dengan demikian, kehadiran koleksi perpustakaan di perpustakaan sekolah dapat menunjang perkembangan kejiwaan penggunanya. Dengan kata lain, koleksi yang disediakan di perpustakaan sekolah berguna bagi para pengguna.
B.   Sementara itu, perlu kita pahami bahwa pengguna di perpustakaan sekolah tidak hanya siswa. Selain mereka, juga ada guru karyawan. Dan, mungkin juga bebrapa warga sekitar lingkungan sekolah, meskipun dengan beberapa pembatasan pelayanan. Untuk melayani semuah jenis pengguna pustaka, dibutuhkan pengetahuan yang memadai untuk memahami masing-masing karakter mereka, yang secara usia terpacut cukup jauh itu, misalnya. Utamanya, Perbedanya usia antara siswa dengan guru atau karyawan. Untuk SD, umumnya siswa berusia antara 7-12 tahun. Kemudian SMP, usianya antara 13-15 tahun, dan 16-18 tahun untuk usia siswa dibangku sekolah SMA. Kemudian, jika guru dan pegawai, paling tidak usia mereka adalah di atas 23 tahun. Dengan asumsi guru dan pegaiwai adalah tamatan S-1. Maka cukup jauh perbedaan usia di antara mereka tersebut. Berdasarkan  uraian tersebut, dapat dipahami bahwa karakteristik pengguna yang berbeda-beda harus dipahami oleh pengguna atau petugas perpustakaan. Dengan demikian, segala pelayanan yang di lakukan oleh perpustakaan sekolah dapat sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
B.Jenis-Jenis Pemakai Perpustakaan Sekolah
     Secara umum, pemakai perpustakaan (user) adalah pelanggan (costomer). Menurut stopo dan Adi suryatno, yang di maksud pelanggan adalah siapa saja yang berkepentingan dengan produk layanan (perpustakaan sarana itu, pelanggan dapat berupa individu (perorangan) dan masyarakat dalam arti luas.
Oleh karena itu, pelanggan perpustakaan dapat di katagorikan dalam dua jenis.
1.      Pelanggan internal (internal costomer) yaitu pelanggan yang berasal dari dalam lingkungan  organisasi (sekolah). Pelanggan internal masih dibagi menjadi tiga, yaitu siswa, guru, dan karyawan.
2.      Pelanggan eksternal (external costomer), yaitu pelanggan yang berasal dari masyarakat sekitar lingkungan sekolah. Mereka adalah pelanggan khusus, karena mereka adalah pelanggan karena mereka tidak bisa mendapatkan akses semua layanan perpustakaan sekolah. Mereka hanya (mungkin) bisa membaca koleksi buku-buku perpustakaan, tetepi tidak boleh meminjamnya untuk dibawa pulang. Demikianlah gambaran dua jenis pelanggan perpustakaan sekolah.
B.                 Pelayanan Perpustakaan Berbasis Karekteristik Pengguna
Kenyataan karekteristik pemakai perpustakaan yang berbeda-beda adalah sebuah keniscayaan, bahkan, secara umum, Pawit M. Yusuf menyatakan bahwa setiap pengguna pada dasarnya mempunyai watak, kebiasaan, kemampuan, kecerdasan, dan minat yang berbeda satu sama lain, baik dilihat dari segi psikologi umum, sosial, maupun dari segi lainya. Maka dari itu, penanganan dan perlakuannya pun juga tidak sama. Dan, untuk memperjelas tentang karekteristik pengguna yang berbeda-beda itu, terutama dalam pendekatan psikologi, ikuti terus penjelasan ini.
Perkembangan kejiwaan yang paling diamati adalah perkembangan anak-anak. Meskipun orang dewasa pun mengalami perubahan, tetapi tidak signikpikan dan perubahan, diusia dewasa adalah perubahan yang evolutif dan banyak variabel yang berpengaruh.
Sementara itu, jika dilihat dari sisi kepribadianya, dapat di temukan beberapa tipologi (jenis) karakteristik kepribadian pemakai perpustakaan.
1.      Pemakai yang pendiam. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang pemakai menjadi pendiam di antarannya adanya rasa malu pada diri sendri. Sehingga, ia tidak memiliki kebenaran untuk menyatakan pendapat/keinginannya dengan jelas.
2.       pemakai tidak atau segan berbicara karena sedang memikirkan sesuatu.
3.       Berdasarkan perkiraan, pemakai pendiam yang pendiam memiliki kilainan psikis. Jenis pemakai perpustakaan lainya antara lain tidak sabar, tidak banyak bicara, senang berdebat atau mendebat atau berdebat atau mendebat dan memiliki banyak permintaan.
C.                  Implikasi Karakteristik User Terhadap Pelayanan
Tindaka seperti apakah yang bisa diberikan oleh pepustakaan sekolah kepada para penggunaya? Menurut Wiji Suwarno, berbagai macam karekteristik user terhadap pelayanan dari  perpustakaan sekolah.
1.      Untuk membantu kecerdasan intra personal anak usia 2-3 tahun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan (dalam hal ini dan selanjutnya dalam konteks perpustakaan). Di antaranya, selanjutnya dalam konteks (pustaka) tentang tokoh atau peran yang karekternya secara kontraks berbeda. Hal ini tujuannya untuk melatih mengindentifikasi aneka perasaan yandi rasakan oleh tokoh yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, perpustakaan menyediakan tempat yang kondusif bagi orang tua yang mendamping anaknya. Sehingga, ia dapat berinteraksi dengan anak dengan memeluknya atau memangkunya selama membaca buku. Sentuhan dan pelukan ini dirasakan sebagai sesuatu yang memberikan keamanan dam perlindungan  bagi anak .
2.      Untuk membantu kecerdasan intrapersonal anak usia 3-4 tahun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan di sini. Salah satu perpusatakaan menyediakan buku dengan tema permainan (contohnya, puzzele), dan membiarkan anak bermain dengan buku itu selama masih merasa senang. Atau, dengan menyediakan literatur yang menekankan kepada bacaan yang menghibur dan mememuat pesan moral atau agama. Selain itu, diharapakan oarang tua yang mendampingi memberi bimbingan khusus kepada anaknya untuk tidak takut melakukan kesalahan dalam bermain. Memberikan pujian untuk menumbuhkan rasa bangga kepada anak juga sangat perlu dilalakan. Terakhir bacakan buku ringan tentang tokoh yang sering mendapat penghargaan atas daya kreatifnya untuk memacu motivasi anak.
3.      Untuk membantu kecerdasan interpersonal anak usia 4-5 tahun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan (dalam konteks perustakaan). Salah satunya, menyediakan buku bacaan umum dengan tokoh yang sudah populer untuk cerita anak, atau menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi atau gambar tentang adanya aneka peran dan pekerjaan atau fungsi benda. Berikutnya, menyediakan buku bacaan tentang solusi suatu masalah. Selanjutnya, menyediakan album foto-foto dokumentasi tentang berbagai kondsi masyarakat (contohnya, masyarakat pedalaman atau terisolasi). Hal ini akan membangkitkan sifat keberanian anak untuk bersosialisasi. Selain itu menyediakan buku kisah-kisah yang mendampinginya. Hal ini guna memacu motivasi anak untuk berbuat baik seperti yang di kisahkan dalam buku.
4.      Untuk membantu kecerdasan interpersonal anak usia 5-6 tahun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Diantaranya, meyediakan bacaan-bacaan ringan yang memuat cerita konflik dam solusinya. Karekteristik tokoh dalam bacaan diseleksi dan diharapkan dapat membangkitkan rasa percaya diri anak. Dan, yang tak kalah pentingnya juga adalah menciptajan suasana kekeluargaan di perpustakaan, terutama dengan anak-anak, agar perpustakaan menjadi tempat yang aman ada teduh bagi jiwa anak dalam membaca dan mengenali karakter oarang lain .
5.      Untuk membantu kecerdasan interpersonal anak usia sekolah dasar, ad beberapa hal yang dapat dilakukan. Di antaranya, menyediakan buku-buku cerita yang melukisakan tentang ketakutan-ketakutan anak, dan tema yang mengembangkan pemahaman tentang ketakutan yang tidak relistis.
6.      Untuk membantu kecerdasam interpersonal anak usia skolah dasar akhir, ada beberapa hal yang dapat di lakukan. Salah satunya, menyediakan buku-buku tentang perkebangan internalisasi kontrol diri. Menyediakan bacaan-bacaan tentang bagaimana seseorang atlet berlatih keras dan biografi orang yang sukses, seperti Bill Gates, BJ. Habibie, dan lain sebagainya. Perlu juga kita menyediakan tentang kemandirian, baik sebagai perempuan maupun laki-laki. Hal lainya yang tak kalah penting adalah memilih dan menyedikan cerita tentang anak yang mengalami masalah pertumbuhan fisik dan fisika mas kini.
Adapun untuk menghadapi dan memperlakukan para pengguna perpustakaan dengan berbagai macam karakteristik kepribadian mereka, sebaigaimana telah disebutkan di subab sebelumnya, mak disesuaikan dengan jenis karakteristik kepribadian mereka. Berikut adalah cara menghadapi atau melayani pengguna pusta sesuai dengan karakteristik kepribadiannya.
1)                 cara menghadapi pengguna pustaka yang pendiam. Ada beberapa macam tindakan atau cara yang bisa dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.              pengguna yang pendiam dan cenderung pemalu akan merasa tenteram jika dihadapi dengan ramah tamah dan penuh perhatian.
b.             Jika pelanggan seolah-olah sedang memikirkan sesuatu, sebaiknya petugas jangan mengajak berbicara, tetapi cukup melontarkan pertanyaaan-pertanyaan yang dapat pernah menarik perhatian pada produk-produk yang ditawarkan perpustakaan sekolah.
c.              Jika menemui pengguna yang kesulitan dalam berbicara (gagap), petugas hendakanya jangan terpaku pada keadaan tersebut, dan hendaknya bersikap biasa saja.
2)                 Cara menghadapi pengguna yang tidak sabar. Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan, di antaranya adalah sebagai berikut:
a.                   Mengenali pengguna tidak sabar melalui sikapnya, lalu meminta maaf kepadanya atas terdundanya pelayanan.
b.                  Mengatakan kepadanya bahwa ia akan dibantu dengan sangat maksimal dan sesegera.
c.                   Secara cepat dan efisian menangani situasi tersebut, dan perlu menenangkan pengguna tersebut.
d.                  Mengucapakan terima kasih bahwa pengguna tersebut masih tersedia menunggu.
e.                   Mengucapkan terima kasih kepada pengguna tersebut mememinta maaf kembali ketidaknyamanan dalam pelayanan.
3)                 Cara menghadapi pengguna yang banyak bicara. Ada beberapa macam tindakan yang bisa dilakkukan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.                   Mengenali kedatangan pengguna dengan mengucapkan salam.
b.                   Menawarkan bantuan yang dibutuhkan oleh pengguna tersebut.
c.                   Bila pengguna masih terus berbicara, petugas mengalihkan pada hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasan yang cukup.
d.                  Menawarkan bantuan dan memuji kehebatannya berbicara.
e.                   Bila perlu, bergabung dalam berbicaraan terusbut sambil se sesekali-sesekali memberikan pujian.
f.                   Bila berbondongan pujian berhasil, petugas yang menawarkan produk yang ditawarkan.
g.                  Meminta alamat dan nomor teleponnya. Pelanggan jenis ini senang sekali jika mendapat perhatian.
4)                 Cara menghadapi pengguna yang senang mendebat. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, di antaranya adalah sebgai berikut:
a.                   Tidak menunjukan reaksi apabila pelanggan tersebut berada pada pihak yang salah. Akan timbul diskusi yang berkepanjangan.
b.                   Bersikap tenang, tidak gugup, dan tidak terpancing untuk marah.
c.                   Membatasi percakapan pada maslah yang sedang dihadapi, tidak menyimpang dari pokok pembicaraan.
d.                  Mengemukakan argumen yang masuk akal, agar pengguna menghargai anda. Apabila pengguna tersebut sudah tenang. Anda mulai memberikan pelayanan.
e.                   Menggulangi argumen anda sekedar untuk mengingatkan apabila kembali pengguna bersikeras dengan pendapatnya.
f.                    Apabial anda dapat mengusai keadaan, pengguna akan lunak.
5)                 Cara menghadapi pengguna yang banyak permintaanya. Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan, di antaranya adalah sebagai berbagai:
a.              Mengucapakan salam bila ia datang kepada anda. Jika melalui telepon, anda harus menggunakan cara menelepon yang baik.
b.             Mendengarakan permintaanya, jika memungkinkan membuat ringkasan atas penggunaan atas pengguna tersebut. Pengguna tersebut, bisa di penuhi atau tidak,tergantung pada kebijaksaan perusahaan.
c.              Sesegera memenuhi permintaan pengguna jka memungkinkan, atau tidak melekukan kesalahan dalam melayani, karena ia akan terus mencecer anda jika ada kesalahan sedikit saja.
d.             Meminta maaf dan menyarankan alternatif lain jika pengguna marasa tidak puasa atas pelayanan yang di berikan.
e.              Segera memberitahukan kepada superpisor sambil meyebutkan permintaan pengguna jika anda tidak mampu melayani pengguna tersebut.
f.               Tersenyum setiap saat meskipun merasa jengkel.
D.                Keluhan pengguna dengan cara mengatasinya
Merujuk pada konsep pelayanan prima, sumber keluhan di perpustakaan sekolah ada dua macam, yaitu pengguna internal (warga dalam lingkungan sekolah) dan pengguna eksternal (lingkungan masyarakat di sekitar sekolah).
Sementara itu, jika dikatagorikan, maka menurut Endar Sugiarto sebagaimana dikutip Sutopo dan Suryanto, keluhan pelanggan perpustakaan ada empat macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.                  Mecbanical complaint (keluhan mekanik).
2.                  Attitudical complaint (keluhan akibat sikap petugas pelayanan).
3.                  Service related complaint (keluhan yang berhubungan dengan pelayan)
4.                  Unusual complaint (keluhan yang aneh).
Kelihan mekanika (mecbanical complaint) adalah suatu keluhan yang di sampaikan oleh pengguna sehubungan dengan peralatan yang di sediakan kepada pengguna tersebut tidak berfungsi. Sedangkan, keluhan akibat sikap petugas pelayan (attitudical compliant) adalah keluhan pengguna yang timbul karena sikap negatif petugas pelayanan perputakaan saat  melaya pengguna hal ini dapat dirasakan oleh pengguna melalui sikap tidak peduli dari petugas pelayanan terdap pengguna.
Keluhan yang berhubungan dengan pelayanan (sevice related complaint) adalah suatu keluhan pelanggan perpustakaan karena hal-hal yang berhubungan  dengan pelayanan. Contohnya, seseorang mendafatar menjadi anggota perpustakaan, teryata formulir pendaftaran belum siap, dan diminta menunggu oleh petugas atau kembali pada hari yang lain. Adapun keluhan yang aneh (unusual complaint) adalah keluhan pelanggan perpustakaan yang merupakan keanaehan (tidaka wajar/tidak umum) bagi petugas. Pelanggan yang mengeluh seperti ini sebenarnya secara fsikologis adalah orang yang hidupnya tidak bahagia atau kesepian. Lantas bagaimana cara untuk mengatasinya? Mungkin anda. Sebagai jawabanya, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menghadapi keluhan pelanggan perpustakaan, sebagaimana dikemukakan oleh Sutopo Adi Suryanto, di antaranya adalah sebagi berikut:
1.      Pelanggan perpustakaan biasanya marah saat menyampaikan keluhan. Oleh karena itu, petugas perpustakaan tidak boleh terpancing untuk ikut marah.
2.      Petugas pelayanan tidak boleh memberikan janji-jainji yang sebenarnya sulit di penuhi, sera tidak menjanjikan sesuatu yang berada di luar wewenangnya.
3.      Apabila permasalahan tidak bisa di selesaikan sedangkan petugas sudah berbuat maksimal, petugas harus berani menyatakan menyerah dengan jujur.
4.      Jika ada pelanggan yang selalu mengeluh, maka untuk mengahadapi petugas harus sabar dan melakukan pendekatan secar khusus.
Demikianlah beberapa hal penting yang perlu kita pahami dari pemakai perpustakaan. Intinya, semakin bisa kita pahami karakteristik dan kebutuhan pelanggan, maka semakin baik pula pelayanan yang bisa kita berikan kepada mereka. Sebab, hanya dengan memahami hakikat kebutuhan pelanggan, kita bisa memberikan layanan perpustakaan sesuia yang diharapkan.
Adapun ketidak puasan pelanggan, sering kali memicu keluhan dari mereka. Oleh karena itu, petugas perpustakaan harus mampu menghadapi setiap keluhan pelanggan tersebut dengan baik, tanpa tanpa menyakiti perasaan mereka. Akan tetapi, justru mampu membangkitkan reaksi positif di dalam diri mereka untuk menyadari kekeliruhannya. Beberapa di antaranya adalah dengan mengutamakan pelayanan yang berdasarkan ketulusan, kejujuran, itikad baik, dan rasa tanggu jawab yang besar terhadap profesi pustakawan.
E.                 Jenis  Pemustaka
Jenis Pemustaka memiliki dua kriteria yaitu :
·         Kriteria objektif  seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan menggunakan system informasi
·         Kriteria sosial dan psikologis seperti sikap dan nilai menyangkut informasi pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya; sebab dan alasan yang berkaitan dengan prilaku mencari informasi dan komunikasi, prilaku sosial serta profesional Pemustaka.
Jenis Pemustaka dapat dinyatakan sebagai :
  • Pemustakayang belum terlibat dalam kehidupan aktif seperti pelajar dan mahasiswa
  • Pemustaka yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan merupakan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.
F.                 Karakter  Pemustaka
Perpustakaan perlu mengetahui beberapa karakteristik Pemustaka terutama dalam menunjang aktivitasnya. Penna (1988) mengungkapkan karakteristik tersebut adalah :
  1. Individual or group yaitu apakah Pemustaka datang ke perpustakaan sebagai individu atau sebagai suatu kelompok.
  2. Place of learning, yaitu tempat yang biasa digunakan oleh Pemustaka untuk membaca buku atau belajar.
  3. Social situation, yaitu aspek sosial dari Pemustaka.
  4. Leisure or necessity factor, yaitu apakah Pemustaka berkunjung ke perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu luang atau karena dia membutuhkan buku atau informasi tertentu.
  5. Subject of study, yaitu bidang apa yang sedang didalami Pemustaka. Apakah dia sedang menulis mengenai suatu subjek tertentu yang sangat khusus, atau sedikit lebih luas.
  6. Level of study, yaitu tingkat pendidikan Pemustaka. Kebutuhan mahasiswa S1 tentu berbeda dengan kebutuhan mahasiswa tingkat S2 atau S3.
  7. Motivation, yaitu sejauh mana keinginan dan antusiasme Pemustaka dalam memanfaatkan layanan perpustakaan.
Menurut Septiyantono (2003) ada berbagai sifat dan karakter Pemustaka yang perlu dipahami agar pustakawan dapat menghadapinya dengan baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi Pemustaka:
  1. Pendiam dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya,
  2. Tidak sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat mungkin,
  3. Banyak bicara dengan menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasannya,
  4. Banyak permintaan, dengarkan dan segera penuhi permintaannya serta minta maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia,
  5. Peragu, dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberikan banyak pilihan namun mengikuti seleranya,
  6. Senang membantah harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah terpancing untuk berdebat,
  7. Lugu dihadapi dengan menerima apa adanya, menanyakan keperluannya dan melayani berdasarkan permintaan,
  8. Siap mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki, tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih atas kunjungannya,
  9. Yang curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul,
  10. Yang sombong dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi sikapnya dan tidak terlalu serius, serta berikan kesan bahwa pengguna tersebut perlu dihormati.
G.                 Kebutuhan Pemustaka
Pemustaka berkunjung ke perpustakaan karena adanya suatu kebutuhan yang ingin dipenuhi. Ada tiga kebutuhan yang sering ditemui pada Pemustaka perpustakaan menurut Fisher (1988) antara lain :
  • Need for information , merupakan suatu kebutuhan akan informasi yang bersifat umum
  • Needs for material and facilities, merupakan kebutuhan untuk mendapatkan buku-buku atau bahan pustaka lain, serta kebutuhan akan fasilitas perpustakaan yang menunjang kegiatan belajar
  • Needs for guidance and support, merupakan kebutuhan untuk mendapatkan bimbingan atau petunjuk yang memudahkan pengguna mendapatkan apa yang diinginkan.
Selain itu, untuk mengatahui lebih jauh tentang kebutuhan pemustaka, dapat juga dilakukan survey atau penelitian yaitu:
  1. berkaitan dengan status diri, apakah yang pemustaka kita itu masih single atau sudah menikah, atau usia untuk siap menikah, dari penggolongan itu saja, kita sebagai pengelola perpustakaan bisa melakukan analisis berkaitan dengan sikap dan perlakuan kita terhadap para pemustaka
  2. berkaitan dengan tingkat pendidikan dari pemustaka, ada yang berpendidikan hingga mencapai gelar guru besar akademik, tetapi ada pula yang berpendidikan setingkat SMA.
  3. pemustaka kita apakah tergolong sebagai pemustaka yang aktif, atau pemustaka yang pasif. Pemustaka aktif tentu dia akan menemukan sesuatu yang menarik di perpustakaan. Dia aktif melakukan peminjaman buku, aktif membaca, aktif mencari informasi dan senang berkunjung di perpustakaan di sela waktu luangnya, situasi demikian membuat pengelola perpustakaan perlu untuk meningkatkan layanan itu. Kelompok yang demikian sering dikatakan sebagai pemustaka yang cinta pada perpustakaan.sedangkan bagi pemustaka yang pasif, perlu kita analisis lebih jauh, apa yang membuat pemustaka hanya datang ke perpustakaan hanya untuk mencari sesuatu yang dibutuhkan. Bagaimana caranya agar perpustakaan menjadi salah satu kebutuhan untuk dikunjungi. Dibutuhkan kreativitas pengelola perpustakaan untuk menciptakan sesuatu yang menjadi daya tarik buat pemustaka.
  4. ada pula pemustaka yang datang ke perpustakaan dengan tujuan untuk mendapatkan ketenangan, dengan duduk dan diam di perpustakaan. Aktivitas membacanya sedikit, tetapi dia menikmati suasana di perpustakaan, dengan dukungan hawa yang sejuk di perpustakaan dan suasana yang nyaman dan tenang.
  5. kelompok yang lain lagi barangkali adalah dari golongan pegiat literasi. Kelompok ini aktif melakukan studi pustaka di berbagai perpustakaan untuk mencari berbagai sumber informasi yang kemudian dituangkan kembali dalam sebuah tulisan. Kelompok pegiat literasi dewasa ini semakin tumbuh dan berkembang di Indonesia, mereka membentuk satu wadah dalam topik yang khusus maupun juga terbuka untuk semua tema.


Kesimpulan
a.      Kesimpulan
     Kepuasaan pengguna tergantung dari interaksi antara perpustakaan dan pemustakanya, interaksi yang baik dibangun dari hubungan interpersonal antara pustakawan dan pemustakanya. Hubungan personal yang baik diharapkan mampu memberikan citra postif terhadap perpustakaan Dalam hal ini pustakawan di tuntut memahami karakter pemustakanya.  Selain hubungan yang baik pustakawan juga dituntut mampu mempunyai kompeten
b.      Saran

Setelah kami tarik kesimpulan maka kami memberikan saran:
o   Pustakawan haruslah memahami kebutuhan pemustakanya .
o   Pustakawan yang ditempatkan dalm bagian yang behubungan langsung dengan pemustaka haruslah memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
o   Pustakawan harus memahami / mempunyai kepribadian yang memahami psikologis pemakainya.



DAFTAR PUSTAKA
Anita Nusantari. 2012.Strategi Pengembangan Perpustakaan. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sutarno NS. 2006 Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta:CV sagung seto.
Andi Prastono.2012 Menejemen Sekolah Propesional, Jogjakarta
Riyanto, SE, MM. 2012 Menejemen Perpuatakaan Sekolah.

Pramukti Narendra. Survey dan penelitian perpustakaan untuk mengetahui kebutuhan pemustaka. http://pram-oke.blogspot.com/2010/06/survey-dan-penelitian-perpustakaan.html

0 komentar:

Posting Komentar