Selasa, 25 Oktober 2016

PENGADAAN BAHAN PUSTAKA DI PERGURUAN TINGGI

Makalah
Pengadaan Bahan pustaka di Perguruan tinggi

Description: XXXXX.jpg

Disusun:

Nama :mukarromah
Nim :13422068
Kelas :perpustakaan-b

Dosen pembibmbing : Nirmala,Dra



TAHUN AJARAN 2014/2015
UNIVERSITAS  ISLAM NEGRI
RADEN FATAH
PALEMBANG





Daftar isi
Pendahuluan…………………………………………………………………...2
A.   Pengertian bahan pustaka……………………………………………..3
B.   Metode pengadaan bahan pustaka…………………………………....4
1.     Pembelian…………………………………………………………....4
2.     Tukar-menukar……………………………………………………..5
3.     Sumbangan/ hadiah…………………………………………………6
4.     Kerjasama…………………………………………………………...7
5.     Titipan……………………………………………………………......8
6.     Terbitan sendiri……………………………………………………..8
C.   Proses seleksi…………………………………………………………...8
D.   Tujuan pengadaan bahan pustaka…………………………………..10
E.   Fungsi pengadaan bahan pustaka…………………………………...10
F.    Standar koleksi dalam pengadaan bahan pustaka………………...12
G.  Evaluasi pengadaan bahan pustaka………………………………....13
H.  Tujuan evaluasi bahan pustaka……………………………………...14
I.      Metode evaluasi………………………………………………………14
J.     Metode terpusat pada kajian sirkulasi……………………………..17
K.  Persepsi pengguna……………………………………………………17
L.   Penggunaan statistik anatar perpustakaan………………………..18
M. Kajian sitasi…………………………………………………………..19
Kesimpulan………………………………………………………………20
Daftar pustaka…………………………………………………………..21




Pendahuluan

Pada dasarnya perpustakan perguruan tinggi merupakan suatu unit. pelaksanaan teknis yang merupakan bagian integral pada suatu perguruan tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi sangat diperlukan untuk pendidikan, penelitian/riset, dan pengabdian masyarakat yang termuat dalam Perguruan Tinggi. Pengadaan bahan pustaka adalah salah satu dari kegiatan pelayanan teknis pada suatu perpustakaan dalam usaha untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui kegiatan pengadaan bahan pustaka tersebut, perpustakaan berusaha menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan baik itu koleksi seperti buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur dan koleksi non cetak seperti kaset, audio visual, mikrofilm, mikrofis, piringan hitam, video kaset, CD-ROM dan lain-lain.












A.    pengertian pengadaan

Menurut Sutarno (2006: 174) “Pengadaan atau akuisisi koleksi bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-sumber informasi”.
Beberapa pengertian pengadaan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain:
1.    Menurut pendapat Sumantri, (2002: 29) Pengadaan bahan pustaka atau koleksi adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan kebutuhan peminjam serta lengkap dan aktual.

2.    Menurut Darmono, (2001: 57) Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkain dari kebijakan pengembangan koleksi akhirnya akan bermuara pada kegiatan pengadaan bahan pustaka.

3.    Menurut Sulistyo-Basuki (2001:27) pengadan bahan pustaka merupakan konsep yang mengacu kepada prosedur sesudah kegiatan pemilihan untuk memperoleh dokumen, yang digunakan untuk menggembangkan dan membina koleksi atau himpunan dokemun yang diperukan untuk memenuhi kebutuhan informasi   serta mencapai sasaran  unit informasi.

Dari uraian beberapa penggertian pengadaan bahan pustaka yang dikemukan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka adalah  rangkaian kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang sekaligus berdasarkan peraturan kebijakan pengadaan bahan pustaka  sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati oleh penggujungnya.
Pengadaan bahan pustaka adalah upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas bahan pustaka. Upaya peningkatan kualitas bahan pustaka dilakukan dengan mengadakan bahan pustaka yang belum dimiliki atau yang terbaru sesuai dengan perkembangan ilmu, pengetahuan, dan teknologi, Sebaliknya peningkatan kuantitas bahan pustaka adalah upaya peningkatan jumlah bahan pustaka agar kebutuhan pendidikan, informasi dan rekreasi dapat dipenuhi.

B. Metode dalam pengadaan bahan pustaka adalah sebagai berikut :
1)    Pembelian, untuk meringankan biaya pembelian, kita bisa melakukan pembelian di bursa buku-buku bekas atau menelusuri pameran-pameran buku karena pameran buku biasanya memberikan diskon besar-besaran, kesempatan seperti ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi pengelola perpustakaan.
1)      Membeli langsung ke toko buku
Tidak semua perpustakaan dekat dengan penerbit sehingga apabila membeli langsung kepada penerbit akan memakan biaya banyak untuk ongkos perjalananya. Apabila hal yang demikian terjadi sebaiknya pustakawan membeli buku yang dekat dengan perpustakaannya
2)      Memesan melalui toko buku
Sering kali terjadi seorang pustakawan ingin membeli bahan pustaka ke penerbit, tetapi bahan pustaka yang akan dibeli sudah habis. Apabila hal yang demikian ini terjadi maka pustakawan bisa memesan bahan pustaka tersebut. Pemesanan ini bisa ke toko buku atau penyalur. Atau juga bisa langsung kepada penerbit.
3)      Memesan langsung kepada penerbit
4)      Mengimpor buku dari luar negeri
Pembelian dan pemesanan bahan pustaka sangat diperlukan dalam pengadaan bahan pustaka, karena petugas dapat memilih bahan pustaka yang dibutuhkan bagi para penggunanya sesuai dengan anggaran yang tersedia. Adapun langkah-langkah pembelian bahan pustaka adalah sebagai berikut:
1)      Memeriksa dan melengkapi data bibliografi pustaka yang diusulkan.
2)     Mencocokkan usul dengan pustaka yang dimiliki melalui  katalog perpustakaan atau                 pangkalan data perpustakaan.
3)      Menerima atau menolak usulan.
4)      Membuat daftar pesanan beberapa rangkap menurut kebutuhan.
5)      Mengirim daftar pesanan.
6)      Mengarsipkan satu rangkap daftar pesanan.
7)      Membayar pesanan atau langganan.
8)      Menyusun laporan penelitian pelangganan.


2)    Tukar-menukar, kita bisa melakukan kerja sama dengan perpustakaan yang lain dengan        tukar-menukar koleksi dengan cara peminjaman jangka panjang. Sehingga  pemustaka bisa memanfaatkan koleksi dari perpustakaan yang lain. Tukar menukar bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)      Mendaftar bahan perpustakaan yang akan dipertukarkan.
2)      Mengirimkan daftar penawaran disertai persyaratan, misalnya biaya pengiriman, dan pengembalian.
3)      Menerima kembali daftar penawaran yang sudah dipilih pemesan.
4)      Mencatat alamat pemesan.
5)      Menyampaikan bahan perpustakaan yang dipilih oleh perpustakaan atau lembaga yang memesanya.

Tujuan diadakan tukar menukar yaitu :
1)      Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli di toko buku atau tidak tersedia karna alasan lain. Sebagai contoh terutama buku-buku terbitan pemerintah, majalah-majalah dan lain-lainnya yang akan dikirim ke perpustakaan melalui pertukaran.
2)       Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk membuang buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai.
3)      Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antar perpustakaan khususnya pada tingkat internasional. Kecuali untuk pertukaran bahan pustaka antar perpustakaan antar informal, banyak program-program pertukaran terbatas pada perpustakaan nasional, perpustakaan khusus dan perpustakaan research (penelitian) yang besar.





3)     sumbangan/Hadiah, untuk mendapatkan buku secara cuma-cuma/ hadiah, maka perpustakaan dan        pustakawan harus pro aktif bekerja sama dalam mencari unit kerja atau instansi atau LSM mana yang dapat menghadiahkan buku-bukunya bagi keperluan perpustakaan. Pendekatan ini sangat diperlukan, karena dengan adanya permohonan yang resmi dari pejabat perpustakaan akan memudahkan proses pustakawan dalam memperoleh buku-buku yang di perlukan perpustakaan secara cuma-cuma. Hadiah buku yang diterima tanpa diminta sering tidak cocok tengan tujuan perpustakaan penerima. Hadiah dapat dilakukan dengan cara yaitu sebagai berikut:
1)      Hadiah secara langsung
Prosedur perolehan hadiah secara langsung yaitu:
a.       Meneliti kiriman bahan perpustakaan hadiah dan mencocokkannya dengan surat pengantarnya.
b.      Memilih bahan perpustakaan hadiah yang dibutuhkan.
c.       Menyisihkan bahan perpustakaan hadiah yang diperlukan.
2)      Hadiah atas permintaan
Prosedur perolehan hadiah atas permintaan yaitu:
a.       Menyusun daftar bahan perpustakaan yang diperlukan.
b.      Mengirimkan surat permohonan bahan perpustakaan hadiah.
c.       Setelah bahan perpustakaan diterima, memeriksa dan mencocokkan daftar kiriman perpustakaan hadiah dan surat  pengantarnya.
d.      Mengirimkan kembali surat pengantarnya.
e.       Mengolah bahan pustaka hadiah yang diterima seperti pengolahan bahan perpustakaan biasa.

          Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pengembangan koleksi dengan hadiah/sumbangan dapat dilakukan dengan: hadiah atas permintaan dan hadiah tidak atas permintaan yaitu hadiah secara langsung. Hadiah yang sesuai dapat dijadikan koleksi perpustakaan, sedangkan yang tidak sesuai dapat ditukarkan ke perpustakaan lain.




4)    Kerjasama, kita bisa mendapatkan bahan pustaka dengan melakukan kerjasama, misalnya dengan penerbit dan penulis dengan  mendapatkan harga buku-buku yang serendah-rendahnya dengan kualitas yang sama dengan buku yang bagus dan mahal.

5)      Titipan
Titipan adalah bahan pustaka yang diperoleh dari individu atau lembaga yang menitipkannya. Dalam melaksanakan pengadaan bahan pustaka yang dilakukan melalui titipan terdapat kesepakatan antara perpustakaan dengan pihak yang menitipkan bahan  pustaka. Biasanya jangka waktu penitipan bahan pustaka juga perlu diperhatikan karena dapat merugikan dari segi ekonomi, misalnya jangka waktu penitipan bahan pustaka adalah 5 tahun. dan biasanya bahan pustaka titipan memerlukan tempat pelayanan khusus. Oleh sebab itu pihak perpustakaan harus berhati-hati dalam menerimanya terutama persyaratan yang diajukan oleh penitip.



6)      Terbitan Sendiri, metode pengadaan koleksi yang terakhir adalah dengan memproduksi sendiri koleksi perpustakaan. Contoh kongkrit dari metode pengadaan ini antara lain adalah kliping atau karya tulis yang dihasilkan oleh pustakawan, mahasiswa dan Dosen yang kemudian dihimpun menjadi koleksi perpustakaan.


C. Proses Seleksi
Proses seleksi tergantung dari tipe perpustakaan, dan organisasi intern perpustakaan yang bersangkutan. Pada dasarnya personil yang berhak melakukan seleksi adalah: pustakawan, spesialis subjek termasuk guru, toko buku, anggota komisi perpustakaan, dan sebagainya.
Ada beberapa pandangan terhadap prinsip dasar seleksi yaitu pandangan tradisional yang mengutamakan nilai intrinsik bahan pustaka, pandangan liberal yang mengutamakan popularitas, dan pandangan pluralistik yang berusaha menemukan keseimbangan antarkedua pandangan tersebut.
Pada dasarnya pustakawan yang bertugas di bidang pengembangan koleksi sudah memahami betul pedoman dasar untuk melakukan seleksi yaitu:
1.     mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada di pasaran,
2.     memahami tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekerja,
3.     mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani,
4.     mengenal prinsip-prinsip seleksi,
5.     mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi, dan
6.     memahami berbagai kendala yang ada.
Di samping itu pustakawan perlu memahami perbedaaan antara seleksi dan evaluasi. Dalam melakukan seleksi berarti pustakawan menentukan apakah bahan pustaka tersebut sesuai dengan kebutuhan pemakai, sedangkan evaluasi adalah pertimbangan nilai intrinsik bahan pustakanya.
Untuk melakukan seleksi ada sarana yang dapat membantu dalam proses tersebut yaitu alat bantu seleksi. Ada dua jenis alat bantu seleksi yaitu alat bantu seleksi yang merupakan tinjauan dan alat bantu seleksi yang berbentuk daftar judul untuk tipe perpustakaan tertentu, subjek tertentu atau kelompok tertentu, dan ada alat identifikasi dan verifikasi seperti bibliografi, katalog penerbit dan sebagainya.
Pustakawan diharapkan dapat mengenal, mengetahui ciri-cirinya, serta dapat menggunakan alat bantu seleksi tersebut dengan tepat.

D.    Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuain diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, anggaran, yang tersedia. Dengan adanya pengadaan bahan pustaka maka koleksi perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan dapat tercapai.

Perpustakaan Nasional RI (2002: 6) menyatakan bahwa program pengembangan koleksi bertujuan:
1.    Menetapkan kebijakan pada rencana pengadaan bahan pustaka.
2.    Menetapkan metode yang sesuai dan terbaik untuk pengadaan.
3.    Mengadakan pemeriksaan langsung pada bahan pustaka yang dikembangkan. Menetapkan skala prioritas pada bahan pustaka yang dikembangkan.
4.    Mengadakan kerjasama antara perpustakaan pada pengadaan bahan pustaka dan pelayanan setiap     unit perpustakaan
5.    Melakukan evaluasi pada koleksi yang dimiliki perpustakaan.

E.  Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka
Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan bahan pustaka juga mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada dalam koleksi.
Bagian pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan pembinaan bahan pustaka atau koleksi. Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah satu dari kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan dalam usahanya untuk memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Untuk itu, perlu di dasari oleh petugas, anggota staff, dan pengguna bahwa secara umum menjaga koleksi perpustkaan menjadi tanggung jawab bersama.

Kebijakan pengadaan bahan pustaka berfungsi sebagai:
1)     Pedoman bagi para selektor untuk bekerja lebih terarah.
2)    Sarana komunikasi untuk memberitahu pada para pemakai, administrator, dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri koleksi yang telah ada dan rencana untuk pengembangaan selanjutnya.
3)      Sarana perencanaan untuk membantu dalam proses alokasi dana.

Sedangkan menurut Darmono (2001: 55) kebijakan pengadaan koleksi Berfungsi sebagai pedoman, sarana komunikasi, dan perencanaan sebab kebijakan tersebut:
1)     Menjelaskan cakupan koleksi yang telah ada dan rencana pengembangan selanjutnya, agar diketahui oleh staf perpustakaan, pemakai, administrator, dan dewan pembina perpustakaan.

2)    Memberi deskripsi yang sistis tentang strategi pengolahan dan pengembangan koleksi yang diterapkan di perpustakaan.

3)     Menjadi pedoman bagi para pustakawan sehingga ketaatan dalam proses seleksi dan seleksi terjamin, koleksi yang responsive dan seimbang terbentuk dan dana dimanfaatkan dengan sebijaksana mungkin.

4)    Menjadi standar tolok ukur untuk menilai sejauh mana sasaran pengembangan koleksi tercapai.

5)    Berfungsi sebagai sumber informasi dan paduan bagi staf yang baru mulai berpartisipasi dalam pengembangan koleksi.

6)    Memperlancar koordinasi antar anggota staf pengadaan koleksi. Memperlancar kerjasama antar perpustakaan dalam pengembangan koleksi.

7)    Membantu menjaga kontinuitas, khususnya apabila koleksi besar, serta menjadi kerangka kerja yang memperlancar transisi dari pustakawan lama ke penggantinya.

8)    Membantu pustakawan menghadapi pengadaan berkenaan dengan bahan yang telah diseleksi atau ditolak.

9)    Mengurangi pengaruh kolektor tertentu dan selera pribadi.

10) Membantu mempertanggung jawabkan alokasi anggaran.

11)  Menjadi sarana komunikasi, baik dengan masyarakat yang dilayani maupun pihak luar lain yang memerlukan informasi mengenai tujuan dan rencana pengadaan dan pengembangan koleksi.

F. Standar Koleksi dalam pengadaan bahan pustaka
Tersedia berbagai standar yang diterbitkan untuk hampir setiap jenis perpustakaan. Standar itu memuat semua aspek dari perpustakaan, termasuk mengenai koleksi. Standar itu ada yang menggunakan pendekatan kuantitatif, ada pula yang menggunakan pendekatan kualitatif. Contoh dari standar adalah Standards for College Libraries, antara lain memuat informasi mengenai cara untuk menentukan tingkatan kelas sebuah perpustakaan dalam ukuran koleksi berdasarkan persentase koleksi yang dimiliki dibandingkan dengan ukuran yang ideal.
Maka apabila ukuran koleksi sebuah perpustakaan sama atau melebihi dari yang ideal, maka perpustakaan itu mendapat kelas A. Untuk perpustakaan yang ukuran koleksinya di bawah yang ideal mendapat kelas di bawah A. Sebuah contoh standar yang lain, Books for College Libraries menyatakan bahwa sebuah perpustakaan perguruan tinggi yang mempunyai program pendidikan sarjana empat tahun seharusnya mempunyai koleksi minimum 150.000 eksemplar, 20% diantaranya seharusnya terbitan berkala yang sudah dijilid dan sisanya 80% adalah judul-judul monograf.

G.    Evaluasi Pengadaan Bahan Pustaka
pengevaluasin untuk menemukan jawaban dan solusi atas kendala-kendala yang menyelimuti kinerja bagian pengadaan. Dengan harapan mampu menemukan jawaban yang menjadi titik tolak dalam kemajuan sebauh perpustakaan. Perpustakaan merupakan lembaga yang berfungsi pokok sebagai sumber informasi (source of information), khususnya informasi ilmiah yang dibutuhkan oleh mahasiswa, dosen, peneliti, dan sebagainya. Dalam perpustakaan secara garis besar ada 2 layanan yaitu : layanan umum/pembaca dan layanan teknis. Layanan umum/ pembaca dimaksudkan untuk memberikan jasa layanan kepada pembaca yaitu anggota perpustakaan. Sedangkan layanan teknis adalah pekerjaan perpustakaa dalam mempersiapkan buku agar nantinya dapat digunakan untuk menyelenggarakan layanan pembaca. Fungsi layanan perpustakaan tidak boleh menyimpang dari tujuan perpustakaan itu sendiri. Dan tujuan dari perpustakaan itu sendiri yaitu memberikan pelayanan kepada pembaca ialah agar bahan pustaka yang telah dikumpulkan dan diolah sebaik-baiknya itu dapat sampai ke tangan pembaca. Layanan teknis sendiri ada 3 hal yaitu : pengadaan , pengolahan dan pemeliharaan bahan pustaka. Keterbatasan dana, keragaman pemakai,berkembangnya jumlah buku dan majalah yang diterbitkan
H.  Tujuan Evaluasi Pengadaan bahan pustaka
Perpustakaan melakukan evaluasi bertujan untuk :
a.       Untuk mengembangkan program pengadaan yang cerdas dan realistis berdasarkan pada data koleksi yang sudah ada.
b.      Untuk menjadi bahan pertimbangan pengajuan anggaran untuk pengadaan koleksi berikutnya.
c.        Untuk menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap keadaan koleksi.

I.    Metode Evaluasi Koleksi
Berbagai metode evaluasi koleksi telah dibahas dalam berbagai tulisan, untuk memilihnya tergantung pada tujuan dan kedalaman dari proses evaluasi. George Bonn memberikan lima pendekatan umum terhadap evaluasi, yaitu:
1.      Pengumpulan data statistik semua koleksi yang dimiliki
2.       Pengecekan pada daftar standar seperti katalog dan bibliografi
3.      Pengumpulan pendapat dari pengguna yang biasa datang ke perpustakaan
4.      Pemeriksaan koleksi langsung
5.      Penerapan standar, pembuatan daftar kemampuan perpustakaan dalam penyampaian dokumen,  dan pencatatan manfaat relatif dari kelompok khusus.
Pedoman untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan yang dikeluarkan oleh American Library Association (ALA's Guide to the Evaluation of Library Collections) membagi metode kedalam ukuran-ukuran terpusat pada koleksi dan ukuran-ukuran terpusat pada penggunaan. Dalam setiap kategori ada sejumlah metode evaluasi khusus. Pedoman itu meringkas sebagian besar teknik-teknik yang digunakan sekarang ini untuk mengevaluasi koleksi. Metode tersebut difokuskan untuk sumber daya tercetak, tetapi ada unsur-unsur yang dapat digunakan dalam evaluasi sumber daya elektronik. Adapun metode itu adalah:
         Metode Terpusat pada Koleksi
Pencocokan pada Daftar (List Checking)
Metode dengan menggunakan daftar pencocokan (checklist) merupakan cara lama yang telah digunakan oleh para pelaku evaluasi.
Ada beberapa kelemahan dalam teknik pencocokan pada daftar untuk evaluasi koleksi, yaitu:
a.       Pemilihan judul untuk penggunaan yang khusus.
b.      Hampir semua daftar selektif dan bisa saja mengabaikan banyak judul-judul publikasi yang bermutu.
c.       Banyak judul yang tidak sesuai untuk sebuah komunitas perpustakaan yang khusus.
d.      Daftar-daftar itu mungkin saja sudah kadaluarsa.
e.       Sebuah perpustakaan mempunyai banyak judul yang tidak tercantum pada daftar pencocokan.
f.       Pelayanan pinjaman antar perpustakaan tidak membawa bobot dalam evaluasi.
g.      Daftar pencocokan (checklist) tidak memasukkan materi yang khusus yang sangat penting bagi sebuah perpustakaan tertentu.



Ketika bertindak sebagai konsultan pada kegiatan evaluasi koleksi, kami menggunakan langkah-langkah berikut setelah menentukan tujuan dan sasaran perpustakaan:
1.      Mengembangkan seperangkat kriteria individu untuk kualitas dan nilai.
2.      Mengambil sampel acak dari koleksi dan memeriksa penggunaan perpustakaan
3.      Mengumpulkan data tentang judul yang diinginkan
4.      Mencatat judul yang diambil dari meja dan rak (penggunaan baca di tempat).
5.      Mencatat secara rinci kegiatan pinjaman antar perpustakaan (interlibrary loan).
6.      Cari tahu berapa banyak materi kuno dalam koleksi (misalnya, penelitian sains yang lebih dari lima belas tahun namun tidak dianggap sebagai ketinggalan jaman).
7.      Apabila checklist memiliki relevansi bagi perpustakaan, lakukan itu, tetapi juga lakukan penelitian tentang manfaat dari checklist ini.
8.      Kaitkan temuan dengan tujuan dan sasaran perpustakaan.
Koleksi evaluasi memakan waktu, tetapi setelah menyelesaikan kegiatan ini, staf tahu kekuatan dan kelemahan koleksi.
   Penilaian Pakar
Metode ini tergantung pada keahlian seseorang untuk melakukan penilaian dan penguasaan terhadap subjek yang dinilai. Prosesnya bisa memerlukan peninjauan terhadap keseluruhan koleksi menggunakan daftar penjajaran (shelflist), bisa terbatas hanya pada satu subjek, itu yang sering terjadi, tetapi bisa juga mencakup berbagai subjek tergantung pada penguasaan pakar tersebut terhadap subjek yang akan dievaluasi.
Biasanya metode ini berfokus pada penilaian terhadap kualitas seperti kedalaman koleksi, kegunaannya terkait dengan kurikulum atau penelitian, serta kekurangan dan kekuatan koleksi. Teknik mengandalkan pada penilaian seorang pakar ini jarang digunakan tanpa dikombinasikan dengan teknik lain. Sering kali pelaku evaluasi yang menggunakan teknik ini merasa tidak cukup bila hanya melihat keadaan di rak. Maka mereka merasa perlu untuk mendapatkan kesan dari komunitas yang dilayani. Pengumpulan pandangan dari berbagai pengguna bisa dianggap mewakili pandangan komunitas. Dengan demikian pengguna didorong untuk terlibat dalam proses evaluasi koleksi.

J.  Metode Terpusat pada Penggunaan Kajian Sirkulasi
Pengkajian pola penggunaan koleksi sebagai sarana untuk mengevaluasi koleksi semakin populer. Dua asumsi dasar dalam kajian pengguna/penggunaan adalah: 1) Kecukupan koleksi buku terkait langsung dengan pemanfaatannya oleh pengguna, dan 2) Statistik sirkulasi memberikan gambaran yang layak mewakili penggunaan koleksi.
Dengan digunakannya komputer dalam melaksanakan transaksi peminjaman, maka semakin mudah untuk memantau data sirkulasi. Ada masalah dengan data sirkulasi dikaitkan dengan nilai koleksi, karena data itu tidak termasuk data koleksi yang dibaca di dalam perpustakaan. Beberapa jenis koleksi seperti referens dan jurnal biasanya tidak dipinjamkan. Jadi data sirkulasi belum mewakili keseluruhan data pemanfaatan koleksi.
K. Persepsi Pengguna
Survei untuk mendapatkan data persepsi pengguna tentang kecukupan koleksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu data yang sangat berguna dalam program evaluasi koleksi.
Hanya perlu diperhatikan objektivitas dari pengguna dalam menilai kecukupan koleksi dalam memenuhi kebutuhannya. Jangan sampai ketidaktahuan pengguna dalam mencari informasi di perpustakaan mengakibatkan penilaian kurangnya koleksi untuk memenuhi kebutuhan akan informasinya.
Begitu juga dengan lemahnya sistem temu kembali bisa mengakibatkan seolah-olah koleksi perpustakaan itu tidak bisa memenuhi kebutuhan pengguna. Perlu juga diketahui latar belakang pengguna mengapa seseorang mengatakan positif atau negatif tentang koleksi. Tentunya pengguna yang sudah sering menggunakan perpustakaan akan memberikan pendapat yang lebih obyektif dibandingkan dengan pengguna yang baru atau bahkan tidak pernah menggunakan perpustakaan. Namun demikian bukan berarti bahwa pengguna atau calon pengguna yang demikian pendapatnya tidak perlu didengar.
Penentuan responden secara acak tentunya akan memasukkan semua unsur dalam populasi pengguna, termasuk pengguna potensial (belum menjadi pengguna). Perlu juga ada pertanyaan bagi pengguna potensial mengapa mereka tidak menjadi pengguna perpustakaan, apakah karena koleksinya tidak memenuhi kebutuhan mereka, ataukah karena mereka tidak mengetahui apa yang ada di koleksi perpustakaan? Dengan demikian yang menjadi masalah bukanlah koleksinya, tetapi masalah promosi perpustakaan. Semua itu harus menjadi masukan bagi evaluasi koleksi. Penentuan pertanyaan yang jeli akan menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat, menghilangkan kemungkinan kesimpulan yang menyesatkan.

L.  Menggunakan Statistik Pinjam Antar Perpustakaan
Bila pengguna sebuah perpustakaan banyak menggunakan perpustakaan lain bisa jadi ada masalah dengan koleksi perpustakaan itu. Namun bisa juga ada hal lain yang menyebabkan penggunanya lebih suka menggunakan perpustakaan lain seperti pelayanannya lebih baik, keadaan perpustakaannya lebih nyaman, lebih mudah dan cepat menemukan buku di rak, dan berbagai alasan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan kecukupan koleksi. Tetapi tetap saja ada kemungkinan bahwa sumber dari semua masalah adalah koleksi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pustakawan harus mencari informasi mengapa hal itu terjadi dan alasan utama terjadinya penggunaan perpustakaan lain oleh komunitasnya.
Pustakawan pengembangan koleksi juga harus secara berkala memeriksa data pinjam antar perpustakaan, bila pelayanan itu ada. Bila ada buku atau jurnal yang tidak dimiliki perpustakaan, tetapi sering diminta melalui pinjam antar perpustakaan, berarti buku atau jurnal itu mempunyai peminat yang tinggi, sehingga sewajarnya bila buku atau jurnal itu dimiliki oleh perpustakaan. Bila buku atau jurnal itu sudah ada di koleksi, tetapi juga banyak diminta melalui pinjam antar perpustakaan, berarti diperlukan duplikat yang lebih banyak untuk buku tersebut. Untuk jurnal yang biasanya sangat mahal harga berlangganannya, perlu dipikirkan bagaimana sistem baca di tempat yang lebih memberikan kesempatan yang merata kepada pengguna.

M. Kajian Sitasi
Pada dasarnya, ini adalah variasi pada metode checklist, tetapi untuk bahan tingkat penelitian. Metode ini sangat berguna di perpustakaan Perguruan Tinggi. Dengan melakukan kajian sitasi, pemetaan bidang ilmu dapat dilakukan sehingga perpustakaan dapat mengetahui literatur-literatur yang berkaitan dengan bidang ilmu tersebut.
Kajian sitiran dapat memberikan cara untuk melakukan perubahan dalam kekuatan koleksi. Kajian sitiran juga dapat memperlihatkan data tentang ketersediaan literatur yang disitir dalam penelitian di perpustakaan.


Kesimpulan
bahwa pengadaan bahan pustaka adalah  rangkaian kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang sekaligus berdasarkan peraturan kebijakan pengadaan bahan pustaka  sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati oleh penggujungnya.
Pengadaan bahan pustaka adalah upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas bahan pustaka. Upaya peningkatan kualitas bahan pustaka dilakukan dengan mengadakan bahan pustaka yang belum dimiliki atau yang terbaru sesuai dengan perkembangan ilmu, pengetahuan, dan teknologi, Sebaliknya peningkatan kuantitas bahan pustaka adalah upaya peningkatan jumlah bahan pustaka agar kebutuhan pendidikan, informasi dan rekreasi dapat dipenuhi. Macam-macam pengadaan bahan pustaka di peroleh dari pembeliaan , tukar-menukar, sumbangan/hadiah, kerjasama, titipan,terbitan sendiri. Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan bahan pustaka juga mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada dalam koleksi.










DAFTAR PUSTAKA







Bafadal,Ibrahim pengelolaan perpustakaan sekolah –ed 1 cet.7 jakarta:bumi aksara,2009.

0 komentar:

Posting Komentar